Papua dikenal dengan misteri pedalamannya
Dan, Kampung Imbot adalah bagian dari papua itu.
“ Di sini terkadang kita bisa melihat gumpalan putih di atas sana loh”
tunjuk Dona, guru Indonesia Cerdas (IC) yang berasal dari Kupang, NTT sambil mengarahkan
jarinya ke atas puncak Pegunungan Mandala setinggi 4760 Mdpl.
kampung imbot,papua (f/prie) |
Di sebuah bangku kayu tak bercat aku meneguk secangkir kopi pagi sembari
memberi salam kepada masyarakat Kampung Imbot yang mulai beraktivitas. Dengan
perlengkapan tanpa alas kaki, pakaian yang lusuh, noken, dan parang mereka menerjang dinginnya pagi memulai beraktivitas
untuk berkebun. Masyarakat Kampung Imbot adalah petani sayur. Di lereng dan
lahan sepetak tanah subur Papua mereka tanami dengan sayuran penyambung hidup.
“Yepum” salam dua arah yang saling bertautan antara aku dan mereka ketika memulai
percakapan.
Ungkapan Yepum dalam bahasa asli
papua adalah terimakasih. Namun dalam keseharian Yepmum bisa menjadi kata “salam” selain ucapan selamat siang atau
selamat pagi.
***
Jika kelak kalian singgah di kampung ini kau tidak akan menemukan kemacetan
seperti kota besar karena sebagian aktivitas mereka dijalani dengan berjalan
kaki. Kampung Imbot yang berada dibawah administratif Distrik Okbape merupakan
pedalaman yang jauh di pusat kabupaten. Pembangunan apa pun masih terlihat
manual di sini. Sehingga wajar dalam keseharian masyarakat terbiasa untuk
berjalan kaki hingga 5-6 jam. Listrik, sinyal, hingga barang murah adalah hal
yang belum menyentuh pedalaman Kampung Imbot atau Distrik Okbape.
imbot (f/prie) |
Walau seperti
itu, Distrik Okbape yang terdiri dari enam kampung yakni Kampung Imbot,
Kampung Bape, Kampung Bapenka, Kampung Kasawi, Kampung Akmer, dan Kampung
Bongpom adalah kampung yang mampu mempresentasikan diri sebagai kampung yang
memiliki keasrian lingkungan. Keindahan
Pegunungan Mandala yang membentang hingga udara perkampungan yang sejuk
membuat kampung ini cocok untuk dijadikan tempat ngumpet dari namanya kejenuhan. Ngumpet
dalam bahasaku adalah menghabiskan waktu tanpa teknologi dan beban. Namun
entahlah Potensi wisata alam dan
kampungnya yang bisa untuk ngumpet
apakah kelak akan terealisasikan oleh pemerintah setempat.
Waktu mulai
beranjak siang, kopi yang aku teguk perlahan sudah mulai habis. Masyarakat
kampung masih terlihat hilir mudik menunaikan aktivitas sabtunya . Bagi mereka
hari sabtu adalah hari terakhir dalam satu minggu untuk beraktivitas.,
sedangkan hari minggu adalah hari non aktivitas (hari ibadah gereja). Seharian bekerja di kebun, pada sore hari mereka
membawa hasil kebun berupa boneng
(ubi), sayur warakum, buah topinong,
daun ubi, pisang. Khusus untuk boneng
makanan tersebut adalah pengganti beras yang cukup mengenyangkan tak kala
lapar.
Namun terkadang aktivitas
mereka di hari Sabtu terkadang tidak hanya untuk berkebun namun juga ada yang
pergi ke kota Kabupaten Pegunungan Bintang bernama Oksibil untuk berbelanja. Oksibil
sebagai ibu kota kabupaten memang menjadi magnet bagi masyarakat di sini untuk
menunaikan hajat mereka. Namun keinginan untuk singgah atau sekedar pesiar ke
kota memang bukan perkara mudah. Akses jalan yang susah mengakibatkan harga
tranportasi untuk ke Oksibil sangat mahal. Daya jual dan daya beli masyarakat
masih dalam masa pertumbuhan sehingga ongkos dan berbelanja masih terasa mahal
menurutku..
Jika ingin
berpergian ke kota kabupaten yang hanya berjakar 35-40 km ini, Masyarakat bisa
memilih untuk mengunjungi oksibil dengan
jasa ojek 300 ribu, mobil 200 ribu, atau dengan berjalan kaki sekitar 9 jam
perjalanan. Penulis pernah melakukan semua pilihan tersebut. Dan
Pilihan-pilihan ini adalah hal lumrah jika kau berada di sini.
“Da hati-hati e
bapa” begitu teriakku kepada tetangga rumah yang hari sabtu ini berangkat ke
kota dengan menggunakan jasa ojek.
‘Selamat ke kota,
menunaikan hajatmu” ujarku dalam hati.
sore hari di kampung imbot (f/prie) |
prie dn |
Jika sudah
begini, aku jadi teringat Hatta dan Pramodeya yang dipaksa ngumpet. Namun keduanya adalah tokoh yang gemar menulis dan membaca kemudian
menghasilkan hasil pemikirannya. Hasil ngumpet
mereka yang bermamfaat.
No comments:
Post a Comment