KELUARGA CEMARA II RASA PETUALANGAN SEORANG ARA

 


Akhirnya pada bulan juni 2022 film Keluarga Cemara 2 resmi tayang di bioskop Indonesia. Sebuah film keluarga yang mencoba melanjutkan Keluarga Cemara sebelumnya. Semua memakai formasi yang sama. Pemeran Abah, Emak, Euis dan Ara masih dengan tokoh yang sama serta seting tempat yang sama. Tidak ada yang berubah, hanya ada sosok balita lucu bernama Agil yang masuk sebagai pemeran tambahan dalam film ini. Dalam film yang berdurasi hampir dua jam ini juga penonton tidak akan dibawa dalam sebuah kerumitan masalah yang bercabang. Sebaliknya, masalah yang muncul memang masalah realitas keluarga yang biasa dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Penyelesaian yang tidak berbelit dan tentu saja happy ending.

Keluarga Cemara adalah film yang diadaptasi dari serial Keluarga Cemara versi lawas, dimana generasi anak 90-an pasti ngeh dengan film ini. Namun Keluarga Cemara versi 2022 ini menurut saya tidak selalu mengekor dengan film versi lama. Sebaliknya Keluarga Cemara versi 2022 mampu menampilkan Keluarga Cemara yang kekinian. Mereka tidak terpaku pada becak, pembullyan, jualan opak, dan hal lain yang ada dalam versi lawas Keluarga Cemara. Sehingga bisa dikatakan bahwa menonton Keluarga Cemara versi 2022 tidak teruntuk generasi 90-an namun juga bagi generasi kekinian karena mudah dipahami dan dimengerti.

Pada Keluarga Cemara 2 kali ini film ini sebagian besar akan fokus pada sosok Ara atau Cemara. Dimana di scene awal saja ara harus menghadapi sebuah perubahan dalam keluarganya. Ara tidak lagi bisa diantar jemput oleh Abah dan Teteh Euis sebaliknya ia kudu bisa pulang sendiri. Beruntung adaptasi ini tidak sulit karena setelahnya ia berkenalan dengan Aril, teman sekolahnya yang selalu memberikan tumpangan naik sepeda. Proses adaptasi mandiri ini memang dirasa sulit bagi ara namun ara adalah tokoh utama dalam film ini maupun lawas jadi karakternya pun memang mudah diajak menyesuaikan.

Adegan tentang Ara silih berganti lagi, seusai pisah kamar dengan teteh euis atas dasar privasi ara menemukan teman baru yakni neon. Seekor ayam yang diberi nama neon ini adalah titik masalah sederhana dalam film Keluarga Cemara versi 2022 kali ini. Dimana ara berdebat dengan abah bahwa dia bisa berbicara dengan neon dan akan mengantarkannya ke rumahnya yang berada di sebuah kampung yang jauh yakni kampung badak. Sebaliknya Abah menganggap bahwa ungkapan ara etrsebut adalah imajinasi yang tidak perlu diteruskan karena dianggap berlebihan. Lika-liku ini akhirnya membawa Ara mencari sendiri bersama Aril dimana rumah si ayam kecil Neon itu. Abah yang mengetahui pun sempat menegur dan marah atas sikap anakknya tersebut. Namun sekali lagi, Keluarga Cemara versi 2022 berakhir dengan happy ending dimana Abah mau menjadi ayah yang mencoba memahami anaknya ini.

    

War of the word: Bumi Yang Lagi Diserang

 


War Of The Word dibintangi oleh aktor Tom Cruise. Film lawas ini resmi ditayangkan pada tahun 2006, War Of The Word merupakan film fiksi ilmiah yang berisi tentang perlawanan antara manusia melawan serangan yang dilakukan alien. Film yang berdurasi hampir dua jam tidak fokus tentang bagaimana perlawanan yang dilakukan oleh para manusia saat menghadapi serangan alien. Sebaliknya, film ini lebih memperlihatkan sosok Ray  dengan dua anaknya yakni robbi dan Rachel  yang tengah sibuk menyelamatkan diri dari serangan alien tersebut.

Film ini diawali dengan tugas Ray  yang suatu pagi harus menjaga kedua anaknya. Seorang perempuan yang membawakan dua anaknya adalah mantan istrinya yang kini telah menikah dengan seorang laki-laki pilihan  bernama Tim. Ray  yang bekerja sebagai pekerja kontainer dipelabuhan ini sebenarnya agak enggan untuk mengasuh kedua anaknya tersebut. Sikap enggannya ini bukan tanpa sebab. Ray  adalah pria yang terbiasa hidup tanpa aturan sehingga kondisi rumahpun tidak terlalu ramah untuk  anak-anak mereka. walau seperti Ray  tetaplah seorang ayah yang memiliki tanggung jawab secara moral dan hukum.

Adegan berlanjut saat Ray  yang gagal mengakrabkan diri dengan dua anaknya. Bahkan Robby  dengan berani meminjam tanpa izin memakai mobil sportnya. Saat Ray  hendak mencari Robby  tiba-tiba dia dikejutkan dengan kilatan cahaya petir, angin yang besar dan serta peralatan eletronik yang mati tidak bergerak. Awalnya Ray  maupun masyarakat sekitar masih tenang dan tidak ada kecemasan atas fenomena alam ini. Namun saat mereka melihat getaran dan retakan tanah mengeluarkan makhuk raksasa berukuran tinggi 25 meter mereka pun mulai berlari ketakutan. Kengerian ini bertambah saat kilatan cahaya yang keluar dari mahluk asing tersebut menyebabkan manusia-manusia hilang secara mendadak.

Ray  yang melihat ini sangat ketakutan. Seolah trauma dan tidak sadarkan diri, namun ia tidak perlu lama terdiam, segera ia dengan anak-anaknya segera mencari tempat yang lebih aman yakni di rumah Tim yang jauh dari rumah milik Ray . Namun pilihan untuk kembali ke rumah Robby  dan Rachel  ini bukanlah pilihan yang tepat. Hal ini karena sebuah pesawat tiba-tiba menghentakan mereka untuk kedua kalinya. Rumah milik Rachel  dan Robby  habis oleh badan pesawat yang menimpah rumah mereka. beruntung mereka bisa selamat dengan masuk ke ruang bawah tanah.

Singkat cerita, Ray  beserta dua anaknya melanjutkan perjalanan menuju ke Boston, sebuah tempat dimana ibu Rachel  dan tim berada yakni di rumah sang nenek. Namun perjalanan menuju ke sana tidak lah mudah. Mobil yang mereka tumpangi direbut paksa oleh massa yang juga ingin melarikan diri. Perjalanan pun dilanjut dengan berjalan kaki. Ray  dalam perjalanan ini kehilangan Robby  yang ingin melawan langsung alien. Kini mereka berdua hanya bisa bertahan hidup dari serangan alien yang mematikan. Beruntung Ray  ditolong oleh seorang bernama harry. Pertolongan ini pun juga tidak berlangsung lama karena harry yang terlalu ketakutan membuat keselamatan Ray  dan Rachel  kian terancam. Harry akhirnya mati ditangan Ray  sedangka Rachel  ditangkap oleh mahluk asing tersebut.

Ray  yang mencoba melawan alien tersebut tidak bisa berbuat banyak, sebaliknya ia pun ditangkap oleh makhluk alien tersebut. Dalam sebuah penjara alien itu Ray  mencoba menenangkan Rachel  yang terlihat shock. Pertemuan haru ini pun tidak berlangsung lama. Tiba-tiba makhluk alien mencoba menyedot Ray  untuk diambil sari darahnya. Namun Ray  yang tidak kehilangan akal berhasil membawa beberapa granat sebelum masuk ke mulut alien tersebut. Di detik-detik itu juga Ray  sempat ditarik oleh para manusia lain dengan susah payah.

“Dhuaarrrrrrr” ledakan terdengar kuat dari eprut alien tersebut. Kerangkeng alien pun terlepas dan jatuh. Selanjutnya Ray  dan para sandera lainnya melarikan diri sejauh mungkin. Pelarian ini terhenti saat mereka menyadari bahwa alien-alien tidak lagi bergerak. Mereka terdiam tanpa sebab. Ray  yang memperhatikan kembali alien tersebut tiba-tiba menyadari bahwa alien yang sebelumnya memiliki perisai tubuh yang tidak bisa ditembus oleh senjata kini tidak memiliki perisai. Tidak perlu lama Ray  pun mengatakan hal ini kepada tentara-tentara tersebut.

“serang..

“tembak”

Semua kini menyerang alien yang terlihat lemah. Akhirnya kemenangan manusia diraih hari itu. Di sisi lain Ray  pun akhirnya berhasil membawa Rachel  ke rumah neneknya. Sang ibu pun terharu dengan kedatangan anak dan mantan suaminya itu. Film ini pun diakhiri dengan pelukan dari Robby  yang ternyata telah sampai di rumah sang nenek. Film selesai.

Menurut saya film ini memang lebih mengedepankan sisi manusiawi dalam perjalanan menyelamatkan diri melawan alien. Tom cruise yang berperan sebagai Ray  pun adalah manusia biasa yang tidak miliki kemampuan khusus apa pun. Walau seperti itu, perjuangan dia dalam menyelamatkan dua anaknya merupakan hal luar biasa. Bahkan saat Ray  harus membunuh harry akibat ketakutan berlebihannya merupakan tindakan yang di luar akal sehat.   

 

 

Isol Bung: Air Terjun Yang Berliku Sekali Jalannya

   
 
Jika pesisir identik dengan keindahan alam berupa pantai, maka pegunungan pun tidak kalah menarik karena pegunungan memiliki keindahan alamnya berupa panorama dan air terjun. Di wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, hampir di setiap sela perbukitan maupun pegunungan terdapat air terjun yang  merupakan bagian dari keindahan alami yang mengalir tanpa kering. Saya pun terbiasa melihat keindahan air terjun hanya dari titik jauh. Maka dari itu, perjalanan kali ini saya beserta lainnya memilih untuk menyambangi air terjun Isol Bung, sebuah air terjun yang berada di Distrik Okbape  pada Jumat di awal bulan November 2021. Keberadaannya menipu mata  seolah tidak jauh dari jalan lintas kendaraan yang menghubungkan antar disrik dan kampung, jalur dimana saya sering melihatnya setiap naik kendaraan.

“tidak dekat, namun tetap saja air terjun ini memiliki istilah dekat di mata jauh di kaki”

Setiap kali pergi ke kota oksibil maupun kembali ke kampung imbot, distrik Okbape  saya banyak berharap ada waktu dan kesempatan untuk pergi ke air terjun Isol Bung ini. Perbukitan yang jauh dengan warnanya yang membiru tidak menyurutkan keinginan untuk pergi ke sana. Namun memang untuk pergi ke sana harus melihat cuaca yang sering berkabut dan hujan.

“saya rasa hawa dingin dari kibasan air terjun akan memberikan energi buat kami kelak jika mampu sampai ke sana” ucapku dalam hati.

***

“Jauh kah tidak kalau mau pergi ke sana?” tanya musa kepada domin, salah satu siswa SD inpres bape.

“Jauh pak guru, tapi bisa kalau mau jalan ke sana, nanti saya temani” jawab domin

“Ok, nanti kita atur rencana” 

Akhirnya momen itu tiba. Di saat cuaca di sekitar kampung imbot maupun kampung bape mulai jarang hujan kami pun bersiap untuk pergi ke sana. Jauh memang oleh karena itu kami berencana untuk menyiapkan diri . Persiapan demi persiapan pun dilakukan. Bagi saya, setiap memulai perjalanan di distrik Okbape  saya selalu menyiapkan rencana guna saat dalam perjalanan lebih siap. Setidaknya, ada tiga persiapan utama yang harus dilakukan untuk memudahkan perjalanan nanti. Pertama,  mencari pendamping selama perjalanan, biasanya kami memilih siswa di sekitar distrik. Kedua,menyiapkan bekal yang menyesuaikan dengan jumlah jiwa yang ikut pergi. Ketiga, barang yang dibutuhkan selama perjalanan mulai dari mantel hujan, korek api, pisau , parang dan kebutuhan tambahan lain. Namun persiapan terakhir ini menyesuaikan dengan tujuan yang akan dituju. 

Perjalanan dimulai dari kampung imbot, tempat dimana kami tinggal. Perjalanan ini dimulai sekitar jam 07.00 WIT. Matahari pagi menyinari hangat dengan langit biru membentang kemudian membawa kami secara perlahan menyusuri jalan menuju ke Isol Bung. Oh ya perjalanan ini kami bersama dengan lima siswa yakni Domin, Denias, Perengki, Andi, Enal dan tentu saja dengan Musa Krey, pak guru yang berasal dari Biak. Sepanjang perjalanan kami pun melewati jalur lintas kendaraan, memasuki pinggiran ladang warga, menyebrang sungai, menyesuluri sungai hingga melewati semak belukar ditengah padatnya rimba hutan.

Singkat cerita kami pun sampai di tempat tujuan yakni air terjun Isol Bung. Namun singkatnya cerita ini sebenarnya tidak terlalu singkat karena perjalanan kami membutuhkan estimasi waktu hampir tiga jam perjalanan. Dan jujur, lika liku menuju ke Isol Bung cukup estreme bahkan jika perjalanan hendak dilanjut ke titik tertinggi air terjun paling atas oleh domin, ia mengatakan sangat susah dan sulit. Ungkapan ini pun di amini oleh musa yang memaksakan diri untuk sampai di titik atas terjun.

“Hooh susah sekali, saya rasa ingin turun tapi tidak bisa. Akhirnya kami memilih jalan lain. Bergetar kaki saya saat melewati lereng dan celah menuju air terjun di atas” ungkap musa yang nekat naik mencapai titik tertinggi air terjun ini.

Saran saya bagi yang berminat melihat keindahan Isol Bung baiknya menyiapkan kondisi fisik dan perlengkapan yang dibutuhkan. Alas kaki yang bisa menahan licinya bebatuan kali, jaket lengan panjang untuk menghindari gesekan dengan duri maupun daun gatal, kantong plastik serba guna untuk melindungi barang dari percikan atau guyuran hujan, hingga makanan untuk menambah energi.

***

Sekitar jam 09.45 wit saya akhirnya sampai di kaki derasnya isol bung. Dengan ketinggian sekitar 20 meter saya bisa merasakan hembusan angin yang bergabung dengan bulir air kemudian menerpa wajah. Dingin, sejuk, dan menyenangkan. Air terjun yang biasa saya lihat akhirnya bisa kami lihat lebih dekat.



Air terjun ini masih begitu asri, denias menjelaskan bahwa orang yang singgah ke air terjun umumnya hanya mereka yang sedang berburu burung maupun kus kus. Aku mendengar hanya bisa menebak saja, memang dengan track jalan yang cukup sulit serta bergantung kepada cuaca sangat tidak mudah untuk sampai di titik ini. Namun di sisi lain saya pun merasa beruntung untuk bisa sampai di sini. Selain pemandangan yang bagus juga karena tempat ini masih sangat asri.

“hai ayo foto”

“hai ayo mandi”

“hai ayo makan”

Begitulah, begitulah cara kami menghabiskan waktu saat berada di air terjun ini. Meninggalkan jejak dengan foto, menikmati alammnya dengan mandi dan menambah energi dengan memakan bekal yang ada. Sederhana, singkat, namun berkesan. Apa pun itu , menikmati alam di pesona air terjun isol bung adalah kesan yang mengesankan.

***

“Pak guru hari  sudah siang, kita harus turun” saran domin saat kami usai menyelesaikan acara piknik di hutan rimba ini.

“ Ok baik, ayo kita siap-siap turun” jawabku.

Saran Domin merupakan saran yang tidak boleh dibantah menurutku. Saya yang telah empat tahun tinggal di Okbape  ini mengerti sekali bahwa alam di Okbape  tidak selalu terang, sebaliknya di bawah kaki gunung mandala saya bisa langsung melihat perubahan cuaca yang sering terjadi secara cepat sekali. Oleh karena itu, ketika sudah tengah hari atau sekitar jam 12.30 wit sebaiknya kami bergegas. Jalan licin penuh dengan tanah lumpur, banjir di sungai yang kami seberangi, hingga fisik yang akan sangat lelah bisa terjadi jika hujan telah turun.

Perjalanan yang bolehlah untuk saya lalui kali ini. Melewati hutan, menyusuri sungai untuk menemui keindahan dari air terjun Isol Bung.

“Terimakasih sang pemilik alam, terima kasih semuanya”

Okbape , hari pahlawan 2021 

Panorama terbaik di puncak D CEEMP,Okbape-Papua

 

“Aku tidak pernah bisa mengabadikan sebaik mungkin panorama ini.

Keindahannya terlalu apik

 dibandingkan hasil jepretan atau yang telah terbingkai”

pemandangan bukit D CEEMP/ f.musa krey

 

Bagi masyarakat Okbape, Pegunungan Bintang, Papua, panorama di bukit D CEEMP ini hanya dipandang sebagai puncak bukit. Keberadaanya yang berada di lereng jalan ini tidak memudahkan untuk orang di luar Okbape untuk singgah. Padahal lokasi bukit  D CEEMP  ini tidak jauh dari akses jalan non aspal roda empat dan dua. Perbukitan ini lebih sering disinggahi oleh mereka pejalan kaki antar kampung. Selain letaknya juga berada di lereng yang panjang serta menanjak.  Kita pun masih harus berjalan melewati tanjakan yang dipenuhi dengan kerikil-kerikil tajam serta batuan lepas.

 

“Walau seperti itu, tanjakan ini akan memberikan nuansa yang berbeda karena panorama yang disajikan. Ia  akan segera melupakan lelahmu dan penatnya saat menanjak. Keindahan terbaik ada di  titik tertinggi, di bukit D CEEMP ini.”

 

Seperti hari ini, di semester genap tahun 2021 saya kembali ke sini. Bagi saya sendiri, berada di bukit ini terasa istimewah karena bisa menikmati keindahan alam yang seutuhnya. Saya bisa menikmati ademnya keindahan, kesejukan serta kedamaian. Berada di bukit D CEEMP seolah menjadi cara saya untuk bersyukur kepada Tuhan, atas keindahan alam nusantara di negeri timur yang tidak boleh diabaikan. Oleh karenanya pada hari ini saya menancapkan dan mengabadikan momen kali ini dengan memberinya nama D CEEMP. Sebuah nama yang berasal dari kami yang pernah singgah dan menikmati hari-hari bersama di sini, pada saat itu.

 

“ Dona, Claudia, Eka, Eman, Musa dan Pri alias D CEEMP, semoga kalian menyukainya”

 


Secara sepihak saya menamai bukit ini dengan nama D CEEMP, sebuah nama yang diambil dari huruf pertama nama panggilan kami, para guru baik yang pernah mengajar di sebuah sekolah SD Inpres Bape, kami para guru nusantara mengajar di sebuah sekolah dasar satu-satunya di Distrik Okbape ini. Dari bukit ini terlihat sebuah sekolah yang hanya terlihat putih pudar. Dari bukit setinggi sekitar 2500 Mdpl  ini kami melepas lelah mengajar dalam satu waktu dan mengabadikan cerita yang tidak pernah usai untuk diceritakan. Masing-masing memiliki cerita yang kadang dibagi untuk tertawa kadang dibagi untuk mempererat kebersamaan melalui empati yang tidak hanya sekedar simpati.

 

Namun untuk mencapai bukit ini tidak mudah, betul tidak mudah. Selain harus berjalan kaki sekitar 50-60 menit an dengan rute jalan yang menanjak dari kampung Imbot, kami harus siap berjuang melawan dinginya pagi. Bahkan untuk suatu waktu, alam Pegunungan Bintang sering tidak menentu cuacanya, kabut tebal kerap menutup pagi, menunda rencana.  Pertanda malam yang teramat dingin dengan bertebarnya bintang di angkasa tidak selalu menjadi tanda akan datang cerah di esok hari. Cerahnya pagi biasanya akan lebih terlihat saat jam 04.45 Waktu Indonesia Timur dengan suhu udara yang dinginya mencapai 16-20 celsius. Jika pada saat itu, terlihat Bayangan gelap memanjang seolah menutupi langit berarti pertanda cuaca pagi akan cerah.

 

Tahukah kamu, bayangan besar itu apa?. Bayangan besar itu adalah keindahan bentangan kokoh dan dianggap keramat di negeri timur ini yakni Pegunungan Mandala, Aplim Apom.

 

 Pegunungan Mandala yang memiliki tinggi 4765 Mdpl merupakan gunung tertinggi di Indonesia setelah Gunung Jayawijaya 4884 Mdpl. Bentangan kokoh Pegunungan Mandala ini selalu membuat setiap orang takjub serta kagum. Bahkan bentangan yang memanjang selalu membuat momen untuk mengabadikannya dirasa kurang, Panorama terbaik. Seolah ada garis yang terputus dalam bingkai foto yang sulit dihilangkan begitu saja. Saya sendiripun menyukai nuansa pemandangan ini saat pagi hari, menjelang matahari terbit hingga kabut datang dan menggumpal Pegunungan Mandala.   

 

Asap mengepul dari ranting kayu yang dibakar, wadah penahan air duduk dan semakin menghitam di atas perapian. Sembari menanti mendidih tidak ada salahnya lekukan tangan ini mengabadikan momen ini.

 

Walau berada di ketinggian, Bukit D CEEMP tidak terjangkau oleh sinyal jaringan seluler hingga pertengahan tahun 2022. Keberadaanya yang masih kurang tinggi dari bukit lainnya akhirnya tertutup untuk mendapatkan akses sinyal dari arah kota kabupaten. Padahal ribuan meter tidak jauh dari titik ini, terlihat bangunan besi yang berdiri kokoh. Warna merah dan putih di sela besinya terlihat jelas. Namun sayang hingga kini harapan untuk mendapatkan sinyal masih belum tercapai. Ada banyak alasan kenapa tower sinyal yang setiap malam menyala merah itu belum aktif. Mulai dari masalah dana pembebasan lahan, hingga alasan keamanan yang ditimbulkan oleh KKB papua. Cerita tower lantas menjadi pelengkap cerita dari kami hari itu sembari menikmati hiking di puncak Bukit D CEEMP.

 

Cerita D CEEMP ini belum berakhir lho, saya akan menuliskannya lagi nanti di bagian ke II.  

 

  

 

 

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...