Isol Bung: Air Terjun Yang Berliku Sekali Jalannya

   
 
Jika pesisir identik dengan keindahan alam berupa pantai, maka pegunungan pun tidak kalah menarik karena pegunungan memiliki keindahan alamnya berupa panorama dan air terjun. Di wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, hampir di setiap sela perbukitan maupun pegunungan terdapat air terjun yang  merupakan bagian dari keindahan alami yang mengalir tanpa kering. Saya pun terbiasa melihat keindahan air terjun hanya dari titik jauh. Maka dari itu, perjalanan kali ini saya beserta lainnya memilih untuk menyambangi air terjun Isol Bung, sebuah air terjun yang berada di Distrik Okbape  pada Jumat di awal bulan November 2021. Keberadaannya menipu mata  seolah tidak jauh dari jalan lintas kendaraan yang menghubungkan antar disrik dan kampung, jalur dimana saya sering melihatnya setiap naik kendaraan.

“tidak dekat, namun tetap saja air terjun ini memiliki istilah dekat di mata jauh di kaki”

Setiap kali pergi ke kota oksibil maupun kembali ke kampung imbot, distrik Okbape  saya banyak berharap ada waktu dan kesempatan untuk pergi ke air terjun Isol Bung ini. Perbukitan yang jauh dengan warnanya yang membiru tidak menyurutkan keinginan untuk pergi ke sana. Namun memang untuk pergi ke sana harus melihat cuaca yang sering berkabut dan hujan.

“saya rasa hawa dingin dari kibasan air terjun akan memberikan energi buat kami kelak jika mampu sampai ke sana” ucapku dalam hati.

***

“Jauh kah tidak kalau mau pergi ke sana?” tanya musa kepada domin, salah satu siswa SD inpres bape.

“Jauh pak guru, tapi bisa kalau mau jalan ke sana, nanti saya temani” jawab domin

“Ok, nanti kita atur rencana” 

Akhirnya momen itu tiba. Di saat cuaca di sekitar kampung imbot maupun kampung bape mulai jarang hujan kami pun bersiap untuk pergi ke sana. Jauh memang oleh karena itu kami berencana untuk menyiapkan diri . Persiapan demi persiapan pun dilakukan. Bagi saya, setiap memulai perjalanan di distrik Okbape  saya selalu menyiapkan rencana guna saat dalam perjalanan lebih siap. Setidaknya, ada tiga persiapan utama yang harus dilakukan untuk memudahkan perjalanan nanti. Pertama,  mencari pendamping selama perjalanan, biasanya kami memilih siswa di sekitar distrik. Kedua,menyiapkan bekal yang menyesuaikan dengan jumlah jiwa yang ikut pergi. Ketiga, barang yang dibutuhkan selama perjalanan mulai dari mantel hujan, korek api, pisau , parang dan kebutuhan tambahan lain. Namun persiapan terakhir ini menyesuaikan dengan tujuan yang akan dituju. 

Perjalanan dimulai dari kampung imbot, tempat dimana kami tinggal. Perjalanan ini dimulai sekitar jam 07.00 WIT. Matahari pagi menyinari hangat dengan langit biru membentang kemudian membawa kami secara perlahan menyusuri jalan menuju ke Isol Bung. Oh ya perjalanan ini kami bersama dengan lima siswa yakni Domin, Denias, Perengki, Andi, Enal dan tentu saja dengan Musa Krey, pak guru yang berasal dari Biak. Sepanjang perjalanan kami pun melewati jalur lintas kendaraan, memasuki pinggiran ladang warga, menyebrang sungai, menyesuluri sungai hingga melewati semak belukar ditengah padatnya rimba hutan.

Singkat cerita kami pun sampai di tempat tujuan yakni air terjun Isol Bung. Namun singkatnya cerita ini sebenarnya tidak terlalu singkat karena perjalanan kami membutuhkan estimasi waktu hampir tiga jam perjalanan. Dan jujur, lika liku menuju ke Isol Bung cukup estreme bahkan jika perjalanan hendak dilanjut ke titik tertinggi air terjun paling atas oleh domin, ia mengatakan sangat susah dan sulit. Ungkapan ini pun di amini oleh musa yang memaksakan diri untuk sampai di titik atas terjun.

“Hooh susah sekali, saya rasa ingin turun tapi tidak bisa. Akhirnya kami memilih jalan lain. Bergetar kaki saya saat melewati lereng dan celah menuju air terjun di atas” ungkap musa yang nekat naik mencapai titik tertinggi air terjun ini.

Saran saya bagi yang berminat melihat keindahan Isol Bung baiknya menyiapkan kondisi fisik dan perlengkapan yang dibutuhkan. Alas kaki yang bisa menahan licinya bebatuan kali, jaket lengan panjang untuk menghindari gesekan dengan duri maupun daun gatal, kantong plastik serba guna untuk melindungi barang dari percikan atau guyuran hujan, hingga makanan untuk menambah energi.

***

Sekitar jam 09.45 wit saya akhirnya sampai di kaki derasnya isol bung. Dengan ketinggian sekitar 20 meter saya bisa merasakan hembusan angin yang bergabung dengan bulir air kemudian menerpa wajah. Dingin, sejuk, dan menyenangkan. Air terjun yang biasa saya lihat akhirnya bisa kami lihat lebih dekat.



Air terjun ini masih begitu asri, denias menjelaskan bahwa orang yang singgah ke air terjun umumnya hanya mereka yang sedang berburu burung maupun kus kus. Aku mendengar hanya bisa menebak saja, memang dengan track jalan yang cukup sulit serta bergantung kepada cuaca sangat tidak mudah untuk sampai di titik ini. Namun di sisi lain saya pun merasa beruntung untuk bisa sampai di sini. Selain pemandangan yang bagus juga karena tempat ini masih sangat asri.

“hai ayo foto”

“hai ayo mandi”

“hai ayo makan”

Begitulah, begitulah cara kami menghabiskan waktu saat berada di air terjun ini. Meninggalkan jejak dengan foto, menikmati alammnya dengan mandi dan menambah energi dengan memakan bekal yang ada. Sederhana, singkat, namun berkesan. Apa pun itu , menikmati alam di pesona air terjun isol bung adalah kesan yang mengesankan.

***

“Pak guru hari  sudah siang, kita harus turun” saran domin saat kami usai menyelesaikan acara piknik di hutan rimba ini.

“ Ok baik, ayo kita siap-siap turun” jawabku.

Saran Domin merupakan saran yang tidak boleh dibantah menurutku. Saya yang telah empat tahun tinggal di Okbape  ini mengerti sekali bahwa alam di Okbape  tidak selalu terang, sebaliknya di bawah kaki gunung mandala saya bisa langsung melihat perubahan cuaca yang sering terjadi secara cepat sekali. Oleh karena itu, ketika sudah tengah hari atau sekitar jam 12.30 wit sebaiknya kami bergegas. Jalan licin penuh dengan tanah lumpur, banjir di sungai yang kami seberangi, hingga fisik yang akan sangat lelah bisa terjadi jika hujan telah turun.

Perjalanan yang bolehlah untuk saya lalui kali ini. Melewati hutan, menyusuri sungai untuk menemui keindahan dari air terjun Isol Bung.

“Terimakasih sang pemilik alam, terima kasih semuanya”

Okbape , hari pahlawan 2021 

No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...