Perjalanan : Bung Karno Di Ende

Anda kenal dengan Seokarno? ketika lontaran pertanyaan itu diberikan untuk masyarakat kota Ende maka saya sepakat bahwa mereka mengenalnya. Tidak hanya sebagai tokoh proklamasi namun juga sebagai bagian dari Ende, Flores, Indonesia timur. Seokarno adalah bagian dari Ende, banyak yang mengatakan bahwa ide-ide bernas si Bung Karno ini banyak muncul ketika ia dibuang atau diasingkan oleh pemerintahan kolonial hindia belanda pada tanggal 28 Desember 1933. Pembuangan yang ia rasakan akibat sikap frontal dirinya dalam menentang kolonialisme berimbas dengan hukuman yang ia dapatkan dibuang ke Ende.
Begitulah sejarah orang besar, orang yang kuat dalam melawan penjajahan bernama kolonialisme. Ende adalah saksi sejarah ketika Seokarno bersama Inggit istrinya yang setia menjalani hidup, berdampingan dengan masyarakat Ende yang sepi dari hiruk pikuk batavia saat itu. Namun peristiwa telah lama berlalu, bahkan banyak orang yang lupa kapan tanggal pastinya si penyambung lidah rakyat ini berada di Ende. Satu-satunya bukti sejarah yang menjadi kenangan adalah rumah pengasingan Bung Karno yang terletak di kota Ende. Penulis singgah di rumah persinggahan Bung Karno pada akhir tahun 2013 bersama teman-teman guru muda SM-3T asal kota Padang. Dalam perjalanan menujuh ke rumah Bung Karno tidak terlalu sulit untuk menemukan letak rumah tersebut. Rumah pengasingan yang terletak di jalan perwira ini, tidak terlalu jauh dari arah pasar kota Ende. Untuk singgah di ke rumah ini biasanya pengunjung bisa dengan kendaraaan pribadi, ojek maupun jalan kaki, tentu saja dengan waktu yang relatif berbeda. Maka di rumah yang sederhana inilah lantas penulis beserta teman-teman guru muda SM-3T menyaksikan sebuah peninggalan sejarah dari orang besar yang menjadi bagian dari Republik Indonesia. Rumahnya sederhana, tidak bertingkat namun rumah tersebut rapi. Bahkan boleh jadi bahwa jika melihat time dalam waktu sejarah rumah Bung Karno terkesan mewah dibanding rumah masyarakat Ende tempo doloe. Untuk berkunjung ke rumah Bung Karno ini, pengunjung tidak dikenakan biaya masuk kecuali menuliskan buku tamu yang terletak di depan pintu masuk. Setelah itu pengungjung bebas untuk berkeliling ke rumah Bung Karno dengan menjaga etika keseopanan. Banyaknya ruang-ruang dalam bagian rumah itu tidak oleh setiap pengunjung untuk melakukan dokumentasi secara massal. Ruang yang sederhana itu terdapat kamar-kamar yang dipakai oleh Bung Karno dan istriya, kamar Ratna Julia dan Kartika anak angkatnya, dan juga kamar sang mertuanya sendiri.
Di ruang yang sederhana ini juga terdapat berbagai foto-foto dan dokumentasi sezaman tentang Bung Karno dan aktifitas yang ia lakukan. Pengunjung bisa menikmati sejarah singkat Bung Karno di kota yang sederhana ini dengan melihat dokumentasi-dokumentasi tersebut. Selain dokumentasi-dokumentasi yang diperlihatkan kepada pengunjung, barang-barang di dalam rumah tersebut berupa tempat tidur, meja, bangku, dan lemari, termasuk perlengkapan dapur juga masih dipertahankan agaknya keasliannya oleh pemerintah setempat.
Menurut hemat penulis peninggalan berupa rumah ini adalah sebuah pembelajaran bagi setiap pengunjung. Bahkan dalam sebuah literatur berjudul Perempuan dalam hidup soekarno karya reni nuryanti (2007) menuliskan sebuah pengalaman yang dialami oleh sosok Bung Karno ketika menjalani hari-hari awal di Ende. Kesulitan Bung Karno diungkapkan dalam interaksinya dan podium. Sang istri inggit merasakan sendiri ketika Bung Karno dijauhkan dari podium dan massa maka saat itulah Bung Karno menjadi jatuhd an sakit secara psikologis. Namun dibalik itu semua di sinilah (Ende) Bung Karno menjadi perenung atas apa yang dihadapi oleh bangsa ini. Dari Ende juga lah Bung Karno lantas bertemu dengan masyarakat dan tokoh yang selama ini tidak ia temukan di batavia. Maka boleh jadi bahwa rumusan pancasila yang dikemukakan oleh Bung Karno adalah sebuah hasil dari pengasingannya selama di Ende.
Begitulah perjalanan penulis selama di rumah pengasingan ini. Sayangnya ketika berjunjung ke rumah Bung Karno ini penulis tidak menemukan pemandu atau petugas sehingga pengunjung banyak melakukan dialog terdiam saja dengan memahami dari benda dan dokmentasi yang ada di rumah Bung Karno. Walau seperti fasilitas lain yang diberikan kepada pengunjung juga terdapat bahan bacaan seputar seokarno berupa buku-buku dalam rak khusus. Tentu saja dengan bahan bacaan ini pengunjung akan lebih mengenal sosok dari The Founding Fahter Indonesia.
Akhir dari perjalanan kami lantas dilanjutkan ke lapangan pancasila yang merupakan taman terbuka yang terdapat sosok patung bung karno di taman ini. Sosoknya yang sedang duduk menhadap ke depan menunjukan kegagahan dari sosok bung karno ini. Patung yang memang diwujudkan dalam bentuk seperti ini boleh jadi bahwa patung ini adalah sebuah gambaran bagaimana si soekarno mereung dan berfikir.
Perjalanan wisata sejarah ini semoga memang menjadi nilai yang baik bagi pengunjung khussunya bagi mereka yang ingin tahu sejarah bangsa ini. Dan dalam pembelajaran sejarah di sekolah rumah pengasingan ini bisa menjadi salah satu contoh alternatif dalam membawa siswa untuk mengenal peninggalan sejarah berupa rumah pengasingan Bung Karno.

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...