Cerita perjalanan dari tanah Jogja: Sekeping keindahan dari Pantai Gunung Kidul



Bicara Yogyakarta identik dengan keramaian yang ada di sekitar Malioboro, kemegahan istana keraton yang menawan, maupun berbagai kuliner murah meriah di salah satu provinsi di Indonesia ini. Padahal, masih banyak rupanya keindahan dari Yogyakarta, khususnya dari sisi alam. Tulisan ini secara singkat mengupas keindahan pantai Yogyakarta yang penulis kunjungi beberapa saat yang lalu.
Seminggu setelah menginjakan kaki di bumi Yogyakarta ini penulis melakukan perjalanan alam, menengok sejenak indahnya pantai yang ada di kabupaten Gunung Kidul. Perjalanan mengunjungi pantai Gunung Kidul Ini dimulai dari titik pusat kota Yogyakarta. Bersama rekan backpaker ngapak bernama Imam, kami memulai perjalanan di tengah hari selepas zuhur pada hari Minggu (20/3).  Melewati jalan ring road utara kemudian melewati jembatan layang membuat perjalanan ini seolah bagiku lebih panjang dari yang aku perkirakan. 

Berbicara tentang pantai Gunung Kidul terdapat beberapa pantai yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan. Keragaman antar pantai satu dengan lainnya akan menambah rasa puas dengan jalan-jalan wisata di sepanjang pantai yang berada di wilayah kabupaten Gunung Kidul ini. Adapun pantai-pantai yang terdapat di sepanjang Gunung Kidul ini meliputi Pantai Baron, Kukup, Sepanjang, Drini, Sundak, dan pantai lainnya yang menarik. Oleh karena itu, bagi pembaca yang akan menghabiskan waktu yang lama ketika berada di provinsi istimewah ini tidak ada salahnya untuk singgah di pantai-pantai di Gunung Kidul ini.
***
Denyit motor vixion kami terhenti di pos gerbang pintu masuk wisata pantai Kidul. Usai membayar harga tiket senilai dua puluh ribu kami memasuki jalanan Baron. Nama Baron merupakan nama wilayah dengan destinasi wisatanya yakni pantai. Imam menuturkan bahwa retribusi masuk itu tidak hanya berlaku untuk satu pantai saja, melainkan beberapa pantai sepanjang pantai baron. Dimana jarak antar pantai ini tidak kurang dari 1 KM.
“Dengan tiket tadi bisa kita memasuki pantai sekitar 4 tempat bro” ujarnya sembari memelankan laju motor karena jalanan pantai yang ramai.


Jam tangan ruggerku menunjukan waktu 14.35 wib ketika aku menginjakan kaki ke pantai Kukup, pantai pertama yang kami kunjungi pada sore minggu yang terasa panas. Adapun lokasi pantai Kukup ini berada di desa Kemadang, kecamatan Tanjung Sari, kabupaten Gunung Kidul. Usai menjejerkan motor di tempat parkir dan membayar jasa parkir tiga ribu rupiah kami mulai berjalan mendekati bibir pantai yang saat itu ramai pengunjung.
Sembari berjalan menuju ke lokasi pantai pasir putih Imam masih menjelaskan bahwa wisata pantai Kukup tidak hanya menawarkan keindahan dari pasir pantainya yang berwarna putih. Namun juga dengan pernak-pernik yang dijual bebas di wisata tersebut. Pedagang kuliner yang menjajakan barang dagangannya bisa jadi penarik minat wisatawan di kawasan selatan Daerah Istimewa Yogyakarta ini. Mulai dari udang goreng, aneka makanan  rumput laut, ikan laut, bahkan juga menjual aneka ikan hias. Selain kuliner, jasa foto juga banyak sekali ditemui di lokasi ini. Dengan bermodalkan kamera DSLR para jasa pencari foto ini menawarkan jasa fotonya kepada para pengunjung. Adapun kisaran harga kuliner dan foto ini sekitar 10.000-30.000 rupiah.
***
Pantai Kukup masih terasa  menyengat padahal hari telah beranjak sore. Sesampai kami berada di tepian pantai kami terus berjalan dan memilih berteduh di pinggiran pantai yang berlubang. Sore yang menurutku tidak enak jika menikmati suasana angin pantai di bawah guyuran panas matahari. Bongkahan tanah menjadi pelindung yang gratis buat kami daripada menyewa jasa tikar dan payung. Harga yang terlalu mahal untuk kocek kami berdua yang biasa pas-pas an.  


nang kene bae yak....” ujar Imam mengajakku duduk dengan logat ngapaknya yang kental.
Sambil menikmati keseruan duduk di bawah lekukan tanah yang keras, Imam kembali bercerita tentang keindahan alam yang ada di Gunung Kidul ini. Kali ini ia menuturkan bahwa ada beberapa kawasan pantai yang indah dan bisa untuk nge-camp (kemping). Wah menurutku keren, karena selama ini menurut anggapanku bahwa ngecamp hanya ada di gunung namun  ada juga di pantai.
“ok lha Mam, next time yo mangkat negcamp nang pantai”
“sipp” ujar imam sembari mengacungkan jempolnya ke arahku.
***
Setengah jam aku menghabiskan snack sembari menikmati keindahan pantai Kukup ini. Perhatian pemerintah DIY terjadap wisata alam di sepanjang Gunung Kidul berhasil agaknya menambah keindahan dari pantai ini. Keberadaan tangga penghubung antara satu tebing rendah ke bongkahan batu karang membuat pengunjung bebas menikmati desiran angin dan hentakan ombak. Selain itu keberadaan pedagang serta tempat sampah menambah nilai jual bahwa kawasan pantai ini tertata dengan baik dan tertib.
Masih berada di bawah lekukan tanah yang keras aku memperhatikan garis pantai yang panjang. Walau hentakan ombak besar berkali-kali menerjang namun pinggiran pantai tetap kering. Karang-karang yang terletak di pinggiran berhasil menahan laju ombak yang keras. Maka tidak jarang banyak penunjung bermain-main di sekitar pantai dan menangkap ikan-ikan kecil dengan jaring kecil yang dijual bebas dan murah sepertinya.
Pantai Kukup menjadi pilihan wisata keluarga pada saat penulis datang. Pinggiran pantai yang berlatar karang terlihat bening. Ikan-ikan kecil dengan warna-warna yang tidak senada terlihat di sisi karang yang dangkal. Maka tidak jarang sebuah jaring kecil laku di jual bebas di sini. Mereka menggunakan jaring tersebut untuk menangkap hewan laut yang terlihat apik di sekitar mereka. Penulis sendiri yang mencoba berjalan di sisi pantai yang dangkal dengan mudah menemui ikan-ikan tersebut sembari mencari bintang laut, namun sayang bintang laut tidak mudah ditemui di pantai ini.
Selain menikmati pinggiran pantai sembari bermain menangkap ikan, selfi atau berfoto di tengah pantai juga jadi pilihan banyak pengunjung di sini. Tips bagi pengunjung yang hendak menikmati alam pantai ini bisa membawa topi untuk menahan panas pantai yang menyengat.
***
Ada pulau dengan jembatannya


Matahari semakin menunjukan warna senjanya. Sebelum aku meninggalkan pantai ini , terlebih dahulu aku ingin menyebrang ke sebuah pulau kecil yang tak jauh dengan pantai Kukup. Melalui jembatan penyebrangan aku sampai di sebuah pulau kecil yang tertulis nama Pulau Jumino. Pulau ini oleh pemerintah setempat diperbaiki hingga sepadan. Keberadaan Pulau Jumino ini sangat strategis sehingga bisa melihat sesuatu dengan lebih puas, pemandangan pantai lepas, matahari tenggelam, maupun desiran ombak.
Menyebrang menuju ke pulau ini tidak terlalu jauh. Menapaki jembatan sepanjang delapan puluh meter pengunjung telah tiba di pulau tersebut. Sembari menikmati hembusan angin dari arah pantai dan gemuruh ombaknya biasanya pengunjung menikmati berbagai jajanan kuliner yang dibeli sebelumnya. Sangat pas kiranya jika pantai ini dijadikan tempat refreshing untuk melepas penat setelah beraktivitas.
Di pulau ini para pengunjung dapat menikmati fasilitas yang disediakan pemerintah berupa bangunan untuk sekedar berteduh dari cuaca hujan maupun panas dan deretan bangku seadanya. Walau seperti itu, bagi yang berada di pulau ini hendaknya waspada jika ingin berada di sisi tepi (luar bangunan) walau sisi ini terlihat indah namun hendaknya tetap hati-hati jika terjatuh dan terseret oleh ombak pantai Kukup yang keras.

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...