Catatan Perjalanan : Menggapai Atap Tertinggi Sumatera-GUNUNG KERINCI

Jam 05.50 WIB...
" Suhu udara yang dingin sekitar 10 celcius di shelter 3 Gunung Kerinci membuat aku bersama keempat teman lainnya memilih berdiam di dalam tenda. Pendakian panjang ini telah membuat badan yang kelelahan memilih menghangatkan diri di tenda yang sederhana. Namun waktu yang beranjak pagi tanpa suara tiba-tiba menyentakan kami beserta puluhan pendaki lainnya ketika melihat seberkas cahaya yang berwarna kemerahan. Tepat di depan tenda aku melihat biasan cahaya merah cerah tersebut. Aku pun membuka resleting tenda untuk melihat lebih jelas cahaya merah itu, dan akhirnya aku sadar bahwa cahaya merah itu adalah inspirasi bagi para pujangga yang puitis. Cahaya sang surya terbit nampak gagah dan menawan hati. Bergegas saya bersama teman se-pendakian lainnya untuk mengabadikan diri dalam sebuah foto maupun tulisan. Inilah keindahan Tuhan yang tidak diciptakan dengan sia-sia".
                                                                 ***
Kutipan di atas adalah salah satu kesan keindahan yang didapatkan setelah melakukan pendakian ke gunung kerinci. Kali ini penulis melakukan pendakian ketiga di tahun 2013 yakni Gunung Singgalang (4/1), Gunung Merapi (29/6), dan Gunung Kerinci (17/8). Dalam pendakian ini penulis bersama empat pendaki lainnya yakni Yurid Hamdani, Saproni, Edi, dan seorang pendaki muda asal Jombang-Jawa Timur yakni Hastopo melakukan misi mendaki atap tertinggi sumatera ini. Perjalanan panjang ini dilakukan dimulai dari tanggal 15 Agustus hingga tanggal 17 Agustus 2013. Gunung Kerinci adalah salah satu gunung api yang masih aktif di Indonesia. Namun dalam hal ketinggian Gunung Kerinci adalah gunung api tertinggi di nusantara. Ketinggian Gunung Kerinci sekitar 3805 Mdpl ini sebenarnya masih tertinggal dengan gunung Jayawijaya yang berada di pulau Papua, dimana ukuran ketinggian tersebut dilihat secara total yakni Gunung Jayawijaya tidak aktif sebagai gunung api. Adapun letak Gunung Kerinci ini terletak diantara perbatasan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Jambi. Oleh karena itu bagi para pendaki yang hendak mendaki bisa datang melalui rute Padang-Kerinci atau Jambi-Kerinci. Namun bagi pendaki yang hendak berjalan mendaki gunung ini biasanya melewati rute desa Kersik Tua, Kerinci, Jambi.
Pendakian panjang ini memang memberikan sebuah tantangan bagi banyak pendaki untuk menjajal ketangguhan gunung tertinggi di Sumatera ini. Dalam perjalanan yang penulis lakukan 15-17 Agustus terlihat minat para pendaki yang datang tidak hanya dari satu tempat, melainkan dari berbagai daerah, bahkan wisatawan mancanegara pun datang menikmati puncak tertinggi ini. Pendaki-pendaki ini juga tidak hanya berasal dari pendaki profesional namun juga pendaki pemula bahkan anak-anak. Penulis melakukan pendakian bersama keempat teman lainnya pada tanggal 15 Agustus pada jam 10.15 WIB. Sebelum melakukan pendakian ini, Edi selaku pemimpin dalam pendakian ini melakukan cek perlengkapan pendakian dan membaginya. Memang dalam pendakian ini, cek perlengkapan sangat penting dalam menjaga keseimbangan serta bahan yang cukup selama pendakian. Usai berdoa kami mulai berjalan beriringingan menujuh pungguh bukit. Kondisi cuaca Kerinci yang cerah menjadi nilai positif bagi para pendaki dalam menaklukan pendakian ini. Dalam perjalanan ini, para pendaki akan melewati beberapa tempat persinggahan yakni pos I, pos II, dan pos III. Jarak antar pos ini relatif berbeda-beda tergantung dengan medan yang dilalui serta fisik para pendaki. Pada jam 12.05 WIB penulis tiba di pos ketiga, usai melewati pos 3 ini para pendaki akan melenjutkan perjalanan menujuh shelter yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk mendirikan tenda atau sekedar beristirahat. Jarak antara pos 3 dan shelter 1 yang agak jauh memungkinkan para pendaki untuk beristirahat di sisi jalan. Istirahat ini bertujuan agar fisik pendaki stabil. Tepat jam 14.22 WIB penulis tiba di shelter 1 untuk beristirahat. Setelah shelter 1, para pendaki masih harus melewati dua sheter lagi. Namun berbeda dengan jalan sebelumnya, pendakian menujuh shelter selanjutny cukup berat. Oleh karena itu, banyak pendaki yang akhirnya mendirikan tenda di sisi shelter 1 atau di shelter 2. Namun jika tenaga diperkirakan mencukupi untuk naik ke shelter 3 (akhir) maka penulis menyarankan untuk langsung ke shelter 3. Jalan yang dilalui memang menanjak serta melewati cela-cela yang sempit sehingga jalan menjadi lambat dan tenaga yang berkurang draktis.
Perjalanan kami tidak terasa masuk jam 18.00 setelah melewati shelter 2 kami lanjut berjalan menujuh shelter 3. Perjalanan panjang selama sekitar 8 jam tuntas ketika kaki mencapai cadas pertanda memasuki shelter 3. Penaklukan puncak tertinggi kamu lanjutkan esok tanggal 17 Agustus menujuh puncak tertinggi sumatera ini. Selama 15-17 agutus kami melewatkan hari-hari di gunung tertinggi ini. Sebuah rasa syukur bahwa pendakian tertinggi usai dilakukan. Namun tidak semua pendaki memiliki rasa syukur yang sama dalam pendakian ini. Penulis menemukan pendaki yang tidak memiliki rasa syukur dalam bentuk perilaku kebersihan. Tidakjarang penulis menemukan sampah yang terbuang di sekitar perjalanan awal hingga ke puncak. Tentu saja, perlu adanya kesadaran dalam diri bahwa alam adalah jiwa yang bersih dan tidak tercemar. Salah satu hal kecil yang dapat dilakukan dalam menjaga alam adalah dengan menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah di sembarang tempat.

Nasionalisme di Puncak Kerinci 


Banyak pendaki yang melakukan pendakian berdasarkan sebuah moment. Salah satunya yang penulis lakukan bersama empat teman pendaki. Pendakian yang dimulai sejak tanggal 15 Agustus ini tidak hanya bertujuan untuk sekedar mendaki dan menikmati puncak saja. Namun pendakian ini juga untuk merayakan kemerdekaan republic indonesia di puncak gunung kerinci. Maka tidak hanya kami berlima saja yang hendak merayakan moment kemerdekaan di atas puncak.namun ratusan pendaki dari berbagai daerah lainnya juga merayakan pendakian ke atas puncak Gunung Kerinci ini. Penulis beserta tim dan pendaki lainnya mulai mendaki puncak tertinggi sejak jam 03.30 WIB. Suhu pagi yang dingin tidak menepiskan niat untuk mendaki puncak Kerinci. Jalan yang penuh pasir serta batu membuatpara pendaki harus waspada terhadap benda tersebut. Oleh karena itu, kacamata dan masker menjadi alat utama yang harus dibawa selain jaket. Rasa nasionalisme sebagai rakyat Indonesia terasa memuncak ketika lagu kebangsaan indonesia dikibarkan di atas puncak tertinggi di pulau andalas ini. Pendakian pagi hari dan tiba tepat jam 06.00 WIB para pendaki mulai mempersiapkan diri untuk merayakan hari jadi bangsa indonesia yang ke-68. Nyanyian bersama dipuncak gunung ini menggetarkan jiwa nasionalis para pendaki gunung.
Sorak-sorakan kemerdekaan menunjukan adanya kebanggaan terhadap bangsa indonesia. Tentu saja, ada harapan yang hendak dibangun dalam upacara kemerdekaan y sederhana ini bahwa bangsa ini mampu menjadi bangsa yang berbudi luhur serta menjadi bangsa yang hebat dalam memajukan sumber daya manusia dan alam. Selain itu bangsa ini keluar dari kemelut korupsi dan ketidakjujuran. Mendaki dan nasionalisme dapat menjadi indikator kesungguhan dari para pendaki, sebagai bagian dari bangsa ini, bahwa pendakian yang diakukan adalah pendakian yang dilalui dengan kerjasama serta memiliki satu tujuan yakni mengibarkan bendera ini. Tekad para pendaki adalah tekad yang tidak mengenal batas usia maupun gender bahwa semua orang bisa mendaki asalkan tekad untuk menggapai tujuan itu kuat.

catatan perjalanan : Menggapai Puncak Merapi_ GUNUNG MERAPI SUMATERA BARAT

Berdiri bersama di puncak merapi..
dan melihat kebesaran-Mu Tuhan Seiring melihat sang surya tenggelam,..
 aku melihat lukisan Tuhan Menajubkan, indah, 
dan inilah alam Mu Alam yang menawarkan kedamaian di atas puncak gunung merapi.
 Prie Dn
Keindahan alam adalah keindahan yang diciptakan oleh Tuhan yang tidak bisa dimanipulasi. Penulis terkesima dengan menyaksikan panorama alam raya saat berada di atas puncak Gunung Merapi. Drama panjang perjalanan yang dilakukan oleh sembilan pendaki menujuh puncak Gunung Merapi, Padang Panjang Sabtu (29/6).
                                                                ***
Pendakian menujuh puncak Gunung Merapi adalah pendakian kedua yang penulis lakukan bersama teman-teman sejawat kampus. Jika sebelumnya, penulis berhasil berdiri di puncak Gunung Singgalang (4/1/2013) dan menatap jauh Gunung Merapi. Maka kini, kaki ini berdiri tegak menatap Gunung Singgalang dan Gunung Tandikek di atas gunung setinggi 2.700 meter ini. Bagi sebagian besar teman-teman lainnya yang melakukan perjalanan ini pun mengatakan bahwa pendakian ini adalah pendakian yang pertama kalinya. Perjalanan ini masih dipimpin oleh Nanda Priono yang memang memiliki obsesi untuk melakukan banyak pendakian, bersama pendaki lainnya Arvan Septian, Rika Novita, Refta, Kiki, Febri Hayasman, Popy, Ridho, dan penulis sendiri. Para pendaki ini adalah mahasiswa yang terdaftar di Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang (FIS UNP). Adapun nama dalam rombongan ini penulis subjektif menamakannya sebagai rombongan “Al Buruj” berarti sebuah bintang yang mencoba bersinar dari atas puncak.
Perjalanan ini diawali pemberangkatan melalui kota Padang menujuh Padang Panjang pada jam 06.30 WIB. Melalui sebuah angkutan umum sebuah mobil avansa yang disewa 25.000/ orang rombongan Al Buruj sampai di lokasi pada jam 08.00 WIB. Lokasi inilah oleh penulis sebut sebagai “markas” awal yakni di sebuah lokasi di puncak perumahan yang berdekatan dengan tower telekomunikasi Koto Baru-Padang Panjang. Setiap pendaki yang hendak melakukan pendakian melalui jalur Koto Baru singgah terlebih dahulu di “markas” ini guna memeriksa kembali perlengkapan. Selain itu, setiap pendaki juga melakukan pendaftaran rombongan melalui petugas dan membayar retribusi masuk. Pendaftaran ini bertujuan untuk melakukan pendataan terhadap setiap pendaki yang naik ke puncak Merapi. Selama dua jam, kami melakukan cek persiapan kembali termasuk sarapan pagi. Hal penting yang harus dilakukan sebelum mendaki adalah persiapan fisik. Setiap pendaki profesional maupun pemula harus dapat menakar fisiknya kembali sebelum pendakian. Oleh karena itu, dalam mendaki biasanya setiap rombongan akan membagi beban berat sesuai dengan kondisi fisik saat tersebut. Usai sarapan rombongan Al Buruj memeriksa perlengkapan fisik sebelum mendaki. Maka tepat jam 10.00 WIB dimulai dengan berdoa, rombongan Al Buruj mulai berjalan. Secara singkat, rute menujuh puncak ke Gunung Merapi relatif stabil dibanding menujuh ke Gunung Singgalang yang lembab. Namun antisipasi bagi para pendaki jika ke Merapi adalah kebutuhan air yang terbatas. Rute perjalanan yang dilalui oleh setiap pendaki memiliki cukup banyak tempat untuk istirahat namun minim dengan sumber mata air. Oleh karena itu, derigen air harus siap terisi. Hutan alam di kawasan Gunung Merapi masih terlihat asri. Status sebagai kawasan hutan lindung yang terlarang ini setidaknya memiliki berbagai cerita bagi penduduk sekitar maupun pendaki. Oleh karena itu, selain persiapan fisik para pendaki juga diharapkan mampu menjaga etika di alam liar ini. Pendakian menujuh Merapi memiliki rute jalan satu arah. Kemiringan dalam pendakian pun masih dapat dikatakan ringan pada fase awal, namun jika hendak mencapai puncak kemiringan akan berubah menjadi agak berat. Kelembapan udara yang dingin selama Al Buruj melakukan pendakian ini pun baru dirasakan ketika sampai di area cadas. Dalam perjalanan rombongan Al Buruj juga bertemu dengan banyak rombongan pendaki lain dari berbagai wilayah Sumatera Barat,bahkan dari Riau. Salah satu Rombongan tersebut adalah Lawo Adventure adalah salah satu rombongan yang memang kerap melakukan pendakian di berbagai gunung di Indonesia salah satunya Gunung Semeru di Pulau Jawa. Jam menunjukan waktu 16.30, rombongan Al Buruj tiba di cadas Gunung Merapi. Kelelahan rombongan terbayar lunas ketika menyaksikan gumpalan awan dari bebatuan cadas Gunung Merapi. Segera rombongan Al Buruj segera berbagi tugas dalam mendirikan tenda, mencari air, dan persiapan lainnya. Ketika hari beranjak sore, sebagian rombongan mulai mendaki cadas untuk mengabadikan sundset melalui foto maupun video. Hingga waktu berjalan menujuh malam rombongan Al Buruj mulai beristirahat.
Pagi yang mendung, hujam malam hari disertai dingin membuat sebagian rombongan harus menanggung dingin di cadas merapi. Usai sarapan ala kadarnya, rombongan Al Buruj mendaki puncak merapi menujuh puncak tertinggi di Gunung Merapi yakni puncak Merpati. Pemandangan di atas puncak inilah yang membuat penulis mengabadikan sebuah puisi keindahan merapi (paragraf atas). Menelusuri lereng puncak bersama puluhan pendaki lainnya. Rombongan Al Buruj pun segera mengabadikannya dalam moment foto dan video. Diatas puncak ini jua rombongan menikmati wisata alam yang terhampar indah. Hingga masuk waktu jam 09.00 WIB rombongan beranjak meninggalkan lokasi kawasan lereng dan puncak merpati menujuh Taman Bunga Eideilweis untuk berfoto di taman tersebut. Singkat kemudian, jam 11 rombongan telah berada kembali di tenda untuk makan siang dan mempersiapkan diri kembali ke Padang. Perjalanan panjang yang tidak cukup luas dalam mendeskripsikannya. Namun perjalanan ini memiliki kesan bagi setiap rombongan Al Buruj. “ Puas rasanya pendakian kali ini” ujar Nanda kala tiba kembali ke Padang. Dalam perjalanan ini, rombongan Al Buruj juga mencatat hal lain bahwa niat, tekad, dan obsesi para pendaki memang berbeda namun semuanya memiliki satu jalan yang sama yakni menikmati keindahan alam. Yaswardi salah satu rombongan lain asal Pekanbaru melakukan penanaman bibit pohon di beberapa tempat saat mendaki puncak merapi, “kami melakukan ini untuk pelestarian alam” ujarnya, Minggu (30/6) ketika kami bertemu sejenak di batas awal pendakian.

(BERSUJUD DI PUNCAK MERAPI)
Setiap orang memiliki obsesi dalam mendaki puncak merapi, selain hendak berkunjung ke taman bunga eddeilweist namun juga obsesi lain. Rika Novita adalah salah satu dari rombongan Al Buruj yang memiliki obsesi itu. Pendakian menujuh puncak merapi adalah perjalanan yang tidak mampu ia lukiskan dalam kata-kata. Baginya perjalanan inilah adalah sebuah perjalanan pertama yang memberikan kesan baginya. Selama ini mendaki hanyalah aktivitas yang tidak pernah ia temui. Namun ketika ia bergabung dalam rombongan untuk mendaki, ia dengan yakin sanggup untuk mencoba ketangguhan Gunung Merapi. Rika Novita adalah salah satu dari pendaki yang memiliki obsesi ketika berada di puncak. Ia mengatakan bahwa adalah beberapa hal yang hendak ia lakukan ketika berada di puncak. Singkat cerita tentang obsesi Rika, bahwa ia memang membuktikan sebagai pendaki awal yang tangguh. Semangat, tekad, dan obsesi pada diri perempuan asli Bukittinggi ini membuatnya terpacu untuk segera menggapai puncak merapi. Ketika rombongan tiba di cadas 16.30 wib, Rika tidak memerlukan waktu yang lama untuk mendaki ke arah puncak namun waktu yang terlanjur gelap hanya membuatnya bisa berjalan beberapa ratus meter. Keesokan hari kembali Rika bersama rombongan Al Buruj mendaki ke arah puncak, dan akhirnya Rika memenuhi obsesinya untuk melakukan “hal” di Merapi ini. Hal pertama yang ia lakukan adalah bersujud dalam ibadah salat Dhuhanya di puncak merapi. Sebuah obsesi yang tidak terlintas oleh banyak kalangan. Baginya ini adalah sebuah target yang harus ia lakukan. Usai Salat Dhuha, Rika kembali memenuhi obsesi lainnya yakni mengukir nama dirinya di sebuah batu di atas puncak gunung tersebut. Kesulitan dengan alat tulis yang tidak ia bawa lantas oleh penulis bantu dengan menggunakan sebuah batu yang dihentakan ke batu tersebut sehingga menimbulkan goresan yang menggambarkan nama. Sebuah obsesi yang terkadang penting juga untuk ditiru.

Resensi Buku : Stop menjadi guru, tapi…

Judul : Stop Menjadi Guru Penulis : Asep Sapaat Penerbit : Tangga Pustaka Tebal : 288 Halaman Tahun terbit : 2012 =================================================================
Menjadi guru adalah profesi yang sangat mulia. Kemuliaan seorang guu tentu saja patut diberikan kepada guru yang memang memiliki dedikasi untuk membangun bangsa ini melalui pendidikan. Buku Stop Menjadi Guru ini merupakan buku yang terlahir dari pengalaman Asep Sapaat ketika bertemu dengan guru dari berbagai daerah. Melalui pengalamannya inilah, Asep Sapaat menuliskan bahwa menjadi guru butuh nilai lebih dari sekedar paham atau tahu saja. Sosok guru yang berdiri di depan lokal adalah sosok guru yang memiliki potensi kejiwaan yang mampu menginspiratifkan siswanya. Namun sebuah bencana ketika sosok guru bukan lagi menjadi figur bagi siswanya. Melalui buku ini, pembaca akan diajak untuk melihat berbagai peristiwa yang dialami oleg guru-guru di berbagai daerah dan dunia. Penghargaan guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa seharusnya cukup dikatakan sebagai pahlawan tanpa ada kata “tanda jasa”. Kemampuan serta kemauan sosok guru yang mengabdikan diri untuk mencerdaskan bangsa seharusnya memang dikenal sebagai pahlawan, setidaknya pahlawan bagi siswanya. Namun apakah guru-guru tersebut memang telah memiliki dedikasi yang mulia? Asep Sapaat menjelaskan sebuah kontradiksi yang terjadi dalam dunia pendidikan Indonesia yang miris. Posisi menjadi guru menjadi profesi yang sangat menarik dalam beberapa tahun terahir ini. Salah satu yang membuat posisi guru menarik adalah dalam segi financial, dimana guru mendapatkan gaji yang berlipat dalam program sertifikasi. Namun dalam hal lain profesi guru yang bertugas mendidik siswa malah terabaikan. Universitas keguruan yang seharusnya mampu melahirkan guru yang kompeten kini mulai semakin krisis dalam mengeluarkan guru berkualitas. Buku yang ditulis oleh Asep Sapaat banyak menitikberatkan sebagai sosok yang perlu diatur kembali, walaupun kesalahan dalam pendidikan bangsa ini tidak hanya terletak dipundak guru namun Asep Sapaat lebih memilih bahwa gurulah yang harus banyak berbenah. Memang dengan menitikberatkan hanya kepada guru bacaan dalam buku ini tidak berimbang. Walau seperti buku ini tetap bacaan yang berkualitas untuk menjadi panduan bagi guru, mauun calon guru. Mungkin buku ini juga bisa dikatakan sebagai sebuah bentuk apresiasi yang dilakukan oleh Asep Sapaat dalam membangun hubungan yang simetris dalam menemukan sosok guru dan tujuan untuk menjadi guru. Dimana Asep Sapaat memberikan sebuah kontradiksi dalam pengalamannya tentang kondisi di berbagai daerah. Salah satu pengalaman yang pernah ia lakukan ketika dirinya berada dalam sekolah, kemudian meminta seluruh guru untuk mengumpulkan bahan RPP namun hanya ¼ saja yang mengumpulkan. Setidaknya butuh seminggu Asep Sapaat bisa mengumpulkan semua RPP guru sekolah tersebut karena baru dibuatnya. Alhasil Asep Sapaat menuliskan bahwa jika guru tidak ada merencakan sebuah proses pembelajaran maka guru terseut sedang merencanakan sebuah kegagalan dalam proses belajar.

Resensi Buku : Pencarian si Siti hawa

Judul : Tintah Cinta Sitti Hawa Penyuting : Derhayana Penerbit : Zaman Tebal : 166 Halaman Tahun terbit : 2009 =======================================================================
Sitti Hawa adalah gadis muslimah yang cantik dengan warna rasa Cinanya. Kelebihan pada warna kulit terkadang membuat Sitti Hawa tidak percaya diri untuk bergaul dengan teman lingkungannya. Bahkan perlakuan teman se-SD yang menjulukinya sebagai gadis yang aneh dengan warna kulitnya itu. Namun ibunda Sitti Hawa selalu menguatkan bahwa warna kulit yang ada dalam diri Sitti Hawa akan menjadi daya tariknya. Kenyataannya memang demikian, Sitti Hawa banyak menjadi idola bagi kaum Adam. Namun ketika mereka mengungkapkan perasaannya kepada Sitti Hawa, ia selalu menolak. Sitti Hawa hanya menunggu sosok Adam yang diciptakan untuk dirinya. Novel ini adalah sebuah novel yang cukup menarik dalam memperkenalkan sosok Sitti Hawa dan konflik diawal cerita ini. Namun pembaca jangan berharap bahwa novel ini akan seperti karya novel teenlit atau remaja biasanya. Penulis membawa gejolak emosi dalam kondisi yang berbeda. Sitti Hawa yang telah beranjak dewasa akhirnya bertemu dengan sosok Adam yang selama ini ia rindukan. Namun ketika Sitti Hawa telah menegaskan pilihannya ternyata Adam telah memiliki seorang istri bernama Eva. Sitti Hawa pun patah hati, hanya Sandra teman baiknya yang merawat Sitti Hawa yang sedang dilemma. Ditengah dilemma tersebut, Sitti Hawa bertemu dengan laki-laki lain bernama Malik. Semasa SD Sitti Hawa menganggap bahwa Malik adalah musuhnya. Si Malik yang telah membuat Sitti Hawa malu dan menjadi bahan ejekan. Namun waktu yang berlalu telah menemukan sosok Malik yang sangat dewasa serta santun. Hubungan selanjutnya, Sitti Hawa mencoba dekat dengan Malik. Namun bayangan tidak seindah dengan hasil akhir yang diharapkan dimana Hawa yang telah dekat dengan Malik tiba-tiba masuk ke dalam sebuah organisasi yang tidak jelas. Sebagai sebuah institusi organisasi ini bergerak dibawah tanah untuk menyusun gerakan kehidupan yang agamis. Pada awalnya, Sitti Hawa tertarik dengan gagasan organsasi tersebut yang sama dengan ide yang dimilikinya. Namun organisasi yang mengatasnamakan agama ini lantas membuat pribadi Salamah nama baiat dari Sitti Hawa merasa terpaksa dan akhirnya mencoba untuk keluar dari lingkaran organsasi tersebut. Novel ini memang memberikan kejutan dari perjalanan tokoh utama Sitti Hawa yang mencari jati diri dan sosok Adam. Perjalanan selayaknya putri mencari pangeran lantas terusik dengan konflik yang berhasil diciptakan oleh penulis melalui organsasi yang mengatas namakan agama ini. Sitti Hawa yang menjadi salah seorang korban berusaha untuk lari dari konflik cinta hingga melarikan diri dari ancaman yang dilakukan oleh sang pemimpin organisasi. Namun penulis rasanya kurang sukses dalam membuat klimaks dalam novel ini . Penulis mencoba membuat sebuah konflik dari sebuah fakta sekitar yang pernah terjadi. Pembuatan konflik ini terasa tidak mengigit ketika penulis tidak menuliskan nama konflik tersebut. Sosok Sitti Hawa yang masih kurang digambarkan secara kuat dalam karakter bisa menyebabkan pembaca kecewa dengan hasil akhir hidup gadis peranakan cina, si Sitti Hawa. Walau seperti itu novel ini menyuguhkan kesan yang berbeda ketika dibaca. Semua kalangan rasany berhak untuk membaca novel ini.

Resensi Buku : Cendikiawan yang Berjuang Lewat Ilmunya

Judul : Prof.Dr.dr. Moh. Saleh Mangundiningrat Potret Cendikiawan Jawa Penulis : M. Nursam Penerbit : Gramedia Tebal : 128 Halaman Tahun terbit : 2006 ===============================================================================
Saleh Mangundiningrat adalah salah seorang intelektual yang dilahirkan pada masa colonial Belanda. Potret kehiduannnya tidak jauh dari lingkungan Jawa tempat yang menjadi kehidupan utama Saleh Mangundiningrat dari lahir hingga akhir hayatnya. Saleh Mangundiningrat dilahirkan pada tanggal 28 September 1892 atau akhir abad ke-19 di Balarejo, Madiun. Saleh Mangundiningrat memang dilahirkan dari keluarga yang dihormati, dimana dari silsilah gen, Saleh Mangundiningrat memiliki benang merah dengan keturunan pamong praja dan ulama. Kehiduan dasar inilah yang membuat Saleh Mangundiningrat dekat dengan pendidikan, tidak seperti kebanyakan bocah seusianya yang terhalang untuk menikmati pendidikan di masa colonial Belanda. Buku ini merupakan sebuah catatan biografi tentang elit priyayi namun tidak angkuh dengan statusnya. Sebaliknya buku ini membuktikan melalui catatan ilmiah tentang sepak terrjang Saleh Mangundiningrat dalam mendedikasikan pendidikan kedokterannya dalam bidang pendidikan maupun dalam kesehatan masyarakat. Penulis atau M Nursam menuliskan secara runut tentang latar Saleh Mangundiningrat tersebut. Pantas rasanya bagi kalangan akademik mejadikan buku ini sebagais alahs atu bacaan dalam mengenal sosok priyayi di masa tersebut. Membaca buku ini, pembaca akan membacanya dalam pembagian sebanyak lima bab yang saling memisahkan. Pada bab pertama tertulis tentang manusia Jawa yang digambarkan sebagai karakteristik dari sosok Saleh Mangundiningrat. Kemudian pada bab kedua, pembaca akan melihat kehidupan Saleh Mangundiningrat dari sisi latar belakang keluarga serta lingkungan sosial yang terjadi saat itu. Pada bab ketiga, menuliskan karir yang dijalani oleh Saleh Mangundiningrat sebagai seorang tenaga kesehatan dari mulai penugasan dari Sawaluntho hingga Surabaya. Kemudian pada bab keempat, buku ini mejelaskan kedudukan Saleh Mangundiningrat sebagai seorang yang sangat penting dalam lingkungan istana hingga akhirnya menjadi seorang rector di universitas cokroaminoto. Terakhir dalam bab lima tertulis catatan akhir penulis sebagai simpulan dalam isi buku ini. Saleh Mangundiningrat yang dilahirkan oleh Nyi Sukinatum bt.Mangundipuro dan ayah Ki Abduldjabar Mangundiharjo yang merupakan seorang luah dibalurejo tempat dimana Saleh Mangundiningrat dilahirkan. Sebagai anak keemapat dari sepuluh bersaudara, Saleh Mangundiningrat adalah anak laki-laki yang tertua, kelahiran ditengah malam membuat seluruh penghuni rumah bersuka cita. Bahkan menurut beberapa kalanngan mengganggap bahwa kelahiran Saleh Mangundiningrat ditengah malam membawa pertanda baik dalam hidupnya. Kehidupan yang nyaman dalam lingkungan keluarga yang berada membuat Saleh Mangundiningrat bisa mengenyam bangku pendidikan hingga menjadi seorang dokter. Namun kecerdasan yang dimiliki oleh Saleh Mangundiningrat tidak membuatnya untuk terlibat aktif dalam organisasi pergerakan layaknya kaum intelektual saat itu. Saleh Mangundiningrat memilih sendiri cara berjuangnya yakni melalui bantuan dalam membantu kaum pinggiran. Dedikasinya membuat Saleh Mangundiningrat seolah dipandang sebagai sosok yang netral, walaupun dimata keluarganya Saleh Mangundiningrat adalah seorang yang keras serta disiplin. Saleh Mangundiningrat memang seorang cendikiawan yang memiliki dedikasi dalam kehidupannya.

Resensi Buku : Palestine

Judul : Gadis Kecil di Tepi Gaza Penulis : Vanny Chrisma W Penerbit : Diva Press Tebal : 344 Halaman Tahun terbit : 2012 =======================================================================
Berada dalam dunia konflik tentu bukan menjadi pilihan bagi semua orang, bahkan anak-anak sekalipun. Dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza ini kembali dituliskan sebuah tempat yang menjadi sengketa hingga saat ini. Konflik dua kaum yang tidak pernah tuntas sejak zaman para nabi hingga abad 21. Israel sebagai sebuah Negara yang diktaktor terhadap penduduk bangsa Palestina. Puncak dari konflik ini selalu berakhir dengan bentrokan yang tidak pernah seimbang. Bangsa Palestina adalah bangsa yang mencoba mempertahankan eksistensi bangsanya dan tanahnya, sedangkan Israel adalah rezim zionis yang secara nyata menjajah tanah yang diklaim sebagai tanah yang dijanjikan. Vanny Chrisma W menuliskan sosok bocah belasan tahun yang beranjak dewasa bernama Palestine. Gambaran penokohan Palestine oleh Vanny adalah gambaran sosok gadis kecil yang menjadi korban konflik pada ahir tahun 2008 silam. Sebagai seorang anak-anak Palestine mampu bertahan dan berperang melawan tentara Israel pada masa agresi. Palestine memiliki jiwa pemberani layanya sang ayah Yahded, anggota Hamas yang berperang melawan tentara zionis. Palestine hanyalah salah satu korban perang yang kini membisu tanpa keadilan. Dalam mindset Palestine saat ini adalah menemukan kembali ayahnya. Kepergian sanga ayah untuk berjihad dalam HAMAS membuat Palestine terpisah. Agresi Israel telah membuat seluruh keluarganya terbunuh. Kini bersama Yanaad, Adeeba, dan pengungsi lain mencoba mencari harapan agar kehidupan di bumi Palestina damai. Peristiwa agresi yang dimulai pada ahir tahun 2008 ini tidak hanya menyadarkan Palestine bahwa Israel adalah bangsa yang kejam. Namun Kumara (India), Restu (Indonesia), Jing Min (korea), dan masyarakat dunia mengutuk kebiadaban Israel kepada Palestina. Bahkan dalam melakukan penyerahan bantuan kemanusiaan kapal Mavmara ke Palestina ternyata di blokkade oleh tentara Israel sebagai bentuk perintah dan kelak hal ini yang membuat hubungan diplomatic Israel dan Negara lain terancam mundur, sama halnya dengan Turki. Namun sangat disayangkan dalam membuat runut peristiwa Vanny belum bisa membuat urutan sistamtis yang bisa mengguncang emosi pembaca. Vanny melakukan penulisan acak tentang Palestine yang berjuang melawan tentara Israel. Walau seperti itu, novel ini layak dibaca oleh semua kalangan bahkan remaja. Tentu saja dalam pencitraan tentang bangsa Palestina bisa membuat pembaca tergugah dan peduli dengan saudara atas nama kemanusiaan dan secara satu ikatan agama.

Resensi Buku : Perbudakan di Tanah Emas

Judul : Menjinakan sang kuli Penulis : Jan Breman Penerbit : Grafiti Tebal : 346 Halaman Tahun terbit : 1997 Kota terbit : Jakarta ==============================================================================
Buku ini merupakan hasil buku terjemahan deli in word en beeld yang diterbitkan di belanda pada tahun 1889. Buku ini menjelaskan secara lengkap kondisi di sumatera timur pada masa kekuasaan tuan kebun. Jan Breman menuliskan detail kondisi kuli kontrak di sumatera timur yang mengalami kondisi yang mengenaskan. Walaupun tidak mendeksripsikan secara utuh kondisi kuli kontrak namun gambaran dari kuli kontrak yang tertindas memberikan sebuah simpulan bahwa kuli kontrak yang berada di sumatera timur berada dalam kondisi yang sangat menderita. Tidak adanya kepedulian oleh tuan kebun, pemerintah, bangsawan, bahkan antar sesame terhadap derita kuli kontrak itu sendiri. Buku yang ditulis secara ilmiah ini sangat cocok untuk dibaca oleh kalangan akedemik. Dalam membaca buku ini, pembaca akan membaca dengan cara yang sistematis. Dimana buku ini dibagi dalam enam bab besar untuk mejelaskan setiap sisi kehidupan kuli kontrak. Pada bab pertama berisi awal pembukaan lahan perkebunan oleh jacobus nienhuys setelah mendapat izin dari sultan deli. Dalam bab ini menjelaskan bahwa keberadaan pemerintah dan penguasa colonial di tanah deli menyebabkan perubahan besar dalam kehidupan social bangsawan. Para bangsawan local memiliki kekuasaan yang dilegitimasi oleh pemerintah colonial. Dimana sebelumnya bangsawan tersebut hanyalah sebuah lambang yang tidak memiliki kekuatan. Hal ini terlihat ketika deli dan wilayah lain di sumatera timur menjadi daerah rebutan dua penguasa lain yakni kerajaan aceh dan kerajaan siak. Sejak adanya pembukaan lahan menyebabkan adanya perubahan besar dalam bidang lain yakni magnet tumbuhnya perekonomian. Dimana jacobus nienhuys menjadi seorang pionir yang sukses membawa nama deli dan tembakau sebagai tempat memproduksi yang berkualitas di dunia. Banyaknya kebutuhan akan hasil alam deli inilah lantas jacobus nienhuys mencoba mencai tenaga kerja secara massal untuk mengolah perkebunan. Maka untuk memperolehnya, awalnya jacobus nienhuys mencari tenaga kerja asal cina yang berada di singapura. Namun setelah melakukan impor tenaga kerja asal cina ini, jacobus nienhuys beserta tuan kebun lainnya mulai mencari tenaga kerja asal jawa. Deli sukses menjadi sebuah perkebunan yang mampu menjadi daya taik bagi investor untuk ikut menanam modal di tempat ini. Maka untuk melindungi investor ini lanats diberlakukan sebuah kebijakan bernama koeli ordonantie 1880, dimana melalui kebijakan ini mencoba mengikat kuli kontrak agar lebih patuh dengan aturan perkebunan. Namun kebijakan yang diinilai sebagai kebijakan ideal ini lantas menjadi sebuah rantai bagi kuli kontrak. Dimana aturan dalam kebijakan ini hanya lebih mengarah kepada kewajiban dan hukuman bagi kuli kontrak tanpa menimpah tuan kebun. Kemudian pada bab kedua, pembaca akan melihat kehidupan perkebunan dari sisi tuan kebun yang memiliki fasilitas mewah. Namun dalam jenjang hirarkinya,tuan kebun terbagi ke dalam beberapa lapisan yakni administratu yakni tuan kebun yang berkuasa dan assistan administratu sebagai tangan kanannya. Kedua lapisan ini tidak tercampur sama karena kondisi ekdunya dalam lapisan yang berbeda.

Resensi BUKU : Ali Si Penjaga Ilmu

Judul buku : Kisah Hidup Ali Ibn Abu Thalib Pengarang : Mustafa Murad Penerbit : Zaman Tahun terbit : 2007 ===========================================================================
Siapa pun pasti mengenal sosok sahabat nabi bernama Ali Ibn Abu Thalib. Sahabat utama yang masuk Islam pada masa awal Islam disiyiarkan oleh nabi Muhammad SAW. Ali Ibn Abu Thalib adalah seorang pemuday dilahiran dari silsilah yang sama dengan nabi Muhammad SAW, yakni pada kakeknya Abdul Muthalib. Salah satu yang membuat Ali Ibn Abu Thalib menarik adalah kemampuan nalar yang dimiliki Ali Ibn Abu Thalib yang masih muda namun percaya bahwa Islam adalah agama terbaik. Di saat kondisi Mekkah masih dikuasai dengan patung-patung berhala bernama Latta, Uza dan nama Tuhan lainnya. Sepanjang hidup Ali Ibn Abu Thalib, ia tidak pernah menyembah berhala. Kesudian inilah yang membuat Ali Ibn Abu Thalib agung di sisi nabi sebagai salah satu ahli surga. Buku menitik beratkan perjuangan yang dilakukan oleh sang khulafaur rasyidin bernama Ali Ibn Abu Thalib. Mustafa Murad menuliskan sosok Ali sebagai orang alim yang diakui keilmuannya oleh siapapun. Maka tidak jarang banyak orang yang menjadikan Ali sebagai sosok yang sering diminta berbagai petuah atau solusi terhadap permasalahan umat selepas wafatnya nabi Muhammad SAW. Bahkan Aisyah yang juga merupakan bagian dari ahli pengetahuan tidak segan mengakui sosok Ali sebagai orang yang lebih paham dari dirinya. Setelah wafatnya usman bin affan terjadi kegaduhan dalam pemerintahan khilafah dalam menentukan sosok yang pantas menjadi khalifah. Kematian usman menjadi sebuah petaka perpecahan antara golongan muslim dan orang-orang munafik. Maka dalam kondisi seperti ini, lantas muncul beberapa nama untuk menjadi khalifah menggantikan usman. Ketiga nama tersebut adalah Ali Ibn Abu Thalib, thalaha, dan . terjadi pedebatan untuk menentukan siapakah yang pantas dari ketiga calon yang terhormat ini. Maka ahirnya, Ali Ibn Abu Thalib dipilih menjadi khalifah. Namun perdebatan kembali muncul ketika Ali Ibn Abu Thalib menolak dirinya menjadi khalifah, sebagaimana yang dikatakan oleh Husain yang mengatakan bahwa sang ayah tidak baik untuk menjadi khalifa. Namun kondisi yang serba kritis membuat Ali Ibn Abu Thalib menerima jabatan menjadi khalifah. Maka dengan naiknya Ali Ibn Abu Thalib menjadi khalifah membuat kegaduhan antar umat dapat diatasi. Ali Ibn Abu Thalib yang kini menjadi khalifah melakukan banyak perubahan dalam sisi pemerintahan, salah satunya mengganti posisi Muawiyah(sepupu usman) dari jabatan gubenur syiria namun hal ini tidak dapat dilakukan. Posisi muawiyah terlalu kuat di wilayah tersebut, bahkan bersama para pengikutnya tidak mengakui khalifah Ali Ibn Abu Thalib kecuali setelah menangkap pembunuh Usman Bin Affan. Ahirnya puncak ketegangan ini membawanya dalam sebuah perang besar bernama perang shiffin. Buku ini menceritakan banyak hal yang dilaukan Ali Ibn Abu Thalib sebagai seorang pemimpin besar umat Islam. Namun sayang dalam menggambarkan sosok Ali, Mustafa Murad banyak melihat dari sisi kepemimpinannya saja ketika Usman Bin Affan wafat. Tentu saja, bagian kehidupan ini merupakan fase yang penting dalam sejarah umat Islam. Kepemimpinan Ali adalah sebuah periode yang krusial dalam menggambarkan, bahkan penulis sendiri pun masih mencoba menggambarkan sebuah peta konflik dalam kondisi yang kontroversial. Sebuah gagasan yang ideal jika seharusnya gambaran tentang Ali diperlihatkan dalam masa sebelum naiknya menjadi seorang khalifah. Walau seperti itu, buku ini pantas dibaca oleh kalangan umum yang mau memahami tokoh sejarah Islam. Bahasa yang digunakan dalam buu ini juga tidak terlalu berat tanpa menghilangkan istilah-istiah penting dalam menuliskan sebuah konsep yang saling menghubungkan. Maka dari itu, buku ini adalah sebuah cara untuk memperkenalkan sosok Ali Ibn Abu Thalib dalam sebuah cerita yang menggambarkan sebuah zaman yang dilalui oleh sang amirul mukminin ke empat ini.

Resensi Buku : Membaca Demak dari Sebuah Novel

Judul : Raden Fatah Penyuting : Daryanto Penerbit : Tiga Kelana Tebal : 470 Halaman Tahun terbit : 2009 =============================================================================
Sejarah bangsa Indonesia adalah sejarah yang saling kait dan mengaitkan. Dalam novel karya Daryanto ini menggambarkan salah satu zaman di Indonesia yakni kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di tanah Jawa . Demak adalah kerajaan besar yang lahir dari darah bangsawan, hal ini yang masih tetap dipegang oleh Daryanto sebagai penulis untuk mengkaitkan kerajaan Demak sebagai wajah baru setelah kerajaan Majapahit runtuh di akhir abad 15 karena masalah perang saudara dan berkembangnya ajaran Islam di tanah Jawa. Melalui novel ini Daryanto mengajak pembaca untuk melihat secara ringkas kisah kerajaan Demak dari masa awal kelahiran sebagai kerajaan pengganti kerajaan Hindu Majapahit, hingga akhir kerajaan Demak hingga digantikan dengan kerajaan Pajang oleh Jaka Tingkir. Novel ini terdiri dari beberapa sub bab judul untuk memudahkan pembaca dalam membaca runut ceritanya. Pembagian sub bab judulnya juga dibatasi dengan nama yang dilekatkan dalam bentuk periodesasi yakni nama tokoh. Novel ini mencoba menceritakan secara efisien sejarah tentang kerajaan Demak dari masa awal kehadirannya di tahun 1476 sebagai awal Demak yang muncul sebagai bagian dari wilayah kerajaan Majapahit hingga memasuki akhir perkembangan kerajaan Demak tahun 1549. Demak muncul sebagai kerajaan yang tidak hanya melakukan penaklukan terhadap wilayah sekitar di pulau Jawa namun juga dalam penyebaran agama Islam di wilayah tersebut. Kerajaan Demak memang menjadi kerajaan Islam yang istimewah dimana wali sanga sebagai guru dalam penyebaran agama hidup dan ikut dalam pengembangan kerajaan tersebut. Bahkan sosok Sunan Kudus sebagai wali sekaligus sebagai penasihat dalam melakukan peperangan, begitu juga dengan wali lain seperti Sunan Kalijaga. Kehidupan kerajaan Demak dalam novel ini menjelaskan konflik-konflik dalam melakukan perlawanan baik secara fisik maupun dalam pemikiran. Perlawanan kerajaan Demak dilakukan ketika melawan langsung kerajaan Majapahit oleh Sunan Kudus sebagai penasihat perang, kemudian perlawanan Sultan Yunus raja II kerajaan Demak melawan Portugis di Selat Malaka, hingga perseteruan Hadi Wijaya atau Jaka Tingkir menantu Sultan Kerajaan Demak III Sultan Trenggono melawan kakak iparnya Adi Penangsang yang telah membunuh raja IV Demak, Pangeran Prawoto. Namun dalam melihat isi keseluruhan novel sejarah ini, peresensi memiliki beberapa kritikan dalam novel ini, dimana dalam sisi esensi cerita dalam novel ini tidak relevan dengan judul, dimana judul novel fokus pada satu tokoh yakni Sultan Fatah namun isi dalam novel tidak secara total membahas mengenai sosok sultan tersebut sebagai raja pertama kerajaan Demak . Sebaliknya, Daryanto menceitakan secara deskripsi yang panjang dalam membahas pemegang tahta kerajaan Demak dari masa awal Sultan Fatah hingga ke masa ahir kerajaan Demak ditangan Pangeran Prawoto. Selain itu, konflik fisik yang digambarkan dalam novel tentu akan lebih menarik ketika terdapat gambar sebagai ilustrasi dalam menggambarkan sebuah peperangan. Membaca novel ini membutuhkan sisi yang membedakan, bahwa buku ini memang pantas dibaca oleh semua kalangan. Namun dalam membaca kritis tentu mampu membedakan antara fakta yang diimajinasikan dan imajinasi yang digambarkan seolah menjadi fakta. Novel ini juga masih belum koheren dalam menentukan rumusan dalam membaca sejarah kerajaan Demak dalam novel, mungkin jika penulis fokus dalam membahas sultan fatah saja akan memberikan sisi kerajaan Demak yang terfokus, maka membaca novel ini tidak hanya tentang Sultan Fatah melainkan kerajaan Demak . Bergiat di Komunitas Jejak Pena

Resensi Buku : Sjam Aktor PKI yang Oputunis

Judul : The Misink Link G 30 s (misteri Sjam Kamaruzzaman) dan biro chusus PKI Penulis : Agung Dwi Hartanto Penerbit : Yogyakarta Tebal : 120 Halaman TAHUN TERBIT : 2011 ******************************************************************************************************** Buku ini menceritakan tentang peran Sjam dalam organisasi masa besar PKI, dimana dalam roda organisasi PKI ini memang menjadi partai komunis yang besar di Asia Tenggara. Namun dalam jalan organsasi ini tiba-tiba terhenti karena pristiwa besar yakni G 30 S. gerakan yang dilakukan oleh PKI ini dinilai tidak hanya dilakukan oleh PKI sendiri namun juga dalang atau big bos yang lain. Namun misteri ini masih tertutup untuk mencari kebenaran tentang pristiwa G 30 S. Agung Dwi Hartanto mencoba menawarkan tokoh baru dalam dunia PKI yang dinilainya sebagai sosok portunis dalam tubuh pki yakni Sjam Kamaruzzaman. Nama Sjam Kamaruzzaman adalah seorang agen intelijen BC PKI dalam menyebarkan dokrin PKI ke dalam angkatan militer Indonesia. Kemampuan Sjam Kamaruzzaman yang digambarkan buku setebal 120 halaman ini memang tidak merekam secara detail bagaimana sosok Sjam Kamaruzzaman dalam melakukan lobi-lobi terhadap calon-calon perwira militer. Namun setidaknya dalam buku yang sederhana ini sukses dalam memperkenalkan sosok Sjam Kamaruzzaman ke hadapan pembaca. Penulis dengan menggunakan bahasa yang ringan serta komunikatif menjadikan buku ini mudah dipahami dengan istilah yang kurang sulit. Namun sayangnya uji kritis dalam buku ini masih kurang tajam, dimana penulis mencoba menggunakan daya dugaan dalam menebak sosok sosok Sjam Kamaruzzaman dan perannya. Memperkenalkan sosok Sjam Kamaruzzaman yang dilahirkan di Jawa Timur tahun 1924, latar belakang keluarga yang berasal dari kalangan pedagang arab tidak membuatnya menjadi seorang pedagang melainkan masuk ke dalam militer. Tentu saja, hal ini disebabkan karena kondisi zaman yang membutuhkan pejuang untuk membawa Indonesia merdeka. Melalui karir militer Sjam Kamaruzzaman bertemu dengan para perwira militer yang kelak menjadi teman dan lawan perjuangan seperti Seoharto, Untung, Abdul Latif, kemudian melangkahkan kaki menujuh partai komunis Indonesia PKI pimpinan D.N Aidit. Simpulan dalam membaca buku ini adalah apakah sosok Sjam Kamaruzzaman penting atau tidak dalam tubuh PKI, sebelum dan sesudah G 30 s? menjawab hal ini maka jawabannya adalah penting karena beberapa point yakni, pertama, posisi Sjam Kamaruzzaman sejak masuk PKI atas bujukan Aidit menjadi seorang yang mampu menjalankan tugas sebagai seorang intelejen rahasia dalam merekrtut para tentara dari angkatan darat, laut, udara, hasilnya ia berhasil mendapatkan 700 tentara dari 12 provinsi. Tentu saja hal ini akibat upaya dari Sjam Kamaruzzaman dalam melakukan provokasinya melalui BC PKI. Kedua, Sjam Kamaruzzaman dinilai mampu dalam mengatur hubungan antara pihak militer dan partai sehingga komunikasi antar mereka berjalan lancar. Menjelang G 30 S, Sjam Kamaruzzaman bersama Aidit mencoba mengkoordinasikan para tentara yang pro PKI untuk disiagakan menjelang hari H. Walaupun ahirnya gerakan itu dinilai sebagai pemberontakan yang mengalami kegagalan. Buku ini menjelaskan peranan yang dilakukan oleh Sjam Kamaruzzaman tidak hanya dalam runag lingkup PKI namun lebih dari itu. Penulis mencoba menganalisis kegagalan gerakan 30 september dengan peranan Sjam Kamaruzzaman selaku dalam menyusun gerakan ini. Dimana rencana awal dari gerakan PKI adalah menangkap para jenderal yang akan melawan kekuasaan Seokarno pada tanggal 5 Oktober namun ditengah rencana terjadi perubahan karenan dukungan militer untuk membantu PKI tidak kunjung dating. Sebaliknya jenderal yang ditangkap sebagian tewas karena perlawanan. Maka menghadapi hal ini lantas Untung selaku panglima militer dan Sjam Kamaruzzaman tetap melakukan gerakan ini. Gerakan 30 September yang dinilai gagal menurut penulis bisa jadi sengaja dilakukan Sjam Kamaruzzaman yang merupakan agen mata-mata Seoharto dan CIA karena situasi Indonesia saat itu memang berada dalam kekuatan dominan PKI selaku pemenang pemilu dengan jumlah masa yang besar. Namun dugaan tetap dugaan pelu adanya penelitian lebih lanjut.

Resensi Buku : Petualangan D’Artagnan dan Trio Musketri

Judul : TRIO MUSKETRI Penulis : Alexander Dumas Penerbit : Serambi Tebal : 535 Halaman Tahun Terbit : 2010 ****************************************************************************************************** “Hanya ada dua orang yang bisa kamu percayai yakni raja dan kardinal” sebuah pesan yang disampaikan oleh sang ayah kepada anaknya D’Artagnan ketika hendak menujuh ke Paris untuk mengabdikan diri sebagai seorang muskteri. D’Artagnan adalah sebuah pemuda belia asal Gascon mencoba menjalani hidup dengan menjadi seorang muskteri, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Monsieur De Treville. Dengan membawa bekal berupa kuda, uang 4 crown dan pesan khusus sang ayah untuk Monsieur De Treville yang berisi untuk menerima D’Artagnan anaknya untuk menjadi seorang pengawal kerajaan maka sang petualang memulai perjalanannya. Perjalanan inilah yang menjadi awal pembuka petualangan D’Artagnan menjadi seorang musketri. Buku ini menggunakan setting pada masa pemerintahan kerajaan di perancis, dimana kekuasaan yang memerintah adalah pemerintahan absolut raja Louis XIII. Alexander Dumas membawa pembaca untuk mengenal kondisi pada saat itu melalui konflik yang ditulisnya. Dimana raja Louis XIII dalam kekuasaanya membentuk dua pengawal dalam kerajaan tersebut yakni kardinal dan musketri, keduanya saling berebut pengaruh dalam menjadi yang terbaik dihadapan sang raja. Dalam kondisi seperti ini lantas muncul sebuah konspirasi untuk saling melawan antar pengawal raja bahkan ratu. D’Artagnan adalah seorang pemuda yang tangguh dan polos namun menjunjung harga diri sebagai seorang laki-laki. Maka perjalanan D’Artagnan dalam buku ini banyak dituliskan sikap heroic D’Artagnan sehingga kera memicu perkelahian. Namun dari aksinya ini pula ia menemukan tiga sekawan kebanggan musketri yakni Arthos, porthos, dan aramis, ketiganya adalah kesatria yang akan menemani D’Artagnan dalam melakukan petualangan-petualangan melawan kejahatan konspirasi. Namun sebagai sosok yang kesatria D’Artagnan juga adalah lelaki yang mudah untuk jatuh cinta. Persoalan cinta inilah yang menjatuhkan D’Artagnan dalam pelukan wanita baik dan jahat. Petualangan D’Artagnan bersama tiga sekawan lainnya sebenarnya untuk meredam konflik antara raja dan ratu yang terlihat tidak sepakat. Dimana ratu yakni anne Austria hendak merencanakan adanya pemberontakan untuk merongrong kekuasaan raja yang absolute. Sang ratu bersama duke yang memiliki jaringan informasi kepada kerajaan inggris. Namun konspirasi ini bertambah pelik ketika pihak cardinal juga merencanakan sesuatu yang jahat yakni adu domba. D’Artagnan mulai masuk kepada konflik ketika dirinya bertemu dengan tangan kanan ratu bernama madam bonacieux yang membuat D’Artagnan jatuh cinta kepadanya. Waktu yang berlanjut, ahirnya D’Artagnan menjadi orang kepercayaan ratu dalam menyamaikan surat kepada duke di inggris. Bersama tiga sekawan, mereka pun berangkat menujuh inggris melalui pelabuhan. Namun sayangnya, dalam perjalanan ini keempat kesatria ini dihantam dengan berbagai konflik yang harus meninggalkan satu per satu dan ahirnya tinggal D’Artagnan sendiri. Keberhasilan D’Artagnan dalam membawa surat ini lantas menjadi bukti cintanya kepada Madamme Bonacieux dengan hadiah sebuah cincin. Konspirasi mulai muncul untuk menghentikan D’Artagnan ketika Madamme Bonacieux diculik oleh orang tidak dikenal. Sementara itu, D’Artagnan yang sedang kehilangan sang kekasih kembali jatuh cinta kepada Lady De Winter atau Milady. Namun cinta yang hanya bertepuk sebelah tangan ini membuat D’Artagnan untuk terus mengejarnya sampai ahirnya ia tahu bahwa milady adalah sosok wanita yang jahat dan ia telah melakukan banyak konspirasi melawan musuh-musuhnya. Dimana sosok milady lah yang menjadi actor dalam rencana pembunuhan D’Artagnan, Madamme Bonacieux, Duke, bahkan terhadap saudara iparnya sendiri. Buku ini bagus dibaca oleh semua kalangan, bahasa terjemahan yang ringan namun sulit ketika membaca nama-nama tokoh yang bergaya Perancis dan Inggris. Buku laris di masa awal penerbitan, dimana buku ini mulai diterbitkan di eropa dan mendapat sambutan hangat.

Resensi Buku : Memecahkan Kesuksesan Melalui Jaringan

Judul : Never Eat Alone Penulis : Keith Ferazzi dan Tahl Raz Penerbit : Gagas Media Tebal : 394 Halaman Tahun Terbit : 2011 ***************************************************************************************************************** Setiap orang ingin mencapai sebuak kesuksesan. Namun jalan dalam mencapai kesuksesan itu tidaklah mudah. Salah satu kunci sukses adalah mampu membangun dan merawat hubunan antar manusia. Dalam buku Never Eat Alone ini pembaca akan diajarkan bagaimana membangun jaringan dan fungsi dalam membangun jaringan tersebut. Buku yang ditulis oleh Keith Ferazzi dan Tahl Raz merupakan sebuah buku dasar dalam membangun jarinan di era yang serba maju. Walaupun buku ini merupakan buku yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia namun buku ini cukup jelas dalam menggambarkan jaringan tersebut. Pembaca tidak akan disuguhi dengan bacaan kesukesan yang telah dilakukan oleh orang-orang sukses namun pembaca diminta untuk paham dengan keseharian kita yang selama ini mungkin terabaikan. Keutamaan kesuksesan ini sebenarnya telah lama juga dikenalkan dalam ajaran agama Islam. Dimana Islam sebagai agama besar mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa dalam membangun hubungan sesama dengan penuh kepercayaan. Buku setebal hamper 400 halaman ini berisi empat bab utama yang akan dibahas. Poin-oin dalam bab tersebut antara lain bab pertama hubungan dalam membangun pola pikir, bab kedua hubungan dalam membangun keterampilan yang dikuasai, bab keempat hubungan dalam mengubah pola piker menjadi pertemanan, dan keempat hubungan yang dibangun dapat yang lebih dan berikan kembali. Penyerdehaanaan pada masing-masing bab akan memudahkan pembaca untuk mempelajari hubungan jaringan. Kekuatan dalam buku ini memang patut menjadikanya sebagai buku best seller di New York. Keith Ferazzi sebagai pencetus ide memang menuliskan sebuah pengalaman hidup sebagai seorang konslutan dan pengusaha yang memiliki banyak ide dalam dirinya. Maka wajar, jika pendiri dan CEO Ferazzi grennlight sebagai sosok yang menerima penghargaan sebagai salah satu 40 under 40 bisnis oleh majalah bisnis. Kehadiran buku ini memang layak dibaca oleh individu yang memang membutuhkan tantangan dalam hidupnya. Keith Ferazzi menjelaskan dengan cara yang sederhana dalam membangun sebuah kesuksesan dengan memulai dari diri sendiri. Dimana Keith Ferazzi mengajarkan kepada manusia untuk bisa menjadi pribadi yang terbuka, Keith Ferazzi menegaskan bahwa kesuksesan yang baik adalah kesuksesan setelah melakukan hubungan dengan orang lain. Maka dalam menjalin hubungan membutuhkan komunikasi yang baik serta hangat. Jika hal ini berjalan maka tentu satu jalan sukses berjalan baik. Keith Ferazzi juga mengajarkan bahwa dalam memabngun jaringan yang dalam lingkup kesuksesan adalah dengan cara membuat sebuah “klub” . adanya klub dalam awal kalimat bab pertama memang menentukan segalanya, bahwa adanya klub akan membuat kita akan adanya teman sebagai pihak krittik, konsultan, bahkan motivator. Keith Ferazzi mencontohkan seperti kesuksesan yang telah dialami oleh orang-orang besar seperti orang lain bahwa mereka membangun terlebih dahulu jaringan. Dimana Keith Ferazzi mencontohkan kesuksesan yang telah dilakukan oleh Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Bill Clinton. Bahasa yang sederhana dalam menjelaskan sebuah alur kesuksesan sangat pas jika dibaca oleh kalangan umum berada dalam komunitas yang banyak seperti mahasiswa. Dimana kehdiuan mahasiswa erat dengan hal-hal yang baru serta kreatif maka tidak ada salahnya jika memulai jalan untuk sukses dengan menjalin hubungan antar teman secara baik.

Resensi Buku : Mukzizat kecil dari benua hitam

Judul : Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang Penulis : Mujahidin Nur Penerbit : Zaytuna Tebal : 116 Halaman Tahun terbit : 2012 ****************************************************************************************************************** Syafrudin Khalifah terlahir dari benua hitam, Afrika. Dia dilahirkan di tengah kondisi masyarakat yang mayoritasnya beragama nasrani termasuk kedua orang tuanya, Domisia dan Francis. Namun Syafrudin Khalifah memang bayi yang terpilih dari sekian keajaiban yang ada selama ini. Dimana Allah menunjukan kekuasaan-Nya terhadap diri Syafrudin Khalifah. Melalui buku ini, pembaca akan digambarkan suasana yang terjadi di lingkungan dan diri Syafrudin Khalifah. Buku yang cukup singkat untuk membaca latar kehidupan Syafrudin Khalifah yang hidu ditengah kaum minoritas muslim. Melalui buku ini, setidaknya mampu menjadi bacaan yang memberikan motivasi untuk meneguhkan hati dalam hal keimanan kepada Allah. Kekuasaan Allah yang diberikan terhadap si kecil Syafrudin Khalifah adalah kuasaaan illahi yang hanya mampu dilakukan oleh sang pencipta dan sesuai dengan kehendak-Nya. Buku akan memberikan sebuah pencitraan bahwa Allah memang tuhan sekalian alam yang sanggup menunjukan kekuasaan di tanah mayoritas nasrani. Melaui Syafrudin Khalifah lantas menjadi magnet bagi banyak kalangan di benua Afrika bahkan dunia untuk bertemu dan mendengarkan tausyiah tentang tauhid kepada Allah. Syafrudin Khalifah dilahirkan di kota Arusha, wilayah Tanzania. Si kecil yang telahir secara normal dari proses yang normal ini membuat kedua orang tuanya bahagia. Namun kebahagiaan yang dirasakan kedua orang tuanya kini tiba-tiba gelisah ketika kedua orang tuanya membawa Syafrudin Khalifah ke gereja untuk melakukan pembaptisan seperti yang dilakukan umat nasrani. Namun ketika hendak mendekati ke gereja tiba-tiba Syafrudin Khalifah yang masih berumur beberapa bulan sanggup mengatakan sesuatu yang terdengar samar-samar namun jelas yakni ia tidak ingin dibaptis. Syafrudin Khalifah mengatakan bahwa ia adalah seorang islam. Berawal dari kejadian inilah lantas kedua orang tuanya mencoba mengobati keanehan anaknya yang dianggap seperti kena pengaruh iblis. Syafrudin Khalifah dibawa ke beberapa pendeta namun tidak kunjung menemukan asal sakitnya, hingga muncul seorang muslim bernama ayub yang mencoba mengobati penyakit sang anak. Namun ayub yang merupkaan muslim ini terkejut sehingga sujud sukur setelah mendegarkan apa yang diucapkan si bayi kecil ini. Ayub dengan tegas mengatakan bahw anak ini adalah seorang muslim. Keteguhan Syafrudin Khalifah untuk mengatakan islam ini lantas membuat keduaorang tuanya untuk menjadi seorang muslim. Namun Syafrudin Khalifah memang dilahirkan dengan watak dan karakter yang berbeda. Dimana diumurnya yang sangat balita 1,5 ia telah mengerjakan shalat lima waktu. Selain itu, diumur balitanya juga ia menjadi seorang hafidz al quran. Buku ini cocok dibaca oleh kalangan umum bahkan anak-anak. Kehadian buku ini bisa menjadi sebuah percontohan akan kedudukan seorang hafidz yang memang mendapat ridha dari allah swt. Namun bagi kalangan ilmiah atau akademik buku ini masih memiliki kekurangan dalam memuat data seorang anak ajaib dari benua hitam. Penulis buku ini sendiri juga mengatakan dalam kata pengantar bahwa dirinya memiliki kekuarangn dalam mencari data tentang si anak ajaib ini. Namun setidaknya melalui buku ini memang menjadi persembahan terhadap sisi anak ajaib yang hadir di abad 21. .

Mengenal tokoh komunis nan agamawan

Judul : H.M. Misbach Penulis : Nor Hiqmah Penerbit : Yogyakarta Tebal : 103 Halaman Mengenal istilah komunis maka dalam mindset kita seolah mengenal bahwa komunis tidak mengenal istilah agama dan tuhan. Hal ini lantas menjadi antipasti bagi masyarakat kita saat ini dalam mengenal komunis sebagai doktrin anti tuhan. Namun dalam buku ini akan menjawab bahwa, walaupun komunis berasal dari negeri eropa dengan mengemukakan tokohnya seperti Karl Marx namun komunis mengalami gerak perubahan yang berbeda ketika di Indonesia. Hal itulah yang coba Nor Hiqmah menulis dalam buku berjudul H.M. Misbach. Dalam buku ini pembaca akan diperkenalkan dengan tokoh komunis yang berasal dari kalangan ulama di Jawa asli Surakarta bernama H.M. Misbach. Ia mengakui bahwa dirinya adalah seorang komunis sejati yang berjalan dengan pemeluk agama yang sejati. H.M. Misbach mencoba mengatakan bahwa ajaran komunis tidak berarti mengenal tuhan dan agama, namun komunis dan Islam berada dalam satu jalan dalam menyatukan satu tujuan yang sama yakni menentang imperialism di tanah Indonesia. H.M. Misbach berasal dari kalangan dan keluarga yang sederhana yakni pedagang batik, walau seperti itu H.M. Misbach berada dalam kondisi yang beruntung sehingga bisa sekolah bumi putra dua bulan dan melanjutkan ke pondok pesantren. Doktrin komunis masuk ke dalam dirinya setelah ia masuk dalam organisasi pergerakan saat itu yakni IJB (inlandsche journalisten bond) dan masuk ke dalam organisasi Serikat Islam, kemudian PKI. Melalui pergerakan dalam organisasi H.M. Misbach yang dilahirkan di kauman tahun 1976 Surakarta mulai memahami arti nasionalisme. Melalui organisasi ini pula, H.M. Misbach berkenalan dengan tokoh-tokoh pergerakan besar seperti Soekarno, HOS.Cokroaminoto, Mas Marco Kartodikromo, dan tokoh-tokoh lainnya. Namun dalam melihat perkembangan pergerakan yang masih kurang keras maka pada tahun 1922 setelah H.M. Misbach dikeluarkan dari penjara akibat propaganda yang dilakukannya dalam melawan pemerintah ia kelaur dari pergerakan Islam Serikat Islam dan Muhammadiyah kemudian masuk menjadi anggota PKI. Menurtunya, PKI memiliki kemampun yang lebih disbanding organisasi lainnya dalam menggerakan masa dan melakukan sebua revolusi. Melalui pki ini H.M. Misbach semakin gencar dalam menyuarakan kebebasan dan melakukan aksi mogok buruh secara masal. Kemampuan H.M. Misbach dalam melakukan orasi menjadi salah satu kunci sukses dalam menggerakan roda PKI, bahkan H.M. Misbach tidak jarang menggunakan ayat-aayat al quran dalam melakukan orasinya. Tidak hanya sebagai orator, namun H.M. Misbach juga dikenal sebagai intelektual yang tidak pernah lelah dalam menulis yang berisi kritikannya terahdap pemerintah belanda dan organisasi pergerakan yang dinilai lamban. Buku ini bagus dalam menceritakan sosok H.M. Misbach dalam dunia pergerakan. Bahasa yang digunakan sangat ringan sehingga mudah dimengerti oleh semua kalangan namun buku tetap menjadi buku yang perlu refrensi lebih lanjut dalam menyamakan Islam dan komunis. Selain itu, pembaca memang dituntut untuk cerdas dalam membaca sehingga tidak terpengaruh dengan isi dari bahan bacaan dalam menyamakan komunis dan Islam. Buku yang pantas untuk dibaca kalangan intelektual yang kritis dalam menilai sosok haji yang kontroversial.

Resensi Buku : Mengenal tokoh komunis nan agamawan

Judul : H.M. Misbach Penulis : Nor Hiqmah Penerbit : Yogyakarta Tebal : 103 Halaman Mengenal istilah komunis maka dalam mindset kita seolah mengenal bahwa komunis tidak mengenal istilah agama dan tuhan. Hal ini lantas menjadi antipasti bagi masyarakat kita saat ini dalam mengenal komunis sebagai doktrin anti tuhan. Namun dalam buku ini akan menjawab bahwa, walaupun komunis berasal dari negeri eropa dengan mengemukakan tokohnya seperti Karl Marx namun komunis mengalami gerak perubahan yang berbeda ketika di Indonesia. Hal itulah yang coba Nor Hiqmah menulis dalam buku berjudul H.M. Misbach. Dalam buku ini pembaca akan diperkenalkan dengan tokoh komunis yang berasal dari kalangan ulama di Jawa asli Surakarta bernama H.M. Misbach. Ia mengakui bahwa dirinya adalah seorang komunis sejati yang berjalan dengan pemeluk agama yang sejati. H.M. Misbach mencoba mengatakan bahwa ajaran komunis tidak berarti mengenal tuhan dan agama, namun komunis dan Islam berada dalam satu jalan dalam menyatukan satu tujuan yang sama yakni menentang imperialism di tanah Indonesia. H.M. Misbach berasal dari kalangan dan keluarga yang sederhana yakni pedagang batik, walau seperti itu H.M. Misbach berada dalam kondisi yang beruntung sehingga bisa sekolah bumi putra dua bulan dan melanjutkan ke pondok pesantren. Doktrin komunis masuk ke dalam dirinya setelah ia masuk dalam organisasi pergerakan saat itu yakni IJB (inlandsche journalisten bond) dan masuk ke dalam organisasi Serikat Islam, kemudian PKI. Melalui pergerakan dalam organisasi H.M. Misbach yang dilahirkan di kauman tahun 1976 Surakarta mulai memahami arti nasionalisme. Melalui organisasi ini pula, H.M. Misbach berkenalan dengan tokoh-tokoh pergerakan besar seperti Soekarno, HOS.Cokroaminoto, Mas Marco Kartodikromo, dan tokoh-tokoh lainnya. Namun dalam melihat perkembangan pergerakan yang masih kurang keras maka pada tahun 1922 setelah H.M. Misbach dikeluarkan dari penjara akibat propaganda yang dilakukannya dalam melawan pemerintah ia kelaur dari pergerakan Islam Serikat Islam dan Muhammadiyah kemudian masuk menjadi anggota PKI. Menurtunya, PKI memiliki kemampun yang lebih disbanding organisasi lainnya dalam menggerakan masa dan melakukan sebua revolusi. Melalui pki ini H.M. Misbach semakin gencar dalam menyuarakan kebebasan dan melakukan aksi mogok buruh secara masal. Kemampuan H.M. Misbach dalam melakukan orasi menjadi salah satu kunci sukses dalam menggerakan roda PKI, bahkan H.M. Misbach tidak jarang menggunakan ayat-aayat al quran dalam melakukan orasinya. Tidak hanya sebagai orator, namun H.M. Misbach juga dikenal sebagai intelektual yang tidak pernah lelah dalam menulis yang berisi kritikannya terahdap pemerintah belanda dan organisasi pergerakan yang dinilai lamban. Buku ini bagus dalam menceritakan sosok H.M. Misbach dalam dunia pergerakan. Bahasa yang digunakan sangat ringan sehingga mudah dimengerti oleh semua kalangan namun buku tetap menjadi buku yang perlu refrensi lebih lanjut dalam menyamakan Islam dan komunis. Selain itu, pembaca memang dituntut untuk cerdas dalam membaca sehingga tidak terpengaruh dengan isi dari bahan bacaan dalam menyamakan komunis dan Islam. Buku yang pantas untuk dibaca kalangan intelektual yang kritis dalam menilai sosok haji yang kontroversial.

Perjalanan : BERKUNJUNG KE WISATA JENJANG KOTO GADANG

“Da, ati-ati jangan ka tapi, beko rabah tampek pijaknyo (bang hati-hati jangan ke tepi nanti roboh pijakannya” seru seorang pemuda kepada salah satu pengunjung ketika nekat hendak mengambil foto ke tepi pagar pembatas. Sejak diresmikan pada tanggal 26 januari 2013 silam oleh Menteri Komunikasi Tifatul Sembiring Jenjang Koto Gadang atau dikenal great wall Bukittinggi menjadi magnet bagi para pengunjung. Aset wisata yang berada di Nagari Koto Gadang kecamatan IV Koto ini mampu menambah deretan salah satu pilihan bagi banyak pengunjung untuk datang berkunjung ke Sumatera Barat. Wahana wisata yang dibangun untuk memberikan sentiment wisata yang berbeda yakni memberikan nuansa eksotis alam di Bukittinggi. Penulis yang telah melakukan kunjungan wisata ke Jenjang Koto Gadang (17/2) memang memberikan penilaian tersendiri terhadap wisata di tempat ini dibandingkan dengan berkunjung ke tempat wisata lainnya. Jenjang Koto Gadang menawarkan suasana alam Minangkabau yang masih hidup di tanah ini melalui panorama alam yang asri dan alami. Dalam beberapa waktu sejak diresmikannya Jenjang Koto Gadang jumlah pengunjung banyak berdatangan dari daerah sekitar singgah dan menikmati perjalanan alam Jenjang Koto Gadang ini. Pembuatan wisata Jenjang Koto Gadang memiliki keunikan dengan jumlah anak tangga sekitar 1000 tangga. Banyaknya anak tangga dan miniatur ini seolah mendeskripsikan tentang kejayaan tembok besar di Republic Rakyat Cina (RRC). Replika yang dibangun pun hendak menyerupai dengan tembok besar cina yang menjadi salah satu keajaiban dunia. Jenjang Koto Gadang dibangun dengan bentuk bagian tepi dengan bentuk yang sama namun berbeda kualitas serta maksud dan tujuan pembangunan antara tenbok besar cina dan Jenjang Koto Gadang. Pengunjung yang dating menelusuri celah tebing yang menghubungkan antara kota Bukittinggi dengan Koto Gadang-Agam Adapun deskripsi rute yang dilewati dalam melakukan perjalanan ini memang hanya boleh ditempuh dengan berjalan kaki, walaupun ada cela yang bisa menggunakan sepeda motor yang digunakan oleh penduduk sekitar untuk kegiatan sehar-hari. Maka setiap pengunjung yang hendak berkunjung hendaknya memarkirkan kendaraan dibeberapa rumah penduduk yang disulap menjadi tempat parkir mendadak dengan biaya parkir antara 2000-5000 rupiah per kendaraan. Kesan yang didapatkan selain keindahan alam bagi setiap pengunjung adalah rasa lelah yang memang menjadi hal yang harus terbiasa. Jenjang Koto Gadang yang merupakan penyebrangan melintasi antar bukit ini membutuhkan waktu berjalan normal antara 40-50 menit dengan rute jalan yang menurun tajam, mendaki jejang tangga yang curam, serta jembatan kayu yang hanya boleh dinaiki dengan jumlah tertentu. Maka dari itu tips bagi pengunjung yang akan datang hendaknya pada saat sore maupun pagi hari. Jenjang Koto Gadang tidak memiliki tempat berteduh dari panasnya matahari, tentu saja dengan panjangnya rute perjalanan jika tidak melihat situasi dan kondisi alam maka rasa kelelahan akan berlipat jika nekat melakukannya pada siang hari. Sebaliknya jika perjalanan dilakukan pada saat pagi atau sore hari biasanya menjadi suasana yang pas bagi bersama maupun individu melewati jenjang sambil menikmati suasana alam. Tidak ada pungutan yang dilakukan saat ini bagi pengunjung yang datang setidaknya ini menjadi nilai positif yang memang perlu diperhatikan bagi pengelola wisata terhadap pungutan liar. Namun beberapa hal yang menjadi catatan penting kala melihat Jenjang Koto Gadang penulis riskan dengan bentuk fisik kekuatan bangunan di tempat ini. Dimana animo pengunjung yang datang terus bertambah setiap hari libur harus mampu menahan kualitas bangunan Jenjang Koto Gadang baik pada bagian tembok ketika bersandar, jembatan kayu, bahkan keamanan. Berkaca dibeberapa tempat yang menjadikan tempat wisata sebagai salah satu pilihan namun terjadi kecelakaan akibat minimnya perhatian pemerintah dalam melihat asset wisata dengan jumlah pengunjung. Kunjungan ke tempat wisata pada haril ibur agama maupun nasional semakin membludak secara berlipat disbanding dengan hari normal. Jika kondisi ini (kualitas) mampu memberikan rasa nyaman bagi banyaknya pengunjung (kuantitas) maka tentu saja Jenjang Koto Gadang akan menjadi magnet tidak hanya bagi sumatera barat tapi juga menarik bagi kalangan wisatawan domestic maupun turis. Semoga, Antara Wisata dan Penghasilan Walaupun belum genap dua bulan sejak diresmikan pada ahir Januari 2013 silam namun animo masyarakat kini banyak berdatangan. Tidak hanya dari pengunjung Bukititnggi namun juga dari luar daerah tersebut. Tidak heran memang jika menilai bahwa Jenjang Koto Gadang memang sangat bagus dengan panorama alam yang memikat. Maka tidak salah kiranya jika pengunjung biasanya mengabadikan moment perjalanan ini dengan hasil foto-fotonya. Moment yang sangat menarik hati bagi setiap pengunjung. Namun lain minat wisatawan lain pula dengan minat penduduk sekitar yang melihat animo pengunjung yang dating tiap harinya. Dimana penduduk sekitar lantas memamfaatkan moment ini dengan memberikan fasilitas lain berupa menggaleh atau berjualan di sekitarnya. Penduduk menjadikan ini sebagai aset usaha yang menguntungkan dengan banyaknya pengunjung yang datang. Saat ini cukup beragam animo masyarakat yang memulai usahanya dengan cara menjual minuman, makanan ringan, bahkan menjual jasa parkir. Walau seperti itu, agaknya kondisi seperti ini memiliki nilai positif maupun negatif jika dicermati secara baik. Hal positif tentu saja dirasakan oleh penduduk sekitar yang mampu memamfaatkan cela bisnis ini untuk mengembangkan usaha sehingga mencukupi kebutuhan hidupnya, begitu juga dengan pengunjung yang tentu membutuhkan kesediaan kebutuhan tersebut selama perjalanan di Jenjang Koto Gadang yang melelahkan. Namun ketiadaan sistematis di Jenjang Koto Gadang menjadi pertimbangan antara lain tadak ada kesediaaan tempat sampah menjadikan sampah yang berserakan di sekitar jenjang maupun arah perjalanan. Selain itu, kondisi tempat parkir dengan keamanan tentu harus diwaspadai.

Resensi Buku : Negeri Para Markus

Judul : Kisah Para Markus Penulis : Ismantoro Dwi Yuwono Penerbit : Medpress Tebal : 236 Halaman Tahun terbit : 2010
Buku ini merupakan sebuah catatan yang menganalisis beberapa kasus penyimpangan keuangan di negeri ini. Penulis memberikan perspektif terhadap kondisi negara dan birokrat yang telah perampokan terhadap uang rakyat. Buku ini mengajak pembaca untuk melihat kembali berbagai kasus besar yang mandeg karena ulah pihak yang berkepentingan. Beberapa kasus antara lain, kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) hingga kasus Bank Century menjadi pedoman utama dalam buku ini. Melalui buku setebal 236 halaman ini, pembaca akan mendapatkan sebuah analisis tersendiri terhadap kasus keuangan di negeri ini ternyata dilakukan atas campur tangan orang lain (Markus). Buku ini juga menjelaskan cara kerja markus yang ahirnya mampu mengurangi atau memperkeruh kasus menjadi samar-samar dan ahirnya ditutup. Tentu dalam pemaparan ini penulis agaknya hendak memberikan sebuah kesatuan pendapat bahwa seharusnya korupsi dan markus lenyap dari bumi nusantara. Namun ada pertanyaan yang cukup menggelitik dalam melakukan pemusnahan terhadap dua hal diatas yakni apakah kita juga bisa mengungkap dalang sebenarnya pelaku korupsi dan markus ini? Dalam beberapa tahun terahir muncul kasus kriminalisasi yang menimpah rakyat pinggiran yang tidak berpunya, yakni Prita Mulyani terduga kasus mencemarkan nama Rumah Sakit Omni karena pelayanan yang tidak professional, kedua kasus Mbah Mirah pelaku pencurian 2 buah kakao sebuah pabrik dengan niat hendak ditanam agar namun ia malah diringkus, kemudian kasus yang juga menimpah Kadana seorang buruh perkebunan yang di fitnah dengan kasus pembunuhan yang dilakukan teman sejawatnya sendiri. Ketiga orang tersebut adalah sebagian kecil dari rakyat yang telah dimamfaatkan oleh markus dalam kriminalisasi. Tidak ada pertolongan kecuali rasa iba yang dirasakan oleh publik. Sebaliknya pemerintah sok kuasa dengan mengatakan bahwa semua harus melalui proses hukum. Pemandangan ini tentu berbeda kala kasus besar yang melibatkan orang besar malah mendapatkan sikap ekslusif pejabat birokrasi. Beberapa kasus yang penulis lakukan adalah perkara BLBI yang terjadi tahun 1998. Bank yang mendapatkan dana talangan BI merupakan lima Bank yang sedang kolaps akibat resersi ekonomi global. Indonesia yang tidak mampu menjaga kestabilan ekonomi menjadikan kondisi makin parah. Maka ahirnya dikeluarkan 164 trilyun atas perintah presiden sebagai dana talangan. Dimana dalam proses ini Bank yang telah mendapat dana talangan wajib membayarkan dalam kurun waktu 1 bulan, namun ahirnya itu ditangguhkan dan dijadikan selama 5 tahun. Memasuki tahun 1999 mucul sebuah bukti bahwa dana 138, 44 trilyun telah mengalami kesewangan. Walaupun pada tahun 2000 pencairan dana talangan sudah dikembalikan senilai 75 triliyun namun sisa dana raib. Maka pada ahirnya pada tahun 2008 kasus BLBI dituup setelah banyaknya intervensi oleh pejabat yang memang menginginkan kasus ini ditutup. Analisa selanjutnya pembaca digiring kepada permasalahan baru yakni kasus Bank Century yang mendapatkan dana talangan layaknya blbi senilai 6,7 trilyun. Rekayasa dana talangan ini karena dianggap bahwa Bank Century jika kolaps maka akan mengganggu kestabilan perbnkan nasional. Padahal kasus Bank Century adalah sebuah perampokan yang dilakukan oleh sang pemiliknya sendiri yakni Robert Tantular. Tentu saja dana kas Bank Century yang hanya sekitar 2 trilyun namun mendapatkan dana berlipat yakni 6,7 trilyun. Maka oleh Jusuf Kala mengatakan bahwa negera ini telah dirampok oleh si pemilik Bank Century . Sebaliknya pemilik kebijakan yakni Boediono, Sri Mulyani dan beberap pejabat lainnya merasa tidak bersalah dengan melakukan dana talangan tersebut. Hingga kini kisah Bank Century tetap menjadi tanda tanya, kemanakah uang 6,7 triyun ini? Buku ini cukup kritis untuk membahas sebuah kasus besar di Indonesia. Tentu saja bahwa dalam analisis ini mengajak pembaca juga mampu memberikan opini dalam melihat kasus besar yang janggal di sekitar kita. Selain membahas kasus perbankkan buku ini juga membahas mengenai posisi dan peran markus dalam lingkungan pemerintahan Indonesia. Dimana pengungkap bukti adanya dana talangan ini adalah Susno Djuajdi yang mengatakan bahwa intitusi hukum terdapat markus yang memang membuat scenario kasus. Hal ini lantas yang membuat nantinya Gayus sebagai pelaku markus yang ditangkap. Pembaca akan merasa bosan yang penjelasan buku ini yang ditulis seara berualang pada bab selanjutnya. Maka dari itu rasanya tidak salah jika ingin membuat catatan singkat untuk memberikan runut pristiwa dalam sebuah kertas. Buku yang pantas kiranya dibaca oleh kalangan akademik dan simpatisan yang peduli dengan hukum di Indonesia.

Resensi Buku : Kesetiaan Srikandi Indonesia

Judul : Biografi Inggit Penulis : Reni Nuryanti Penerbit : Ombak Tebal : 380 Halaman
Seokarno adalah presiden pertama Indonesia. Sejarah telah mencatat bahwa kebesaran nama Seokarno tidak hanya dari sosoknya sebagai pemimpin pertama bangsa ini. Sebaliknya, Seokarno menjadi tokoh pergerakan yang mampu memikat dengan derasnya kata-kata dari dirinya. Dialah Seokarno yang menjadi singa podium, dialah sosok ratu adil yang terlahir dari bangsawan jawa, dialah Seokarno yang belajar dari raja tanpa mahkota HOS Tjokroaminoto. Namun Seokarno bukanlah sosok berani berdiri tanpa ada akar yang membantunya untuk berdiri. Salah satu akar tersebut adalah sosok Inggit Ginarsih. Selain sebagai pemimpin yang memikat hati rakyat, Seokarno juga mampu menjadi lelaki yang memikat bagi kaum hawa, salah satunya Inggit. Pertemuan keduanya yang menjadi pertanda kebangkitan Seokarno sebagai sosok yang berkarakter. Pertemuan keduanya terjadi ketika Seokarno hendak melanjutkan sekolahnya di THS Bandung. Oleh mertuanya HOS.Tjokroaminoto memberikan pesan bahwa Seokarno tinggal di rumah salah aktivis Serikat Islam yakni Sanusi. Pertemuan melalui studi inilah yang mengantarkan Seokarno bertemu dengan sosok gadis ayu yakni Inggit Ginarsih. Perasaan cinta antara Seokarno dan Inggit memang sebua perasaan yang menjadi gejolak rasa diantara keduanya. Rentangan umur yang terpaut jauh tidak menjadi masalah bagi Seokarno sendiri untuk mencintai sosok Inggit yang lebih tua sekitar 13 tahun. Pernikahan keduanya pun berlangsung pada tanggal 24 Maret 1923. Pernikahan yang terjadi antara Inggit dengan Seokarno dilakukan setelah Inggit resmi bercerai dengan Sanusi. Pernikahan keduanya ini menjadi sebuah jejak langkah baru bagi Inggit maupun Seokarno untuk saling mendampingi. Kepribadian Inggit yang tangguh dalam memberikan perhatian kepada Seokarno memang bukan kebetulan semata. Dimana Inggit yang memang sudah terbiasa dengan aktivitas pergerakan pada saat itu. Inggit mampu menjadi wanita yang peka dengan kondisi zaman yang memang butuh perubahan. Di usia Seokarno yang menginjak pada usia 20 tahun an merupakan usia yang sangat stabil dalam memerankan diri sebagai seorang lelaki. Begitu dengan diri Seokarno, sebagai lulusan teknik dengan status sebagai Ir (Insinyur) namun Seokarno tidak menjadikan gelar tersebut sebagai jalan hidupnya. Sebaliknya Seokarno menjadi pemberontak terhadap rezim imperialisme. Berguru kepada HOS Tjokroaminoto menjadikan Seokarno paham bahwa bangsa merupakan bangsa yang terjajah. Namun sayang, pemahaman ahir antara Seokarno dan HOS.Tjokroaminoto terlepas setelah gaya perjuangany berbeda. Kini setelah Seokarno menyakinkan diri untuk mengabdikan diri terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia maka Seokarno pun mulai melakukan provokasi sehingga terbentuk partai nasional Indonesia (PNI) namun Seokarno menjadi bulan-bulanan dalam perjuangan mencari massa tersebut. Berkali-kali Seokarno ditangkap dengan berbagai tuduhan “penghasut”, Seokarno tidak tahan bahkan cenderung melemah dengan ideology perjuangannya namun sosok Inggit mampu menjadi bara dalam membangkitkan Kusno(Seokarno_red) untuk berjuang dengan pidato kemerdekaannya. Buku ini cukup kritis dalam mendeskripsikan sosok Inggit dalam model karakternya. Dimana kemampuan Inggit mungkin hamper sama dengan sosok perempuan nyai ontosoroh dalam novel “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer. Inggit mampu menjadi seorang ratu yang tidak hanya berjalan layaknya permaisuri. Kehadiran Inggit dalam jiwa Seokarno bukan hanya menampilkan bahwa inggit hanya sosok istri yang kalem dengan segala keterbatasannya, sebaliknya inggit yang hanya tamat sekolah dasar mampu menjadi wanita yang memiliki kemampuan bagi Seokarno. Dalam masa-masa pergerakan Inggit juga ikut menyonsong propaganda dalam mewujudkan kemerdekaan. Inggit sangat mengerti beban menjadi istri bagi sang pemimpin seperti Seokarno. Bahkan klimaks dalam perjuangan Inggit terlihat ketika perpisahan Inggit dengan Seokarno di penjara Sukamiskin. Selanjutnya Inggit menjadi teman setia Seokarno ketika mengalami pembuangan di Ende Flores. Di pembuangan ini jua yang menyebabkan Seokarno jatuh sakit baik secara fisik karena malaria dan psikologis karena tidak dapat melakukan aktivitas politik. Namun Inggit kembali mampu menjadi teman yang setia dengan menguatkan Seokarno untuk tetap optimis. Maka ahirnya Seokarno bangkit dan mulai menata kembali mentalitas perjuangannya, namun sayang hingga hari kemerdekaannya sang Srikandi Indonesia tidak menjadi pendamping sang tokoh proklamator karena resmi bercerai setelah Seokarno kembali dari pembuangannya di Bengkulu 1943.

Resensi Buku : Gusdur dan Kelebihannya

Judul : 41 warisan kebesaran gus dur Penulis : M.Hanif Dhakiri Penerbit : LKiS Tebal : 204 Halaman Tahun terbit : 2010
Sejarah bangsa ini tidak pernah lepas dari banyaknya orang yang hidup didalamnya. Seperti halnya sosok KH Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan gusdur, presiden ke empat indonesia. Mengenal sosok gudur maka seolah mengenal sosok yang kontroversial di mata masyarakat saat ia masih hidup. Ia tipe yang membingukan kala mengatakan hendak ke kanan ternyata ia malah berbelok ke kiri. Walau seperti itu, pemikirannya yang mampu merevalitasi, disorientasi, bergaya modernism mampu memecah pemikiran yang tradisionalisme. Buku ini merupakan sebuah rangkuman dari banyak hal tentang pemikiran dari gusdur dalam 41 pokok pemikirannya. Harapan ketika pembaca emmbaca buku adalah sebuah pemahaman terhadap intergritas yang dimiliki oleh gus dur selama ia hidup. Kematian Gusdur pada tanggal 30 desember 2009 silam memberikan sebuah tanda duka yang mendalam. Dimana sosoknya sebagai seorang begawan politik ini sangat disegani oleh kalangan kawan sejawat bahkan oleh lawan. Pemikiran-pemikiran dari sosok Gusdur mungkin memang menyesuaikan dengan apa yang dimilikinya dan lingkungannya. Dimana sejarah garis keturunan gusdur memang seorang putra dari tokoh hebat bangsa ini yakni KH.Hasyim Asyari dan H Ahmad Wahid Hasyim. Mereka adalah tokoh pendiri Persatuan Ulama (NU)dan menjadi panglima dalam mendukung indonesia pada saat perjuangan. Legitimasi seperti inilah yang menjadikan sosok gusdur mampu menjadi orang yang hebat. Bahkan dalam silsilah kerajaan Gusdur masih mempunyai hubungan dengan Raden Brawijaya IV yang nantinnya bersambung ke Jaka Tingkir (Kerajaan Pajang). Salah satu yang menjadi pokok dari kekuatan pikiran gusdur adalah pemikirannya dalam melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan keadilan. Sosoknya yang sangat inspiratif ini mampu melahirkan tokoh didikannya seperti Hasyim Muzadi, Alwi Shihab, Mahfud MD, dan tokoh lainnya. Mereka dididik dengan gaya Gusdur yang sangat luwes dalam melihat sebuah perbedaan dalam kehidupan sekitar. Karir yang dilakukan oleh Gusdur ini merupakan buah perlawanan ketika yang ia lakukan pada masa Orde Baru. Dukungan Gusdur untuk mendirikan ICCI menjadi awal perlawanan pada 1990-an. Bahkan memasuki masa pemilu tahun 1992 Gusdur melakukan orasi yang bertempat di Istora senayan, hasilnya 200.000 simpatisan NU mendukung orasi dalam pristiwa itu yakni menolak kembali kepemimpinan Soeharto. Tumbangnya orde baru dan naiknya gusdur menjadi Presiden setelah melakukan pemilihan umum langsung menjadi buah lahirnya demokrasi. Bahkan Gusdur sebagai kepala pemerintahan mampu menjadi sosok yang yang toleran terhadap perbedaan, seperti halnya memberikan kewenangan terhadap kaum tionghoa untuk melakukan upcara hari besar dan kemudian. Dimana sebelumnya selama 32 tahun kebebasan etnis Tionghoa dibatasi. Buku ini bagus dibaca oleh kalangan umum maupun kaum intelektual yang hendak memahami pemikiran tokoh besar bangsa ini. Sosok gusdur yang dikenal sebagai bapak pluralism menjadi tanda bahwa Islam yang menjadi agama yang sangat mengharagi dengan perbedaan antar golongan, ras, dan agama. Sikapnya yang tidak menyukai kekerasan menjadikan dia sebagai orang baik yang dikenang sepanjang masa. Bahasa yang ringan dalam menjelaskan namun kurang kritis dan analitis tulisan yang membahas pemikiran ini sehingga masih dangkal jika dibaca oleh kalangan intelektual. Perlu agaknya pengarang menuliskan secara dalam bagaimana sosok Gusdur ditengah umat dan euforianya.

Resensi Buku : Ketika Kuli Menjadi Pilihan

Judul : KULI Penulis : M.H. Szekely Lulofs Penerbit : Graffiti Press Tebal : 115 Halaman Tahun Terbit : 1985
Novel ini awalnya diterbitkan dalam Bahasa Belanda tahun 1931 di Den Haag. Lulofs menuliskan pengalaman yang ditemuinya di tanah Deli kemudian merangkainya dalam sebuah novel. Tentu saja, di zamanya peredaran novel ini membuat gempar pemerintah Belanda. Lulofs dianggap sebagai penghasut bagi orang-orang yang berkepentingan. Sama halnya dengan sosok humanis lain seperti Multatuli, Lulofs memang memihak kepada rakyat (kuli kontrak) yang tertindas dengan system yang tidak lazim dan berpihak. Dalam sebuah lembaran cerita yang singkat Lulofs mencoba menuliskan apa yang sedang terjadi di tanah Deli, tanah yang memiliki bau surge namun sebenarnya neraka bagi kaum proletar. Menjadi seorang kuli kontrak tentu bukan pilihan bagi semua orang yang kini bekerja sebagai seorang kuli kontrak. Memang impian tak sesuai dengan kenyataan yang dihadapi. Sama halnya dengan sosok utama dalam novel ini yakni ruki. Ia berasal dari sebuah desa yang jauh di sunda (jawa barat). Setiap hari ia hanya bekerja di sawah dan hidup dengan neneknya. Kehidupannya yang terasa biasa dan tidak ada perubahan membuat Ruki terbuai dengan kata-kata seorang calo yang berasal dari tanah betawi untuk memilih kerja di Deli. Tidak hanya ruki, namun semua penduduk desa dibuatnya menjadi gelisah dengan cerita tanah emas di tanah Deli. Calo sang pembual terus-menerus datang ke kampung tersebut dan memberi mereka mimpi-mimpi indah di tanah sumatera itu, wanita, harta, dan pekerjaan yang mudah. Ruki hanyalah pemuda polos yang ingin tahu seperti apakah tanah surga itu, maka tanpa pikir panjang ia pun berangkat menujuh tanah Deli. Padahal di lain sisi sang nenek telah melarang Ruki untuk pergi ke Deli. Dengan tekad yang bulat, Ruki bersama 3 orang teman sekampungnya berangkat ke Deli. Perjalanan yang penuh impian mulai buyar ketika Ruki mulai mendapat bentakan dari centeng-centeng tenaga kerja. “Apa pun yang tuan katakana nanti kamu harus jawab iya..mengerti” ancam sang centeng. Masih dengan penuh kepolosan Ruki pun mengiyakan semua pertanyaan dari tuan besar. Maka ia pun memberikan cap jempol di sebuah kertas yang penuh dengan barisan tintah hitam. Ia memang tak tahu, ia memang bodoh namun kebodohannya hilang kala ia dimasukan dalam satu gerbong asing yang berisi orang-orang seperti dirinya. Malang, saat ia hendak beranjak untuk meninggalkan gerbong ia malah mendapatkan sebuah hantaman sehingga membuatnya terluka. Kini Ruki pun mulai menghitung alur nasib untuk tidak pernah kembali seperti dulu lagi. Ia berlayar menujuh sebuah pulau yang selama ini tak pernah bayangkan. Umpatan, cacian, makian menjadi kata-kata yang wajar untuk didengarkan dan diterima. Berkenalan dengan Sidin, Karimun dan Karminah membuat mereka menjadi senasib dengan perjalanan ini. Selama perjalanan ini Ruki dekat dengan Karminah seorang buruh nyonya Belanda namun dijual oleh kakaknya diganti untuk membeli kerbau di kampungnya. Kedekatan Ruki yang semakin dekat ini kerap memberikan simapti kepada Karminah dengan sepotong kue kala Karminah kelaparan. Namun agaknya Ruki memang harus kehilangan karminah kala ia diambil oleh centeng madura dan memperkosanya. Kini Ruki paham bahwa dia, Karminah dan ratusan orang dalam kapal ini memang tak ubahnya bagai budak yang siap diperintah apa pun tanpa ada penolakan. Tidak ada lagi keadilan yang akan diperoleh di sini. Bahkan semua benda-benda tajam yang dimiliki pun dilucuti oleh para centeng. Tidak ada perlawanan dari siapa pun selama perjalanan ini. Tanah Deli adalah tanah yang panas dengan pohon besar yang mejulang. Tak butuh waktu lama perjalanan antara pelabuhan dan tanah Deli. Kini Ruki pun telah mendapat jatah kamar yang bagi berempat dengan teman-teman yang asing baginya. Sebuah cangkul baru ia terima namun disertai makian yang berisi aturan bahwa semua kuli kontrak harus bagun sesuai dengan aturan yang ada dan bekerja dengan arahan dari setiap mandor perkebunan. Ruki adalah orang baru yang bingung dengan pekerjaannya yang tidk sesuai dengan apa yang ia bayangkan, ia menjadi ingat kamppung halamnanya, kerbau, dan neneknya. Inilah tanah Deli yang tidak memiliki pola moral daam sebuah aturan agama maupun adat. Berjudi menjadi sebuah hal yang lumrah oleh kuli setiap mereka gajian. Ruki yang hanya memiliki modal pas-pas an pun bertaruh dan hasilnya ia pun kalah. Kini kekayaan yang ia miliki hanya modal baju yang ia kenakan itu saja. Bertemu dengan Saimah seorang wanita sundal (pelacur) Ruki langsung menjadi wanita ini sebagai pemuas nafsunya. Sayangnya Saimah ngamuk kala ia tahu bahwa Ruki adalah kuli miskin yang tak sanggup membayar. Pernah terfikir Ruki untuk kembali ke Jawa ketika kontrak kerja selama tiga tahun habis namun setiap hendak melaksanakan niatnya tersebut bayangan judi dan wanita bebas setiap gajian kerap ia gunakan samai habis. Ahirnya ia pun ta memiliki apa pun untuk dibawa ke kampungnya. Sampai Ruki berumur 50 tahun ia masih menjadi seorang kuli yang tak pernah bisa untuk kembali ke kampungnya.pernikahannya dengan Wiryo seharusnya bisa membuat Ruki kembali ke kampungnya karena Wiryo selalu menabung dari hasil pendapatan mereka. Sayangnya setelah semua tabungan yang ia kumpulkan harus tandas semalam hanya karena ulah Ruki untuk kembali ke meja judi. Ahirnya Ruki pun siap untuk mati di tanah pengasingan ini. Buku ini menarik sekali untuk dibaca oleh kalangan akademisi sosial sehingga mampu memberikan sebuah pikiran kritis untuk menyusunnya dalam lanjutan penelitian. Lulofs tidak menampilkan sebuah kompleks masalah dalam sebuah narasi panjang sehingga cerita terksesan meloncat dalam takaran umur. Pemamfaatan tokoh Ruki agak pasif dalam memerankan dirinya sebagai seorang kuli. Walau seperti iu buku mampu sebuah karya yang resprentatif sehingga menjadi sebuah studi yang sangat menarik.

Resensi Buku : Iron Man Si Tukang Cuci

Judul : Iron Man (pahlawan pembela penampilan) Penulis : Iwok Abqary Penerbit : Lingkar Pena Kreativa Tebal : 180 Halaman Tahun terbit : 2011
Di Amerika Serikat (AS) Iron Man merupakan sosok kuat dengan baju besinya, namun jika di Indonesia Iron Man adalah pekerjaan untuk mencuci baju (binatu). Tentu saja, perbandingan antara Iron Man ala Amerika dengan Iron Man buatan Indonesia jauh berbeda. Bahkan jika dibandingkan ibarat pinang dibelah dengan kampak, salah satunya pasti hancur. Begitulah isi dalam buku humor ini. Buku yang bukan sekedar humor namun menceritakan sebuah perjuangan dari seorang lelaki duda beristri lima (aneh). Bukan, oleh penulis dalam buku ini menceritakan perjuangan Jodi seorang siswa SMK yang baru lulus sekolah bersama teman seperjuangannya Beno dalam mendirikan sebuah usaha bernama Iron Man. Jodi yang berasal dari keluarga serba pas, rumah pas, wajah pas, baju pas, bahkan keuangan serba pas suatu ketika mendapatkan sebuah wasiat dari emaknya sang tukang goreng yang seringkali memberikan bonus Cuma-Cuma dalam membeli gorengnya. Sebuah setrika jadul namun awet dan masih bisa dipakai. Awalnya Jodi hendak membuang setrika tersebut ditempat barang bekas (dijual). Namun setelah merenung seharian di sebuah tempat gelap dikolong tempat tidur ahirnya Jodi dan Beno mendeklarasikan sebuah usaha bernama Iron Man. Usaha Jodi yang masih terbilang masih baru ini menjadi nasib hidup Jodi yang kini berstatus pengangguran lepas tamat UN. Maka bisa ditebak pakai hom pim pa bagaimana perjalanan sukses Iron Man ini. Dimulai dari pelanggan yang sepi diawal minggu pembukaan Iron Man gara-gara iklan yang ia buat dalam bentuk bahasa inggris, akibatnya warga yang melihat mengatakan bahwa Jodi sedang memberikan selebaran untuk tidak merokok sembarangan. Tentu saja, setelah tahu akan hal itu Jodi bergegas merubah papan nama menjadi “pangkalan ojek halilintar” (kok tambah g nyambung). Bersama Beno teman akrab namun kerap disangkah badak lepas ahirnya papan nama kini diperbaharui menjadi “Iron Man sang pahlawan pembela penampilan”. Aksi iklan sepanjang jalan pun dilakukan agar banyak orang memberikan order jasa cucian kepada Jodi. Tidak hanya Jodi dan beno yang ikut terseret dalam arus usaha ini namun juga emak sang bunda tercinta juga ikut dalam demo Anti KKN (lha ini apa ne) maksudnya ikut dalam memberikan iklan kepada langganannya. Sambil menjual gorengan emak memberikan macam-macam diskon kepada pelanggannya mulai dari beli goring 10 gratis cuci 1 kain handuk, beli 20 gratis cuci kaus kaki, namun jika dibeli semua gorengannya maka hadiahnya silakan ambil Jodi (pelanggan pun kabur). Namun inilah kocaknya dalam buku ini, dimana pembaca akan selalu dan selalu tersenyum dengan tingkah pola sang emak, Jodi, beno, dan beberapa pemain figuran lainnya yang numpang top di bacaan humor ini. Buku yang ringan dengan bahasa yang sangat mudah dipahami namun sulit dimenegrti oleh orang buta dan balita (tentu iya). Tidak menggunakan humor yang bersifat cabul namun mendidik dengan cara Jodi memulai usahanya yang sedrhana namun semangat luar binasa (biasa). Bagus untuk dibaca oleh semua kalangan yang hendak memberikan rehat kepalanya agar bisa lebih nyaman dalam mengerti isi buku ini. Selamat mencoba,

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...