Panorama terbaik di puncak D CEEMP,Okbape-Papua

 

“Aku tidak pernah bisa mengabadikan sebaik mungkin panorama ini.

Keindahannya terlalu apik

 dibandingkan hasil jepretan atau yang telah terbingkai”

pemandangan bukit D CEEMP/ f.musa krey

 

Bagi masyarakat Okbape, Pegunungan Bintang, Papua, panorama di bukit D CEEMP ini hanya dipandang sebagai puncak bukit. Keberadaanya yang berada di lereng jalan ini tidak memudahkan untuk orang di luar Okbape untuk singgah. Padahal lokasi bukit  D CEEMP  ini tidak jauh dari akses jalan non aspal roda empat dan dua. Perbukitan ini lebih sering disinggahi oleh mereka pejalan kaki antar kampung. Selain letaknya juga berada di lereng yang panjang serta menanjak.  Kita pun masih harus berjalan melewati tanjakan yang dipenuhi dengan kerikil-kerikil tajam serta batuan lepas.

 

“Walau seperti itu, tanjakan ini akan memberikan nuansa yang berbeda karena panorama yang disajikan. Ia  akan segera melupakan lelahmu dan penatnya saat menanjak. Keindahan terbaik ada di  titik tertinggi, di bukit D CEEMP ini.”

 

Seperti hari ini, di semester genap tahun 2021 saya kembali ke sini. Bagi saya sendiri, berada di bukit ini terasa istimewah karena bisa menikmati keindahan alam yang seutuhnya. Saya bisa menikmati ademnya keindahan, kesejukan serta kedamaian. Berada di bukit D CEEMP seolah menjadi cara saya untuk bersyukur kepada Tuhan, atas keindahan alam nusantara di negeri timur yang tidak boleh diabaikan. Oleh karenanya pada hari ini saya menancapkan dan mengabadikan momen kali ini dengan memberinya nama D CEEMP. Sebuah nama yang berasal dari kami yang pernah singgah dan menikmati hari-hari bersama di sini, pada saat itu.

 

“ Dona, Claudia, Eka, Eman, Musa dan Pri alias D CEEMP, semoga kalian menyukainya”

 


Secara sepihak saya menamai bukit ini dengan nama D CEEMP, sebuah nama yang diambil dari huruf pertama nama panggilan kami, para guru baik yang pernah mengajar di sebuah sekolah SD Inpres Bape, kami para guru nusantara mengajar di sebuah sekolah dasar satu-satunya di Distrik Okbape ini. Dari bukit ini terlihat sebuah sekolah yang hanya terlihat putih pudar. Dari bukit setinggi sekitar 2500 Mdpl  ini kami melepas lelah mengajar dalam satu waktu dan mengabadikan cerita yang tidak pernah usai untuk diceritakan. Masing-masing memiliki cerita yang kadang dibagi untuk tertawa kadang dibagi untuk mempererat kebersamaan melalui empati yang tidak hanya sekedar simpati.

 

Namun untuk mencapai bukit ini tidak mudah, betul tidak mudah. Selain harus berjalan kaki sekitar 50-60 menit an dengan rute jalan yang menanjak dari kampung Imbot, kami harus siap berjuang melawan dinginya pagi. Bahkan untuk suatu waktu, alam Pegunungan Bintang sering tidak menentu cuacanya, kabut tebal kerap menutup pagi, menunda rencana.  Pertanda malam yang teramat dingin dengan bertebarnya bintang di angkasa tidak selalu menjadi tanda akan datang cerah di esok hari. Cerahnya pagi biasanya akan lebih terlihat saat jam 04.45 Waktu Indonesia Timur dengan suhu udara yang dinginya mencapai 16-20 celsius. Jika pada saat itu, terlihat Bayangan gelap memanjang seolah menutupi langit berarti pertanda cuaca pagi akan cerah.

 

Tahukah kamu, bayangan besar itu apa?. Bayangan besar itu adalah keindahan bentangan kokoh dan dianggap keramat di negeri timur ini yakni Pegunungan Mandala, Aplim Apom.

 

 Pegunungan Mandala yang memiliki tinggi 4765 Mdpl merupakan gunung tertinggi di Indonesia setelah Gunung Jayawijaya 4884 Mdpl. Bentangan kokoh Pegunungan Mandala ini selalu membuat setiap orang takjub serta kagum. Bahkan bentangan yang memanjang selalu membuat momen untuk mengabadikannya dirasa kurang, Panorama terbaik. Seolah ada garis yang terputus dalam bingkai foto yang sulit dihilangkan begitu saja. Saya sendiripun menyukai nuansa pemandangan ini saat pagi hari, menjelang matahari terbit hingga kabut datang dan menggumpal Pegunungan Mandala.   

 

Asap mengepul dari ranting kayu yang dibakar, wadah penahan air duduk dan semakin menghitam di atas perapian. Sembari menanti mendidih tidak ada salahnya lekukan tangan ini mengabadikan momen ini.

 

Walau berada di ketinggian, Bukit D CEEMP tidak terjangkau oleh sinyal jaringan seluler hingga pertengahan tahun 2022. Keberadaanya yang masih kurang tinggi dari bukit lainnya akhirnya tertutup untuk mendapatkan akses sinyal dari arah kota kabupaten. Padahal ribuan meter tidak jauh dari titik ini, terlihat bangunan besi yang berdiri kokoh. Warna merah dan putih di sela besinya terlihat jelas. Namun sayang hingga kini harapan untuk mendapatkan sinyal masih belum tercapai. Ada banyak alasan kenapa tower sinyal yang setiap malam menyala merah itu belum aktif. Mulai dari masalah dana pembebasan lahan, hingga alasan keamanan yang ditimbulkan oleh KKB papua. Cerita tower lantas menjadi pelengkap cerita dari kami hari itu sembari menikmati hiking di puncak Bukit D CEEMP.

 

Cerita D CEEMP ini belum berakhir lho, saya akan menuliskannya lagi nanti di bagian ke II.  

 

  

 

 

No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...