“Jalanan ini begitu panas menyengat, entah berapa
kali aku harus menyeka keringat yang bercucuran sambil mencari tukang tambal
ban….”
Langkah pertamaku tidak mulus ketika memulai
perjalanan menuju ke Flores Timur yakni Larantuka. Ketika baru beberapa Km
keluar dari Kota Maumere perjalanan panjang ini harus terhambat dengan pecahnya
benen ban motor yang kendarai. Alhasil selama sejam kurang masih harus mencari
tukang tambal ban dan mengganti benen ban yang pecah tersebut. Memang sangat
resiko jika harus menambal benen dengan rute perjalanan yang masih panjang.
Larantuka aku tidak mengenal dekat dengan daerah
tersebut. Namun yang jelas daerah ini
merupakan kabupaten yang terletak di pulau flores di bagian timur. Untuk
mencapai Larantuka setidaknya membutuhkan waktu normal sekitar empat hingga
lima jam perjalanan. Jika melihat rute perjalanan kali ini terlihat ada
perbedaan, dimana perjalanan menuju ke Larantuka lebih nyaman dibanding dengan track jalan di daerah flores lainnya. Track jalan menuju ke Larantuka ini tidak
terlalu berbelok maupun menanjak. Sebalikya jalanan aspal yang melebar serta
lurus menjadikan perjalanan ini bisa dilalui dengan nyaman.
Adapun perjalanan kali ini penulis lakukan bersama beberapa
orang yakni aku, Intari, Romi, serta Risa. Larantuka merupakan ikon wisata
agama di flores ini. Untuk satu waktu yakni bulan April Larantuka menjadi ikon
wisata rohani yang bertaraf international. Perayaan samanta santa adalah perayaan tahunan yang diadakan di wilayah
timur flores ini. Ribuan orang datang berduyun-duyun ke tempat ini untuk
menyaksikan secara langsung ritual keagamaan Katholik.
Lain halnya jika berkunjung di luar hari tersebut
penulis bersama rekan-rekan melihat bahwa kota Larantuka ini sepi dengan ikon wisata layaknya di wilayah
flores lainnya. namun ini hanya sebatas Larantuka saja, ketika ada kesempatan
untuk melewati atau menyebrang dari Larantuka ke Lembata atau Alor dan
pulau-pulau lainnya kita akan melihat ikon wisata dunia yang hanya ada di Flores
Timur. Namun penulis tidak sempat menyinggahi pulau-pulau tersebut karena
keterbatasan akan waktu serta dana. Maka tema yang penulis ambil ketika
melakukan perjalanan ke Larantuka adalah last
touring. Bagi penulis perjalanan
Larantuka adalah bagian dari obsesi menjelajahi
daratan flores yang terbayar ketika berada di kabupaten tersebut pada awal Agustus
2014.
***
Perjalanan ini dimulai dari Kampung Aewora yang
indah (bisa dilihat di http://priedn.blogspot.com/2014/07/catatan-perjalanan-kampungaewora.html.)
Perjalanan ditempuh dengan menggunakan sepeda motor. Rute yang dilalui adalah Kampung
Aewora-Kota Baru-Maumere-Larantuka. Perjalanan ini membutuhkan waktu normal
sekitar 5 jam perjalanan dengan kecepatan normal. Saya yang menggunakan motor
mio sewaan berangkat sekitar jam 09.00 WITA. Perjalanan ini penulis lakukan
juga dengan rekan lain yang melakukan touring
Larantuka dengan rute jalan yang berbeda yakni Kota Ende-Moni-Wolowaru-Maumere-Larantuka.
Dalam perjalanan ini sedikit terhambat ketika
penulis harus melakukan servis motor terlebih dahulu dan peristiwa ban pecah.
Servis motor ini sebenarnya dilakukan untuk menjaga kestabilan motor yang
dipakai. Persiapan seperti ini memang sangat kecil dan kadang dilupakan namun
jika melihat dampak positifnya tentu hal ini akan sangat berguna. Perjalanan
panjang ke Larantuka tentu tidak hanya mengandalkan fisik yang kuat namun juga
kondisi motor yang fit.
***
“Ka foto dima
lai ko kawan (mau foto dimana lagi kawan?)”
Perjalanan ke Larantuka berakhir jam 16.00 WITA. Perjalanan
ini disambut oleh Romi yang telah terlebih dahulu sampai di Larantuka. Udara
yang menghangat kurasakan menjadi sambutan atas kedatangan kami. Sejak
kedatangan ini entah berapa kali jepretan demi jepretan kami lakukan untuk
mengabadikan moment di Larantuka ini.
Larantuka yang terhampar dengan keindahan alam yang
menawan. Sebagai wilayah yang terletak di ujung pulau timur ini, penulis melihat hamparan pulau-pulau yang
terpisah dengan Larantuka. Entah apa nama pulau tersebut, namun aku ingin ke
sana, mungkin suatu ketika nanti. Barisan bukit yang kokoh menandai keindahan
akan larantuka ini, tidak ketinggalan Gunung Ayah Ibu, Lewotobi menambah
destinasi keindahan alam yang terlihat dari jauh. Ketika menelusuri jalanan
masuk kota ini, ungkapan bahwa kota Larantuka adalah kota religius memang bukan
sekedar nama saja. Dimana setiap sudut kota terlihat simbol agama yang berdiri
dengan kokohnya. Walau seperti itu keberadaan masjid masih dapat ditemukan di
tengah kota ini. Dimana masjid tersebut
terletak di perumahan muslim. Selain
itu, tatanan kota ini juga menarik dengan jalanan serta pertokoan yang rapi.
Namun sekali lagi udara memang terlihat panas di kota ini layaknya kota lainnya
yang ada di pulau flores ini.
Kota kecil yang merapat dengan banyaknya bangunan
menjadikan jalanan ini dibuat dengan sistem satu arah. Tidak perlu khawatir
karena sistem jalan di kota ini tidak terlalu rumit. Kota yang padat namun
tidak terlalu luas memudahkan untuk memahami jalanan di kota ini.
Adapun dalam mengambil gambar yang hendak di jadikan
objek dapat dilalukan di berbagai sudut kota yang merupakan kota pesisir
pantai. Objek tersebut diantaranya, Pertama pembatas jalan sebelum memasuki
kota Larantuka. View yang dapat
dilihat dari pembatas jalan ini adalah pulau-pulau kecil yang terdapat di
sekitar Larantuka. Pemandangan laut yang membiru menjadi nilai tambah dalam
melihat keindahan yang terdapat di pembatas jalan ini. Kedua, taman rohani Katholik
yang terletak di pinggiran kota Larantuka. Adapun objek yang terlihat di taman
ini adalah sebuah simbol agama Katholik yang dibuat dengan gaya artsitektur
yang menarik.
***
Touring selesai ketika puas berada di kota Larantuka ini
walau hanya sejenak. Dalam perjalanan kembali ke Aewora penulis singgah di
sebuah jalanan yang terletak di pesisir wilayah Kabupaten Maumere. Dalam
perjalanan singgah ini penulis bersama Intari menghabiskan waktu untuk
memamfaatkan moment dengan mengambil beberapa gambar. Hasilnya menajubkan.
JEPRET 1
JEPRET 2
JEPRET 3
JEPRET 4
JEPRET 5
No comments:
Post a Comment