Liburan nang Banyumas : Yuk ke Taman Hexagon


Jangan terpikirkan dengan nama Hexagon sebagai taman yang letaknya di luar negeri. Sebaliknya Taman Hexagon adalah karya lokal khas pedesaan. Taman buatan berada di Desa Petir, Kecamatan Kalibagor, Banyumas, Jawa Tengah tidak jauh dari Kota Purwokerto. Lokasi tempat yang berada di pinggiran pedesaan dengan memamfaatkan sepetak lahan pertanian. Peralihan fungsi dengan menyulap sepetak persawahan ini menjadi lokasi wisata yang murah meriah dan ramah keluarga. Saya menyempatkan datang berkunjung sebagai keluarga kecil ke tempat ini pada hari Minggu 8 Desember 2018 lalu.

Foto Istri tercinta dengan anak tersayang f\prion
Secara bahasa nama Hexagon dalam  yang berarti segienam ini memperlihatkan struktur bangunan yang ada di taman ini. Hexagon yang bisa diabadikan mulai dari bentuk suang/ pondok kecil yang berada di dalam taman hingga penataan bambu yang menjadi lantai dasar  bangunan. Saya rasa bagi yang ingin merasakan destinasi wisata berbeda saat berada di Banyumas, taman hexagon bisa dijadikan pilihan.  

                                                       ***


 Saat pertama kali datang dan menikmati suasana yang ada di sekitar taman hexagon saya menyetujui ungkapan bahwa sudah seharusnya sebuah desa di Indonesia  mampu menunjukan potensinya. Pembudidayaan sebuah desa tidak lagi terletak pada budidaya pertanian maupun perternakan namun juga membudayakan wisata di tempat sendiri. Wisata taman hexagon mungkin contoh yang pas bagi yang sudah pernah, akan, atau mau ke sini.

Pasar Kuna

Awalnya saya sempat mengira bahwa taman hexagon hanya taman tok. Namun ternyata taman hexagon terbentuk bersamaan dengan pasar kuna yang tepat berada di di sampingnya. Bagi yang ingin berkunjung tidak ada salahnya untuk mencoba memasuki dan menikmati sajian yang ada di pasar kuna ini.

“Mbak pinten dawet niki?’ tanya istriku dalam bahasa jawa krama halus
“Niki kale keping bu” jawab si penjual perempuan yang mengenakan batik merah.
Sempat agak kaget dengan istilah dua keping namun akhirnya kembali dijelaskan bahwa dalam pasar kuna ini tidak berlaku menggunakan uang kertas (rupiah) melainkan uang keping. Uang unik ini sebenarnya semacam koin berbentuk bulat namun 2 x lebih besar dari uang koin biasa. Bulatan yang bernama uang keping tersebut terbuat dari batok kelapa kemudian diukir dengan nama uang kuna. Untuk mendapatkan uang keping ini pengunjung dapat menukarkan dengan uang rupiah. Satu uang keping dihargai dengan nilai 2.000 rupiah.
Sajian di sepanjang pasar kuna ini juga tidak menjual makanan modern yang berbungkus plastik. Sebaliknya jajanan maupun makanan yang dijual merupakan makanan khas ngapak baik makanan maupun minuman. Tentu saja setiap sajian yang ada memiliki nilai jual yang berbeda-beda ada yang seharga 2K, 3K, bahkan 5k. Kenikmatan yang ada di pasar ini juga dengan adanya pagelaran seni tari dan musik jawa yang dimainkan oleh penari dan pemusik. Alunan khas ini seolah mengingatkan kita dengan era tempo doloe.
Namun sayang dalam penataan kebersihan dan tempat panggung hiburan agak kurang mengenakan mata. Memang pihak setempat telah menyediakan tempat sampah tapi jaraknya saling berjauhan dengan bangku dan meja pengunjung yang tengah menikmati makanan. Tidak jarang bungkus makanan terbuang dibawah meja. Butuh tenaga lebih memang dalam menjaga kebersihan dan merapian ditengah ramainya pengunjung yang datang, apa lagi dalam momen liburan.


SELAMAT DATANG DI HEXAGON   

Setelah puas menikmati suasana pasar kuna saya dan keluarga kecil lainnya beranjak menuju ke taman hexagon. Usai membayar tiket masuk senilai 5.000 per orang kami mulai memasuki taman yang semua bahan dasar bangunan terbuat dari bambu. Memasuki lokasi wisata ini pun pengunjung bebas menggunakan fasilitas yang ada, salah satunya topi jerami khas pak tani. Topi jerami ini biasa ditawarkan oleh penjaga pintu masuk.


“Matunuwun nggeh mas” ujarku mengucapkan terima kasih usai menerima topi jerami.
Walau tidak terlalu luas, di dalam Taman Hexagon ini terdapat berbagai bangunan kekinian yang bisa dijadikan sebagai objek foto. Salah satunya miniatur menara eifel yang diberi nama menara efring. Miniatur ini memiliki tinggi sekitar 15 meter dan terbuat dari bahan bambu adalah monumen yang menarik pengunjung untuk melihat lebih dekat. Tidak ada pungutan atau retribusi tambahan bagi pengunjung yang hendak menaiki menara efring ini maupun sekedar selfi. Dari atas ketinggian menara efring ini pengunjung akan melihat keramaian sekitar Taman Hexagon baik sekitar taman itu sendiri maupun sekitar pasar kuna yang letaknya bersebelahan.
    Selain Efring, pengunjung bisa juga mengabadikan moment dalam foto maupun video dengan berbagai aksesoris buatan yang di tengah-tengah Taman Hexagon seperti tiruan bunga sakura dengan latar gunung fuji, papan nama dengan berbagai tulisan, atau narsis bersama sepeda ontel. Silakan pilih.   

Puas dengan Menara Efring dan lainnya saya menikmati siang yang panas dengan ngadem di pondok yang diberi nama saung. Pondok bambu dengan ciri bangunan berbentuk hexagon ini menjadi satu-satunya tempat nyantai yang aman dari sengatan matahari. Ngaso  di saung ini kita bisa menikmati angin sepoi dan pemandangan dengan latar Gunung Slamet. Walau tidak serame di pasar kuna yang penuh dengan kuliner tradisional di sini kita juga bisa memesan makanan yang ada cafe hexagon. Menu dengan harga jual yang pas  sehingga tidak harus merogoh kocek terlalu dalam. Aneka menu yang ada di sini diberi harga yang sepantasnya. Seperti memesan es teh dengan tempe mendoan diberi harga 8 ribu saja. Dan memesan di cafe ini tidak sama dengan pasar kuna yang kudu memakai uang kuna, cukup dengan lembaran uang rupiah saja.
Hal terakhir yang saya ingat dari taman ini adalah berbagai permainan tradisional disediakan di pondok tersendiri. Pengunjung bebas memainkan permainan tradisional itu, mulai dari ayunan, engklek, eggrang bahkan memainkan alat musik tradisional. Walau masih kurang lengkap dan banyak setidaknya Taman Hexagon memang dibuat dengan seapik mungkin sebagai taman yang tidak hanya menghadirkan satu macam isi, tapi berbagai isi. Jadi, kapan mau ke sini?



EIDELWEIS PAPUA



“Bunga terbaik yang saya temukan di dataran tinggi ini, di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua bernama Bunga Eidelweis”
Awalnya sih  memang masih diragukan apakah tumbuhan yang saya temukan adalah Eidelweis. Namun setelah melakukan konfirmasi dengan beberapa sumber, akhirnya saya bisa memastikan bahwa flora ini adalah Bunga Eidelweis khas Papua. Flora yang mempunyai nama keren bunga keabadian ini mungkin salah satu tumbuhan yang langkah di sini. Dan, saya menemukannya tumbuh di suatu tempat yang jarang tersentuh manusia.
Sebenarnya, untuk menemukan Eidelweis di sini bukan perkara yang mudah. Sepanjang kota Oksibil yang masih dataran tinggi dan merupakan ibu kota kabupaten Pegunungan Bintang ini ternyata bukan habitat utama pertumbuhan Eidelweis. Letaknya yang berada di ketinggian tidak menjadi jaminan untuk menemukan setangkai kehidupan dari Eidelweis

EIDELWEIS TANPA BUNGA

.
Eidelweis merupakan tanaman khas yang tumbuh di pegunungan dengan tingkat kelembapan dan udara berkategori dingin estrem (dingin sekali). Setiap pegunungan yang dibuka untuk pendaki (hiking) pasti mengetahui hal ini ketika jejak kaki mereka sampai di puncak. Tanaman langkah yang menjadi ikon puncak gunung juga merupakan tanaman terlarang untuk diambil secara sembarangan, namun entahlah jika di Papua ini.   
Kali pertama saya menemukan bunga ini saat saya menjalankan rutinitas mencari sinyal di puncak Kosikin (lihat cerita saya di judul bagai ninja hatori aku mencari sinyal). Petualangan mencari sinyal lantas membawa saya tersentak saat melihat sebuah tumbuhan setinggi 40 cm dan memiliki daun lembut yang berwarna putih. Sepanjang perjalanan Okbape dan Kosikin mungkin ini adalah pertama kalinya saya menemukan tumbuhan ini, Eidelweis.
Saat menemukan pertama kali, saya masih meragukan bahwa tumbuhan ini adalah Eidelweis. Saya melewatkan tumbuhan ini setelah mengambil beberapa foto. Namun saat kembali menemukan tumbuhan lain yang serupa dan berbunga barulah saya melihat bahwa tumbuhan ini memiliki kesamaan dari bentuk bunganya seperti bunga Eidelweis. Seperti aturan pegunungan yang melarang memetik tangkai maupun bunga tersebut, akhirnya saya memilih untuk mengambil keseluruhan tanaman ini, mencabutnya hingga ke akarnya. Kelembapan dan kedinginan udara di kampung Imbot, Distrik Okbape saya rasa bisa memindahkan dan menumbuhkan tanaman ini di sana. Pemindahan tanaman ini dilakukan sembari saya melihat lebih detail tanaman  lebih jauh.
BUNGA EIDELWEIS
Eidelweis Papua secara detail tidak memiliki perbedaan yang mencolok dibanding dengan Eidelweis di beberapa pulau lain (Sumatera dan Jawa). Perbedaan Eidelweis  papua ini terlihat dari  daun serta tangkainya. Jika tangkai dan bunga Eidelweis di pulau luar papua bisa bercabang serta lebih hijau, berbeda sekali dengan bentuk tangkai Eidelweis papua yang menumbuhkan bunga ini hanya dengan satu batang tanpa tangkai bercabang. Dedaunan yang cenderung berwarna putih pekat  sebenarnya bukan warna daun melainkan semacam bulu-bulu halus rapat yang menutupi daun Eidelweis sendiri yang berwarna hijau. Maka saat jari menyentuh daun Eidelweis Papua ini kita akan merasakan lembut dan ketebalan bulu putih yang menutupi daunnya Eidelweis berwarna hijau.
Dalam hal proses tumbuhnya, Eidelweis  Papua berbeda dengan puncak lain dimana terdapat keseragaman Eidelweis yang tumbuh di sekitarnya. Sedangkan di puncak Kosikin,  saya hanya bisa menjumpai tiga batang tanaman ini di sekitar area puncak yang biasa tertutupi oleh kabut jika lewat dari jam 12.00 WITA . Padahal saya sangat berharap untuk menemukan lebih banyak lagi tanaman sejenis yang tumbuh kembang secara bersamaan. Sebagai tanaman khas pegunungan tidak lah berlebihan bahwa tanaman Eidelweis Papua termasuk flora yang tergolong langkah di Kabupaten Pegunungan Bintang. Dan saat tulisan ini ditulis Eidelweis yang saya cabut masih tumbuh di plant bag hitam berukuran sedang di depan rumah, Kampung Imbot. Entah berapa lama lagi saya akan menjumpainya berbunga saya akan menunggunya.
Flora dan fauna yang terdapat di papua merupakan bagian terbaik yang ada di Indonesia. Saya berharap tulisan tentang flora maupun fauna nantinya akan ada kembali.

Tulisan di bawah rumah sederhana Kalibagor 5 Desember 2018
    

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...