Resensi Buku : Bumi Di Dalam Lautan

Judul : 60.000 Mil di Bawah Laut Penulis : Verne Penerbit : Gramedia Tebal : 405 Halaman Tahun Terbit : 2010 Jules Verne terinspirasi untuk menulis tentang perjalanan laut yang perlu diketahui oleh banyak orang. Bahwa laut yang memiliki luas 70% dari daratan memang memiliki banyak hal didalamnya. Melalui novel non fiksi ini, jules verne mengajak pembaca untuk melakukan sebuah wisata dalam imajinasi tentang alam di bawah laut. Tentu saja, siapa pun yang mencintai keindahan alam yang terpsena dlaam khayalan imajinasinya tentang lautan ini. Jules verne mengajak pembaca berpetualang ke lautan yang luas dari satu tempat ke tempat lainnya. Pada awal cerita ini dimulai dari seting abad ke 19 kala terjadi sebuah kasus lautan yang menggemaprkan yakni munculnya makhluk raksasa. Semuanya buram untuk menceritakan bagaimana bentu makhluk raksasa ini. Dianggap sebagai binatang diatas paus menjadikan binatang raksasa ini penuh dengan julukan yang diberikan. Banyak sudah yang dilakukan untuk menangkap binatang kelam itu, namun semua berahir dengan sia-sia. Hal ini lah yang mendorong seorang sejarawan asal perancis bernama Monsieur Arronax bersama Conseil untuk melakukan perjalanan guna menaklukan binatang tersebut. Kedunya melakukan ekspedisi dengan kapal frigit bernama Abraham Licoln asal Amerika untuk menangkapnya. Naas perjuangan untuk menaklukan binatang tersebut kandas akibat serangan dari benda asing tersebut. Arronax dan Conseil terhempas keluar kapal. Berusaha menyelamatkan diri, keduanya malah ditangkap oleh benda asing tersebut yang tak lain adalah sebuah kapal selam. Tidak hanya mereka, namun juga awak kapal lain yakni master ned land yang berada dalam situasi ini. Menyadari bahwa mereka ditangkap oleh sebuah kapal selam membuat mereka sadar bahwa benda tersebut bukanlah bagian dari binatang. Keyakinan ini bertambah ketika mreka berkenalan dengan sang kapten kapal bernama Nemo. Nemo memperkenalkan diri sebagai pemimpin kapal selam bernama Nautilus. Kapten Nemo memperlakukan mereka sebagai sandera yang harus ikut aturan dalam kapal selam ini. Merasa tidak ada pilihan mereka pun menuruti keinginan sang kapten. Menjadi seorang sandera dalam sebuah kapal besar ternyata tidak membuat b merasa sebagai seorang tawanan. Sebaliknya kapten Nemo menjadikan Arronax sebagai seorang teman diskusi setiap melakukan perjalanan. Bahkan mereka melakukan perjalanan perburuan dari dasar laut dengan menggunakan pakaian selam. Arronax sebagai seorang peneliti menjadikan perjalanan ini sebagai perjalanan di alam mimpi yang sayang untuk dilewatkan. Dalam waktu 10 bulan selama di di kapal Nautilus setidaknya Arronax banyak belajar dan memahami dengan dunia di bawah laut ini. Lain halnya dengan master land yang merasa bosan dengan kehidupan laut menjadikanya gelisah dan mencoba kabur. Buku ini sulit untuk dipahami oleh mereka yang menyukai dengan gaya gambaran secara visual. Verne memang memberikan sebuah ksiah nyata yang ia gambarkan secara detail. Namun bagi setiap pembaca yang menyukai tantangan tentu akan menjadikan buku ini sebagai salah satu refrensi bahwa laut. Bahasa yang ringan dan mudah dipahami mampu merangsang pembaca untuk memberikan gambaran bagaimana dunia di alam bawah itu. Bahkan melalui kisah yang ijaminasi verne pun sampai ke bekas dunia bernama atlantis. Pembaca dibawa ke semua penjuru dunia untuk melihat bagaimana kondisi dan makhluk yang hidup di dalamnya. Kekayaan alam laut yang luas dan unik semoga tetap terpelihar hingga sampai ahir bumi ini.

Resensi Buku : Ketika Cinta Mulai Menasbihkan

Judul : Ketika Cinta Bertasbih 2 Penulis : Habbiburahman El Shirazy Penerbit : Republika Tebal : 434 Halaman Tahun Terbit : 2007 Karya kang abik yang melanjutkan novel sebelumnya jilid i, kini dalam novel ini melanjutkan perjalanan anak manusia dalam mencari jati diri dan cinta. Khairul azzam dalam novel ini kembali dari pendidikannya dari mesir sebagai sarjana. Azzam yang kembali ke indonesia begitu terharu kala menemui adik-adiknya husna dan lia yang memang telah beranjak dewasa. Tentu saja, azzam sebagai seorang kakak mempunyai kebanggaan tersendiri kepada mereka, salah satunay husna yang mampu menyelesaikan kuliah psikologi dan mampu membuat sebuah karya yakni novel yang menceritakan kehidupan husna sendiri. Azzam sebagai seorang sarjana luar negeri ketika sampai di indonesia mengalami dilemma tersendiri yakni pekerjaan. Bermodal ijazah mesir azzam masih bingung hendak kerja diamna dan seperti apa? Kesibukan selama di mesir azzam hanyalah pedagang tempe dan tahu. Di sinilah sebuah motivasi yang mungkin dicoba oleh kang baik bahwa manusia harus menjadi pribadi yang tangguh dan keratif. Kesadaran bahwa ijazah tak menjamin sebuah kemakmuran dikatakan melalui gambaran sosok azzam. Maka azzam dengan modal pengalaman serta nekad ahirnya ia pun mencoba menjual bakso di kawasan sebuah kampus di solo. Kini azzam bukan lagi seorang pengangguran melainkan pengsaha yang sukses dengan bisnisnya. Ia membuat merek “baksi cinta” yang terkenal di sekitar kawasan kampus. Maka tidak jarang ia pun mendirikan beberapa cabang dari usaha bakso dan usaha foto copy. Azzam kini mampu mensyukuri atas apa yang telah lewatkan selama ini di mesir. Sebuah pembelajaran dalam mengahdapi hidup dengan optimis. Kini sebuah mobil mampu azzam beli untuk menykokong kebutuhan azzam dan keluarganya. Sukses dengan usahanya azzam tetap memberikan ilmunya dalam bidangnya yakni pengajian di pondok pesantren kh.lutfi. Praktis setiap seminggu sekali azzam memberikan pengajian yang membuat jmaah terkesima dengan penuturan azzam yang lebih terkesan luwes bahkan dengan bahasa yang sederhana. Usai masalah pekerjaan, azzam pun mulai mendapat sebuah hal yang ingin segera ia selesaikan yakni menikah. Jika semasa di mesir azzam mencoba melamar anak kh.lutfi yakni anna, kini azzam mencoba mencari wanita lain yang dirasa pantas dengan dirinya. Bersama bue, husna, dan lia mencoba memberikan tawaran seorang gadis dari beberapa kenalannya. Ahirnya azzam pun menjatuhkan pilihan kepada seorang dokter bernama vivi. Maka sejak itu kesibukan azzam pun kain bertambah karena harus menyiapkan cara resepsi pernikahan mereka seklaigus adiknay husna yang mendapat lamaran dari teman azzam yakni ilyas. Malang, ketika mendekati hari h azzam dan sang ibu mendapat kecelakaan. Sang ibu meninggal dan vivi memilih pernikahan lain atas petunjuk orang uanya. Kini kesedihan azzam seolah bertambah saja. Dalam kondisi yang krisis inilah sebuah ahir cerita yang apik kala ia menemui kh.lutfi dan meminta dicarikan seorang istri. Anna yang baru menjadi seorang janda berharap bahwa ia lah yang harus menjadi sitri bagi azzam maka dengan bahasa dan kebiajakn yang sedergana kh.lufti pun memberikan pilihan untuk menikah dengan anaknya anna.

Resensi Buku : Hatta Dan Kepribadiannya

Judul : Cara Baik Bung Hatta Penulis : Mestika Zed, Dkk Penerbit : UNP Press Tebal : 107 Halaman Tahun Terbit : 2012 Sulit untuk membandingkan sosok Bung Hatta dengan tokoh-tokoh lain dalam pergerakan bangsa ini. Hatta memiliki segudang khas yang menjadikan dirinya sebagai seorang orang awak dari Minangkabau. Berlatar pendidikan sarjana ekonomi dari negeri barat (Belanda) toh tidak membuatnya lantas menjadi seorang kapitalis murni. Sebaliknya ia malah mencetuskan perubahan dalam system ekonomi bangsa ini yakni Hattanomic dengan produknya koperasi. Ia juga bukanlah seorang ekonom saja, namun ia juga melakukan transformasi dalam keilmuannya baik dalam bidang filasafat, hukum, sejarah, bahkan dalam ilmu tata negara. Buku ini menarik dalam memberikan simpulan bagaimana sosok Hatta itu sendiri. Walaupun banyaknya literature-literatur yang membahas Hatta mulai dari pra Hatta hingga pascawafatnya namun buku memuat simpulan tersendiri dalam mengenal Hatta . Cara pandang penulis yang tidak terlalu panjang dalam menjabarkan kehidupan Hatta . Sebaliknya penulis agaknya membuat dalam bentuk poin-poin yang membentuk keistimewaan Hatta . Pencitraan Hatta sebagai seorang negarawan tentunya menjadi sisi yang harus dan patut ditiru bagi masyarakat Indonesia umumnya. Dialah kalangan terpelajar namun tidak suka mengekor dengan kebijakan belanda. Pencitraan terhadap sosok Bung Hatta sebagai seorang anak bangsa. Ia adalah founding father bangsa ini yang menjadi wakil bangsa. Dalam masa pergerakan hingga awal kemerdekaan Hatta tidak pernah lepas dari tekanan dan penjara. Kehidupan rumit seorang lulusan terbaik Universitas Belanda. Dalam waktu 11 tahun di negeri induk kolonial Belanda membuat Hatta untuk menemukan sebuah inti dari perjuangan bangsa Indonesia yakni membebaskannya dari penjajah. Menghabiskan waktu dengan buku (belajar) dan mengorganisir pergerakan nasionalis yakni PI (Perhimpunan Indonesia,1925) menjadikan Hatta untuk pantang berleha-leha. Ketekunan dirinya dalam menyusun sebuah sebuah semangat ideologi bangsa Indonesia. Maka memang dialah Hatta yang menjadi pencetus nama Indonesia sebagai sebuah fakta dalam membangun satu nasionalisme dalam sebuah bangsa bernama Indonesia. Bung Hatta terserah bagaimana orang akan menilainya, namun dia memang seorang negarawan sejati. Menjadikan mesin politik dalam bentuk sebuah sistem yang tidak dimenangkan oleh sebuah figur. Dimana dewasa ini kita melihat bahwa mesin politik di Indonesia mulai beralih kepada fihur. Lain halnya dengan Hatta ketika membentuk PNI-Baru (Pendidikan Nasional Indonesia). Baginya kaderisasi sangat penting dalam menjalankan sebuah sistem pergerakan. Kaderisasi memberikan sebuah penanaman terhadap tujuan bersama serta bagaimana meraih tujuan tersebut. Ia adalah seorang aktor dalam politik bangsa ini namun ia bukan seorang yang maruk dengan harta dan kekayaan. Kepemimpinan tidak menjadikan itu sebagai sebuah kesempatan untuk memperkaya diri sebagaimana mentalitas politikus saat ini yang menjadikan jabatan sebagai kesempatan dalam memperkaya diri. Dialah bapak koperasi bangsa ini yang telah memberikan sebuah warisan besar kepada bangsanya yakni menjunjung tinggi asas persatuan dan gotong royong. UUD 1945 pasal 33 yang menjelaskan tentang kekayaan alam yang dikelola bersama untuk masyarakat secara umum. Hatta menaruh harapan bahwa ekonomi bangsa ini dijalankan dengan sistem kerjasama (koperasi), bukan koorperasi dengan cirri kapitalis. Sayangnya nasib koperasi pun kini kembang kempis akibat perubahan zaman adan aturan. Akibatnya tak jarang koperasi berbagai daerah mandeg. Hatta menilai bahwa alam kekayaan Indonesia yang melimpah mampu dimamfaatkan bagi masyarakat luas. Penilaian Hatta terhadap kekayaan alam ini lah yang membuat Hatta untuk membuat sistem kerjasama atas dasar kekeluargaan. Bacalah buku ini dan resapilah nilai-nilai relevansi dan komparasi dari sosok Hatta . Bacaan yang pantas untuk dibaca kalangan akademi hingga masyarakat umum. Memberikan sebuah suntikan bahwa bangsa ini memang pernah melahirkan tokoh besar yang disegani oleh kawan maupun lawan.

Resensi Buku : Derita Kaum Koeli Di Tanah Surga

Judul : Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract Penulis : Emil W. Aulia Penerbit : Gramedia Tebal : 257 Halaman Tahun terbit : 2006 Pernahkah mendengar kuli kontrak? Saya yakin sebagian orang lupa bahkan terlupa dengan sejarah buruk yang menimpah ribuan orang dalam masa kolonial tersebut. Kala mendengar tanam paksa yang di praktekan di tanah jawa dalam bentuk penjajahan rodi. Maka ketika membaca novel ini, pembaca akan menemukan kembali apa itu kuli kontrak diluar tanam paksa itu. Penulis berimajinasi fiksi dengan memiliki data akurat sehingga mampu menampilkan sebuah reka dari pristiwa sejarah terhadap kuli kontrak di tanah deli, Sumatra Utara. Emil yang merupakan jurnalis lantas mendeskripsikannya dalam bentuk cerita yang minim dengan dialog namun kuat dalam pengahayatan. Pembaca akan berfikir apakah reka tentang kuli kontrak memang ada?. Dimana kuli kontrak tidak memiliki harga setelah memberikan cap jempol pada sebuah tulisan yang tak pernah mereka mengerti. Pembodohan menjadi asbab yang menjadikan nasib kuli kontrak menjadi tragis dan derita. Kuli kontrak merupakan system yang digunakan oleh pihak swasta dalam mempekerjakan para pekerja dalam sebuah perkebunan. Deli Serdang sebagai salah satu perkebunan tembakau menjadi primadona bagi kalangan pengusaha untuk berinvestasi di tanah ini. Sebaliknya bagi mereka yang menjadi pekerja menanggap tanah Deli adalah salah satu nereka di dunia ini. Mereka tidak hanya diperintah oleh kaum kulit putih namun juga bangsa mereka sendiri yang berprilaku feodal. Tidak ada rasa kemanusiaan lagi yang hidup di Deli ini, moral menjadi rasa yang tak pernah ada. Hanya beberapa tokoh yang mau memperjuangkan rasa kemanusiaan di tanah ini, Multatuli tokoh belanda, Tan Malaka, dan Van De Brand. Emil lebih melukiskan perjuangan yang dilakukan oleh Van De Brand dalam mencari keadilan di Deli ini. Hukum tidak bermata dan tumpul di wilayah ini. Semua terbeli dengan uang dan kekuasaan. Sebagai advokat, Van De Brand lantas mencoba mencari fakta-fakta perihal kondisi kuli kontrak mulai dari awal kedatangan hingga ahir nasib mereka yang tak jelas. Entah sudah berapa kuli lelaki yang tewas dianiaya dengan cara tidak lazim oleh mereka kaum-kaum feodal. Permasalahan sepele mulai dari telat bangun, tidak patuh, melawan bahkan melarikan diri berahir tragis dengan pukulan-pukulan yang keras. Tidak jarang para kuli ini berahir dengan tiang gantungan atau dibuang ke hutan dan menjadi santapan babi atau harimau. Keji memang, Emil menyusun adegan dan pristiwa dalam deskripsi yang ia buat. Perlakuan ini sama halnya dirasakan oleh kaum hawa. Sejak awal kedatangan mereka telah dianggap sebagai kaum sundal (pelacur). Berbeda dengan laki-laki yang tela disediakan tempat tinggal, para wanita tidak mendapatkan tempat tinggal secara gratis. Maka ia pun ahrus menjajakan tubuhnya kepada menner Belanda dan germo Cina. Tidak jarang ahirnya mereka memilih menjadi nyai karena bebas dari tugas berkebun, ia hanya bertugas melayani sang tuannya saja. Banyak sisi yang menarik dari novel ini, sebuah perjuangan untuk menegakan hak dan moral menjadi sisi yang cukup menarik. Dimana kedua hal tersebut penting namun tak lazim di perjuangkan. Berkali-kali van de brand mencoba mengungkapkan kekejaman deli ke public dunia. Tentu, para menner atau pengusaha yang memiliki kepentingan memilih bungkam bahwa melawan asas kebebasan bagi para kuli kontrak tersebut. Novel cukup mampu menggambarkan dengan sebuah lentera kebenaran atas apa yang telah terjadi di tanah Deli. Walaupun tidak terdapat happy ending melainkan never ending novel ini menjadi bacaan wajib kalangan akademisi maupun pendidik. Sebuah kepingan sejarah yang saat ini masih belum tuntas untuk menyusun kronik tersebut. Novel ini dengan bahasa yang sederhana bisa memberikan efek emosi kepada pebaca dalam melihat realitas kuli kontrak. Sayangnya, penokohan yang sangat banyak ditulis oleh emil membuat sebuah perjalanan sebagai kuli kontrak menjadi beragam. Penulis menuliskan perasaan kuli kontrak dari berbagai sudut, mulai dari gadis perawan yang tidak tahu apa pun, lelaki jawa yang bodoh, lelaki jawa yang garang, bahkan menampilkan sosok orang cina dengan karakter bejatnya. Mungkin penulis memang menggambarkan sosok tersebut sebagai bentuk realita yang dihadapi.

Resensi Buku : Ketika Nurani Melawan

Judul : quo vadis? Penulis : Henryk Sienkiewicz Penerbit : Gramedia Tebal : 547 Halaman Tahun terbit : Cetakan II, 2009 Novel Quo Vadis ? menjadi sebuah pembuka terhadap kondisi penindasan yang dialami oleh kaum Kristen. Sebagai agama baru ditengah kehidupan kekuasaan kerajaan Romawi yang dikuasai oleh alam para dewa menjadikan agama baru ini sebagai sebuah ancaman bagi kaum yang mendewakan banyak dewa. Novel ini mampu menyajikan sebuah ringkasan cerita yang menyentuh terhadap penindasan kaum minoritas yang meminta identitas diri. Tidak hanya itu, Quo Vadis ? Juga telah diterjemahkan dalam 40 bahasa dunia dengan predikat nobel kepada sang penulis sebagai imbalannya. Buku penyejuk bagi kaum Kristiani, dan pengetahuan bagi kalangan umum. Romawi yang berada di tangan kekuasaan kaisar Nero memang menjadikan Romawi berbeda dengan Romawi ditangan kaisar lain. Nero adalah kaisar gila yang menggilai keindahan bahasa. Raja kejam yang telah pembunuh ibu, saudara, bahkan gurunya sendiri masih mampu menjadikan bahasa pujangga sebagai alur hidupnya. Sayangnya penulis tidak menceritakan kronik kegilaan yang telah dilakukan oleh kaisar gila ini melainkan pada bab ahir ketika Nero menjadikan orang-orang kristiani sebagai tumbal dalam arena gladiator. Buku ini lebih menceritakan sebuah suasana perjalanan rohani spiritual. Ketika Vinicius seorang Agustan yang tampan dan tangguh jatuh hati dengan Lygia . Petronius sahabat sekaligus paman Vinicius lantas meminta kepada Nero untuk menjadikan Lygia tawanan istana dan kelak menikah dengan Vinicius . Aulus yang merasa kehilangan Lygia lantas mengirimkan Aurus untuk menjadi abdi setia sang putri angkat. Singkat cerita, Lygia yang telah berada di istana kaisar Nero pergi untuk memenuhi undangan pesta kerajaan. Kehadiran Lygia lantas menjadikan Vinicius terkesima dan mabuk karena cintanya. Lain halnya Lygia yang memang mencintai Vinicius masih mampu menahan gejolak dirinya karena ia telah menjadi seorang kristiani. Ditengah gejolak ini lah lantas Vinicius melakukan kesalahan fatal dengan menarik Lygia dengan paksa dan mengancam akan menjadikan dirinya sebagai istri. Lygia yang ketakutan dengan sikap Vinicius lantas melarikan diri dengan bantuan Acte, seorang selir kaisar Nero . Lygia melarikan diri bersama Aurus menujuh komunitas kristiani dibawah pimpinan Rasul Paulus (sahabat Nabi Isa). Vinicius yang kebingungan lantas menyesali perbuatanya kepada Lygia , bersama Petronius maka ia pun mulai mencari keberadaan Lygia . Dengan dibantu oleh tukang filsafat Chilo yang vinius menemukan Lygia bersama kaum kristen. Kini mata Vinicius terbuka ketika melihat sosok Lygia yang berbeda kala ia menemukan Lygia bersama kaum lemah, sederhana, yang miskin namun memiliki kekuatan jiwa yang kuat. Bahkan kekuatan jiwa tersebut merawat Vinicius yang terluka ketika ia bersama Croton dan hendak menculik Lygia . Keduanya roboh ditangan Aurus namun Aurus tidak mendendam. Kesalahan yang telah dilakukan Vinicius menjadi sebuah pintu keimanan Vinicius yang berubah dan mulai memahami agama baru tersebut. Lain halnya dengan Lygia yang mulai merasakan aura cinta dari Vinicius lantas kedunya mengikrarkan diri untuk saling mencintai dihadapan bapa Rasul Paulus. Kedamaian kaum minoritas selaksana dipancarkan dari hubungan Lygia dan Vinicius . Namun kedamaian itu lantas mejadi malapetaka kala kota Roma terbakar. Moniritas yang memang menjadi ancaman lantas menjadi korban fitnah sebagai pelaku pembakar. Ahirnya ribuan orang Kristen dimasukan ke penjara untuk menerima hukuman. Kaisar Nero yang kejam lagi licik masih terus mempersembahkan para tahanan Kristen di gelanggang gladiator. Namun kini para penonton telah tersadar dengan sebuah refleksi kejiwaan yang dipancarkan oleh kaum kristen dengan doa dan pujian kala menjemput maut di arena gladiator, kontras dengan kondisi biasa yang hanya terdengar teriakan ketakutan kala menghadapi maut diarena gladiator. Tentu buku ini menjadi sebuah hal yang menarik karena banyak terdapat potongan dialog yang menjadi sebuah unsure pencerahan bagi kaum rohani. Dimana kekuatan spiritual telah mampu membawahati untuk berani dan tidak takut dengan apa pun juga. Bagi mereka maut adalah sebuah pintu menujuh kehidupan yang baru.

Resensi Buku : Koeli Kontrak

Judul : Kuli Kontrak Penulis : Mochtar Lubis Penerbit : Yayasan Obor Indonesia Tebal : 107 Halaman Tahun Terbit : 1985 Kuli kontrak hanya salah satu judul cerpen yang ditulis oleh Mochtar Lubis. walau seperti itu banyak orang mengatakan bahwa tulisan tentang kuli kontrak memang menjadi bagian dai hidup Mochtar Lubis selama di kerinci. pemilihan kuli kontrak sebagai judul utama rasanya juga memiliki alasan tersendiri bahwa kuli kontrak menjadi salah satu kepingan sejarah yang pernah hidup di masa lalu. Mochtar Lubis menuliskan cuplikan derita yang dialami oleh kuli kontrak dalam perkebunan yang dikuasai oleh pihak swasta (asing). tentu, orang-orang ini adalah kuli pendatang dari berbagai daerah, salah satunya dari pulau jawa. mereka yang telah menjadi kuli kontrak disuruh bekerja sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. dari sisi aturan inilah lantas Mochtar Lubis menuliskan pengalamannya kala menempatkan kata aku sebagai tokoh utama dalam cerpen ini. Ayahnya sebagai seorang demang di kota Sungai Penuh tiba-tiba mendapat sebuah kabar tentang larinya beberapa kuli kontrak. Pelarian kuli kontrak yang berjumlah lima orang ini berdasarkan kasus criminal yang telah dilakukannya yakni menikam salah satu opsir Belanda. Sang ayah dalam tokoh ini lantas meninjau ke lapangan guna mencari orang-orang tersebut. Pencarian yang dimulai malam hingga siang hari membuahkan hasil dan berhasil menemukan tiga orang dalam hutan. singkat cerita para kuli kontrak ini terpaksa membunuh opsir belanda tersebut karna telah mengganggu istri-istri mereka. akibatnya tiga kuli tersebut di tembak mati oleh pemerintah colonial. tokoh aku dalam cerpen ini telah mendapat wanti-wanti untuk tidak melihat pristiwa ini terjadi. namun insting yang memang penasaran dengan nasib kuli kontrak yang tidak mendapat keadilan karna hukum belanda yang kuat lantas menyaksikan pristiwa tersebut dari atas pohon. “nak jika besar nanti jangan sekali-kali menjadi pejabat negara” pesan sang ayah yang tahu anaknya telah melihat pristiwa ini. cerpen ini cukup singkat untuk menggambarkan sebuah realita kondisi kuli kontrak diperkebunan kayu aro.

Resensi Buku : Dia Melawan Nurani Dan Perintah

Judul :Rumah kaca Penulis : Pramoedya Ananta Toer Penerbit : Lentera Dipantara Tebal : 646 Halaman Tahun terbit : Cetakan IX, 2011 Melanjutkan treatlogi karya Pram tentang kisah Minke maka dalam buku jilid terahir ini. Pram melanjutkan kisah ahir dari perjalanan Minke alias TAS. Dengan menampilkan sosok lain sebagai “ Aku “ dalam novel ini yakni tuan Jaqueis Pangemanann menjadi titik berbeda yang menarik dibanding tiga karya novel sebelumnya yang terus menampilkan Minke sebagai tokoh utama dalam pergerakan. Tidak heran jika lantas pemerintah Orde Baru pernah melarang mahassiwa dan umum menjadikan buku-buku merah termasuk karya Pram sebagai bahan bacaan. Bahkan dalam lembaran sejarah pernah terjadi ketika sekelompok mahasiswa UI melakukan diskusi Rumah Kaca namun ahirnya terusir bahkan ditangkap oleh rezim militerisme itu. Dalam novel ini Pram tidak menghilangkan sosok Minke sebagai legitimasi dari novel sebelumnya, Pram masih setia menempatkan Minke sebagai tokoh sentral yang minim dengan dialog. Sebaliknya kali ini tuan pengemanann menjadi sosok penting dalam menjelaskan indonesia dalam bentuk rumah kaca. Tuan Pangemanann yang dahulu menjadi polisi lantas diangkat menjadi Algemeene Sectarie memang seorang peneliti yang luar biasa. Dengan kecerdsan aotak lulusan erancis kerap menjadi bahan pertanyaan bagi kalangan colonial manapun. Pengetahuan serta kecerdasannnya dalam mengolah data dan arsip menjadikan dirinya sebagai seorang yang sangat penting. Pangemanann menjadi juru arsip dalam membuat peta Indonesia dalam kiasan sebuah rumah kaca. Walau seperti itu setiap tindakan dirinya yang menzalimi tokoh pergerakan kebangsaan Hindia ia merasakan sebuah penyesalan bahwa ia telah melakukan hal yang salah. Pendidikan tinggi yang ia ambil di Universitas Sorbone Perancis tidak menjadikan dirinya sebagai seorang birokrat yang jujur dan adil. Sebaliknya ia pernah berkomplot dengan seorang bandit bernama Robert untuk membunuh Minke namun gagal.ahirnya sang tokoh pembaharu jawa yang kehilangan jawanisme dibuang ke ambon untuk menjalani hukuman buangan selama lima tahun. Tentu perbuatan ini diketahui oleh Pangemanann selaku orang yang ikut bertanggungjawab dalam pembuangan ini. Ketika ia membawa Minke berlayar ia lebih banyak diam karena Minke bukan tipe basa-basi. Bahkan ketika Minke telah kembali dari pembuangan tuan Pangemanann bukan siapa pun dihadapannya. Sebaliknya Pangemanann menjadikan Minke sebagai lawan dan guru yang paling berharga. Berdiskusi dengan tuan L lantas Pangemanann menyimpulkan bahwa Minke memang sosok yang berbeda dari pruduk zamannya.ia adalah tipe amerika yang enyukai adanya asas kebebasan. Tradisi bukan menjadi sebuah hal yang harus ia lakukan dan patuhi. Sebagai seorang pengumpul, peneliti, dan penyimpul arsip Pangemanann memang mendapatkan banyak keterangan berlebih tentang pergerakan di tanah hindia (Indonesia). Ketika pengadilan menjatuhkan hukuman buangan terhadap Minke menjadi sebuah titik harapan bahwa pergerakan radikal akan mati. Cukuplah Boedi Mulyo saja yang ada dan hidup dibawah naungan pemerintah belanda. Namun hal itu gagal, Pangemanann menemukan bahwa sosok Minke memang sosok yang sentral dalam pergerakan bangsa ini namun sekali lagi ia memang berbeda tak ditemukan pada siapa pun. Bukan berarti pergerakan akan mati. Syarikat Dagang Islam yang dibangun oleh tangan-tangan pribumu yakni Minke dan samahudi menjadikan sdi sebagai organisasi massa yang mampu mendapatkan masa hingga mencapai jutaan orang. Kehilangan Minke malah menjadikan SDI menjadi sosok penting yang terus mengeluarkan sosok pemimpin baru seperti Tjokro. Perpindahan SDI menjadi SI menjadikan organisasi ini melekat dan hidup ditengah rakyat. Melihat hal ini Pangemanann lantas mencoba mencari tahu organisasi ini. Alih-alih bisa memadamkan malah organisasi radikal lainny muncul seperti Idenghji Partij (IP) yang didirikan oleh Douwes Dekker keponakan multatuli dan dua tokoh pribumi. Buku sangat menarik untuk melihat sisi perkembangan pergerakan bangsa Indonesia. Dimana Pram tidak cukup hanya menjelaskan satu skema dalam mencari inti pergerakan namun beragam. Pram menulis bagaimana sosok Minke yang tidak mati dalam ingatan semuaorang menjadi titik inspirasi untuk memperjuangkan kemerdekaan. Seolah Pram memang menjadikan Minke dan harian Medan sebagai induk dalam kepeloporan. Namun sesusai kematian dirinya orang tak lagi menemmukan idealism ala Minke . Pangemanann hanya menemukan sosok Soebandri dan Marco sebagai murid Minke yang selalu setia dengan tujuan pergerakan. Sayangnya keduanya terusir ke belanda karena sikap radikalnya. Bagus dibaca semua kalangan khususnya kalangan akademisi dan sejarawan karena treatlogi ini memberikan sebuah esplanasi sejarah yang berbeda. Kata-kata dan runut masalah yang agak membingungka tentu menjadi sebuah kesulitan tersendiri. Maka dari itu perlu adalah cek dan ricek dengan data sejarah agar bisa memudahkan membaca buku ini. .

Resensi Buku :Merekam Jejak Langkah Si Merah

Judul : TAN MALAKA dan Gerakan Kiri Minangkabau Penulis : Zulhasril Nasril Penerbit : Ombak Tebal : 121 Halaman Tahun terbit : 2007 Salah satu yang menarik dari filosofi Minangkabau yakni sikap egaliter. Dimana sikap egaliter merupakan sikap yang dikemukakan dengan tidak memandang tinggi rendah melainkan sama dalam persamaan hak. Maka bisa jadi, salah satu pembentuk sikap dari Tan Malaka adalah sikap egaliternya. Dimana selama 16 tahun dibesarkan di alam Minang Tan Malaka mampu meresapi semua pendidikan secara baik. Maka setelah ia keluar dari ranah Minang (merantau) ia mampu menjadikan dirinya sebagai sosok tangguh yang memiliki karakter lembut namun keras dalam bersikap. Buku ini mencoba mengajak pembaca untuk mengenal kembali sosok Tan Malaka. Lembaran gelap dari tokoh utama pejuang bangsa ini yang hilang ditutupi oleh kekuasaan. Tan Malaka diangkat sebagai pahlawan nasional namun off record dalam publikasi. Kepentingan penguasa dan zaman menjadikan Tan Malaka menjadi sosok yang tidak boleh disebut. Bahkan misteri kematiannya tetap sebuah praduga bahwa Tan Malaka mati dalam bentuk yang tak wajar, ia dieksekusi dengan cara yang tak lazim. Dengan cara berjuang melalui paham kiri membuahkan banyak media perjuangan yang dia lakukan seperti pembentukan PARI (Partai Revolusioner Republik Indonesia) dan partai MURBA. Kemampuan Tan Malaka dalam menghimpun masa tidak jarang menjadikan dia sebagai buruan yang kerap dicari oleh spionase dari seluruh dunia. Tan Malaka yang mengenal paham kiri sejak dirinya berada di negeri kincir angin untuk belajar pendidikan guru. Selama di negeri Belanda lah pikiran Tan Malaka terbuka untuk berjuang melepaskan tangan imperialisme dari tanah air. Melalui Snevielt dan bacaan radikal kiri mempengaruhi Tan Malaka, Samaun, Darsono, Alimin, Muso, dan tokoh lainnya. Setelah ia kembali ke Indonesia dan bekerja di tanah Deli, Tan Malaka semakin memantapkan perjuangannya untuk melepaskan tangan colonial dari tanah air ini. Perjuangan dari satu kota dan antar negera tak jarang membuat Tan Malaka semakin lemah secara fisik. Hingga ahir hidupnya setidaknya Tan Malaka masih dikenang sebagai pejuang yang terlalu dikuat. Tidak cukup Tan Malaka saja yang dicoba direkam jejaknya oleh penulis, namun juga gerakan kiri di Minangkabau. Dimana dalam klasifikasinya, penulis membedakan beberapa paham dalam perjuangan selama pra kemerdekaaan yakni Islam komunis, Islam nasonalis, sosialis demokrat, nasional kiri, dan komunis. Klasifikasi ini kemudian dihuni oleh tokoh-tokoh minang yang memang berjuang sesuai dengan idiologi yang mereka pahami. Salah satunya Tan Malaka yang memilih berjuang dengan tidak menyamakan komunisnya dengan komunis di moskow maupun cina. Sebaliknya Tan Malaka mengatakan bahwa ajaran komunisnya lebih dekat dan sama dengan ajaran Islam. Buku jika dikatakan dalam segi jenis adalah sebuah buku pelanjut dan pemula. Pelanjut karena memang pelanjut dari pejelasan tentang sosok Tan Malaka yang banyak dibahas oleh para ahli maupun peneliti. Maka dari itu tak ada salahnya jika pembaca buku ini juga membaca sedikit bahan dari karya sebelumnya agar memudahkan memahamkan sosok Tan Malaka secara baik. Kemudian dikatakan sebgai pemula merupakan esensi menarik dari buku, dimana adanya kelompok kiri di mianngkabau yang mungkin selama ini hilang atau tidak diketahui oleh banyak orang. Setidaknya adanya pengelompokan ini menjadi sebuah acuan untuk bisa melanjutkan penelitian ini secara mendalam mengenai tokoh-tokoh kiri di minang ini. Buku yang layak dibaca oleh kalangan akademik maupun umum.

Resensi Buku : Secuil Kisah Ahir Padjajaran

Judul : Singasana Terahir Pajajaran Penulis : Tatang Sumarno Penerbit : Bentang Tebal : 560 Halaman Tahun terbit : 2010 Sejarah tentu akan menarik jika mampu mengemasnya untuk bisa dinikmati oleh khalayak umum. Sama halnya dengan simpulan dari novel ini yang menceritakan tentang sebuah kerajaan di masa peralihan masa Hindu Budha ke pengaruh Islam di tanah Jawa. Pajajaran yang dipimpin oleh Raja Agung Sribaduga Siliwangi mampu membangun kerajaan Pajajaran hingga puncak tertinggi kejayaan sebuah negara yang berdaulat. Salah satu komponen penting dalam wilayah ini adalah wilayah pelabuhan sunda yang kini menjadi bernama pelabuhan Merak. Wilayah pelabuhan ini menjadi sebuah pelabuhan yang sangat ramai dan menarik minat bagi para pesaingnya. Sebagai kerajaan warisan Hindu Budha, Pajajaran mendapat persaingan wilayah yang sengit dengan kerajaan Demak yang telah menghimpun kekuatan hingga wilayah Banten dan Cirebon. Tekanan ini bertambah deras kala orang-orang Demak mencoba membuat kerusuhan dengan membakar pelabuhan. Walaupun tidak ada korban jiwa banyak setidanya Mangkubumi pejabat pelabuhan bernama Cakradipa dan istrinya Nyai Aten tewas dalam pri stiwa ini. Hanya seorang bayi perepuan yang berhasil diselamatkan oleh Adegdaha dari para perusuh. Anak perempuan itu lantas dinamai oleh putra mahkota Saingan yakni Wangi Wanggay. Kelak ia menjadi istri sang putra mahkota dan anak angkat dari Adegdaha. Waktu semakin genting kala pangeran Saingan mencari bantuan ke Portugis di Malaka. Naas kala ia hendak kembali ke Pakuan kapal yang ditumpanginya oleng karena badai sehingga pasukan saling terpecah dan terempas oleh ombak. Putra mahkota yang diselamatkan oleh bawahanya Tambakgadung. Atas jasa itu lah Tambakgadung diangkat menjadi Senapati Pakuan menggantikan Genggong yang dikira tewas tenggelam. Suasana yang masih belum stabil dalam menghadapi musuh dari luar semakin pelik kala kembalinya Genggong setelah hampir setahun lamanya hilang pristiwa bersama sang pangeran saat itu. Dengan memamfaatkan Adegdaha, Genggong mulai memperdayanya untuk tetap berlaku setia terhadap perintahnya walau ia bukan lagi senapati. Dengan imbalan mendapatkan hak untuk mempersuting Nyai Rentanyu yang merupakan istri Genggong namun kerap tidak diperdulikan maka Adegdaha pun setuju dan menerima tawaran dari mantan atasannya itu. Seusai menikahi Rentanyu, Adegdaha mulai menjalankan tugasnya untuk menyerang Demak yang telah mengambil alih wilayah Tanjung Pura. Maka dengan taktik siasat serangan total Adegdaha bersama pasukan deugdeug tanjeur hendak melakukan rencana penyerangan. Sayangnya ketika hendak mendekati Tanjungpura pasukan Adegdaha dihentikan oleh Genggong. Bermaksud untuk melakukan tipu daya kembali maka ia pun menuruti perintah sang mantan atasannya yakni menghentikan penyerangan atas Tanjungpura. Akibatnya sang senapati yang sedang berusaha menggempur Tanjungpura sendirian tewas dalam pritiwa ini. Adegdaha mendapat hukuman yakni menjadi tetega sedangkan Genggong mendapatkan jabatan senapati kembali. Selama menjadi tetega, Adegdaha dipertemukan dengan Rewok dan Bentar seorang perampok yang kemudian menjadi abdi setia Adegdaha. Mengasingkan diri di Sidangaksih bersama sang istri membuatnya tetap menaruh perhatian dengan pakuan. Perpisahannya dengan Pakuan selama bertahun-tahun tidak membuatnya hilang wiabwa dan penghormatan. Hal ini ditandai dengan kedatangan anak buahnya kala ia menjadi pemimpin. Sampa ahirnya ia pun harus kembali ke pakuan setelah mendengar kondisi pakuan yang di ujung tanduk. Kembali ke Pakuan dengan status mertua dari Wangi yang telah bersanding dengan sang prabu dan sebagai seorang calon senapati menjadikan dirinya menaruh hormat terhadap Sunda untuk terus membelanya. Nasib pakuan yang kini bertahan di wilayah pusat setelah pelabuhan Bandar Kelapa di kuasai kerajaan Demak membuat pakuan butuh orang kuat setelah Genggong tewas dalam pertempuran di pelabuhan tersebut. Kedatangannya kembali ke pakuan juga untuk menemani Wangi melahirkan. Namun setelah melahirkan seorang putra geusan tajeur, wangi pun mengehbuskan nafas terahirnya. Maka kesedihan pun bertambah pilu dengan kematian Wangi anak seorang pedagang portugis Fablo. Novel ini menceritakan secuil dari perjalanan panjang dari Kerajaan Pajajaran namun berahir dengan sebuah penaklukan. Penulis dengan adil tetap memberikan sebuah harapan bahwa kelak tetap akan ada penerus dari Pakuan yakni putra nya Geusan Tajeur. Kepenulisan novel yang sarat dengan sejarah ini terasa kurang enak jika tidak ditambahkan dengan bukti-bukti sejarah yang bisa memandu pembaca ke alam silam. Penulisan angkah tahun yang dihindari bisa jadi karena keraguan dari penulis jika salah menuliskan fakta dan isi dari karangan ini. Namun setidaknya bahasa yang digunakan dalam buku ini ringan sehingga bisa menjadi bacaan publik.

Resensi Buku : Kisah Sepatunya Pak Dahlan

Judul : Sepatunya Pak Dahlan Penulis : krisna Penerbit : Noura Books Tebal : Halaman Tahun terbit : 2012 Setiap orang besar memang memiliki kisah tersendiri bagaimana ia mampu menjadi orang besar. Perjalanan hidupnya memang tidak sesuai dengan kondisi di masa lalu tidak jarang membuat sebuah pesimisme dalam memandang hidup. Kemiskinan, kebodohan, serta kondisi zaman membuat sbeuah gambaran luar biasa bagaimana si tokoh mampu berjuang untuk hidupnya. Salah satunya Dahlan Iskak, mantan Dirut PLN yang kini menjabat sebagai menteri bumn. Sebagai salah seorang kementrian BUMN utama ia bukan berasal dari kalangan keluarga yang wah. Sebaliknya ia hanya bagian dari kaum marginal yang miskin. Dalam novel ini merupakan sebuah lukisan perjuangan dari raja Media Jawa group yang dahulu bukanlah siapa-siapa di kampungnya. Ia berjuang dalam novel ini, bahwa dahlan hanya ingin memiliki sepatu sebagai cita-cita tertingginya. Ia memperjuangkan tekad untuk memperolah benda khusus kaki itu yang selama 8 tahun sekolahnya tidak pernah ia pakai. Walau novel ini dikatakan separuh fiksi namun dahlan secara pribadi dalam sambutannya mengatakan bahwa novel ini telah mampu menggambarkan kehidupannya. Mozaik hidupnya telah ditulis dengan bahasa yang ringan namun menyentuh. Novel ini memang hanya menegaskan sebuah sepatu, namun penulis berhasil membawa pembaca untuk menyelami kehidupan diluar sepatu tersebut. Bagaimana proses dahlan dalam mendapatkan sepatu tersebut. dimana dahlan hanya seorang anak petani yang pas –pas an dalam hidupnya. ia tidak memiliki kekayaan banyak hanya sbeuah gubuk rumah dengan perlatan sederhana, kambing yang ia gembalakan, serta keluarganya yang memang melarat. dalam kehidupan sederhananya, dahlan cukup mengenakan kaki sebagai peralatan untuk kemana saja. pergi ke sekolah, menggembala, bermain. cukup riskan jika melihat kehiudpan saat ini dimana zaman maju dengan perekonomian yang kian memadai. Setamat dari sekolah rakyat (SR) dahlan mendaftar di sebuah sekolah pesantren Sabili Mutaqin. Bersama Kadir, Imran, Komariah, Alif dan teman lainya Dahlan berjuang untuk selalu menjadi yang terbaik. Dimana puncak perjuanganya ia hanya menginginkan dua hal yakni sepatu dan sepeda. Bayangan sepatu yang akan segera dibelikan oleh sang ibu menjadi motivasi bagi si dahlan kecil. Namun umur ibunda rupanya tidak sampai untuk menghadiahkan sebuah sepatu bagi dirinya. Begitulah sebuah hidup dari lelaki miskin yang mampu menampilkan hidupnya dalam sebuah kesederhanaan seorang dahlan. Ia adalah lelaki yang mencoba keras pada dirinya walau ahirnya ia pun kalah dengan keadaan. Keunikan dirinya untuk terus menulis dalam diarinya menjadi sebuah perbandingan bahwa dahlan memang ingin mendedikasikan diri agar bisa lebih baik lagi. Kesedihan di saat ia masih beranjak remaja membuat dirinya selalu bertekad agar bisa menjadi yang lebih baik lagi. Novel ini berisi sebuah tekad yang kuat dari perjalanan waktu, Dahlan kecil yang tidak berani bermimpi untuk menjadi siapa pu mulai menata mimpinya dengan harapan yang terkumpul. Tentu dalam novel ini ada motivasi yang hendak ia gambarkan kepada para pembaca bahwa kehidupan sulit tidak lantas menjadikannya dirinya malas bahkan pasrah dengan keadaan. Ia bisa, Dahlan mampu mengembalikan senyum serta kepercayaan dari sang bapak yang menjadi inspirator baginya. Ketiadaan sang ibu yang wafat di kala ia remaja, kemudian kepergiaan sang kakak merantau ke pulau yang jauh membuat ia kuat. Tidak ada salahnya setiap pembaca pun bisa mendedikasikan dirinya untuk tetap semangat dalam menata kepingan mimpinya.

Resensi Buku : Kisah Merantaunya Di Wanita Jawa

Judul : Merantau Ke Deli Penulis : HAMKA Penerbit : Pustaka Bintang Tebal : 200 Halaman Tahun terbit : 1930 Karya ini merupakan buah tangan dari ulama minang yang memang berfikir tidak lagi dalam konsep lokal. Selama merantau ke deli dan menjadi bagian dari pers pembela, hamka rajin menulis dalam bentuk sastra. Salah satunya merantau ke deli. Secara diagronik memang novel ini berbau dengan nilai-nilai sejarah dan realitanya kemudian hamka balut dengan imajinasinya. Tentu hamka menulis dengan sebuah pesan dalam cerita ini. Menurut penulis sendiri hamka menggali dua konsep besar yang saling mempengaruhi yakni masalah prilaku individu atau membahas mengenai mentalitas masyarakat. Maka semua tergantung dengan pembaca, kemanakah ia akan berpendapat. Merantau ke deli adalah sebuah realitas zaman pada masa colonial. Sebuah tempat di daerah sumatera utara yang memiliki lahan luas sebagai tempat utama perkebunan tembakau. Tentu dalam fakta sejarah dituliskan para pekerja yang terdapat dalam perkebunan tersebut adalah para perantau dari luar sumatra, yakni orang-orang jawa dan cina. Sekelumit hamka menuliskan bagaimana kehidupan yang dirasakan oleh orang-orang perkebunan sungguh miris dengan kondisi yang serba kritis. Hanya sedikit orang-orang perkebunan yang bernasib mujur dapat menjadi mandor, assistant, bahkan nyai. Poniem adalah salah satu pekerja yang beruntung tersebut. Wajahnya yang sedikit cantik membuat ia dipelihara oleh belanda dengan menjadi nyai. Sebuah istilah untuk mengatakan simpanan belanda. Poniem yang memang sebatang kara dan bodoh kala tiba di deli hanya pasrah dengan nasib. Kehidupan sebagai seorang nyai hanya melayani sang tuan saja. Nyai yang melayani tuannya tidak harus dijadikan sebagai istri. Ibarat pepatah ia hanya madu bunga yang cuma dihisap saja manisnya. Kepasrahan poniem lantas mempertemukan dia dengan leman. Pedagang minang yang jatuh hati dengan poniem. Walau ia telah menjadi nyai namun leman tetap bertekad untuk menjadikan poniem sebagai istri yang sah. Dialektika ini terus terjadi kala poniem yang malu dengan status nyai menolak ajakan leman untuk menikah. Sebaliknya leman yang memang telah jatuh hati nekad untuk menanti jawaban poniem. Singkat cerita poniem menerima cinta leman dan keluar dari perkebunan deli untuk menikah. Realitas seorang nyai dan deli kini tuntas dalam benak keduanya. Seusai menikah keduanya mencoba memulai kehidupan dengan menjadi pedagang. Jalan terjal dalam membangun bahtera rumah tangga ditengah himpitan ekonomi kadang membuat leman putus asa. Poniemlah yang mampu membawa suasana dalam bahtera tersebut menjadi hidup. Poniem dengan budaya jawanya memiliki kesetian sedarah dengan sang suami. Keduanya saling membahu hingga ahirnya ekonomi mereka membaik bahkan maju. Dibantu dengan teman sejawat poniem yang melarikan diri dari deli lantas menjadikan usaha mereka maju pesat. kemajuan pesat ini lah yang lantas mengundang secara tiba-tiba sanak kerabat leman yang tiba-tiba datang. tentu hal ini menjadi kebanggaan keduanya ketika kemasyuhran mereka telah terdengar hingga kampung asal leman di minangkabau. tak ada gading yang tak retak, mungkin inilah yang dicba dicari oelh sanak kerabat leman kala melihat leman yang telah sukses dengan perdagangannya menikah dengan orang non minang. apalagi keduanya belum mendapat seorang anak di tahun ke lima pernikahanya. “Belum dianggap menikah orang tersebut, jika tidak dengan orang minang” latar belakang poniem sebagai orang jawa dianggap asing di mata keluarga leman. Apalgi poniem adalah buruh kebun yang tak jelas asal usul keluarganya. Hal ini lah yang menjadi pisau untuk membuat celah dalam keluarga leman. Pada awalnya sang kelaurga menyayangkan pernikahan leman yang tidak berjodoh dengan orang jawa. Lantas dialnjutkan dengan asal usul keluarga yang tak jelas. Ahirnya pihak keluarga menyuruh leman untuk menikah lagi dengan wanita minang pilihan keluarganya. Leman yang awalnya menolak kemudian meragu kemudian menerima usulan tersebut. Lain halnay dengan poniem yang sebenarnya menolak pernikahan kedua sang suami hanya bisa mengelus dada karna memang tak punya kuasa. Pernikahan tersebut berlangsung, leman membawanya ke medan tinggal serumah dengan poniem. Maka sejak saat itu timbulah konflik antar dua wanita beda suku tersebut. Poniem yang dipandang sebelah mata oleh istri muda memang tak juga mendapat perhatian dari leman. Konflik memuncak kala poniem bersitegang dengan istri muda dan ahirnya leman memilih istri mudanya dan menceraikan poniem. Hidup sebatang kara dan terusir dari rumah yang dibangun bersama dengan leman membuat poniem semakin duka dengan nasibnya. Bersama teman sejawatnya paijo poniem memilih menjauh ke medan dan membuka usaha untuk menyambung hidup. Berbekal pengalaman dan keuletan bersama usaha mereka pun maju pesat, sebaliknya leman yang ditinggal sang istri pertama mulai merasakan pailit akibat tidak mampu mengatur manajemen perdagangannya, leman pun bangkrut. Ahir cerita poniem menikah dengan paijo.

Resensi Buku : Dialektika Harimau ! Dan manusia

Judul : Harimau ! Harimau ! Penulis : Mochtar Lubis Penerbit : Yayasan Obor Indonesia Tebal : 200 Halaman Tahun terbit : 1985
“ Tidak ada manusia yang tidak berdosa” mungkin ini lah salah satu pesan yang hendak disampaikan oleh penulis dalam karangannya kali ini. Seperti pada umumnya penulis yang memang merupakan sastrawan kritis, dalam menghasilkan karya fiksinya dalam bentuk realita hidup. Kali ini dengan menggunakan dua tokoh general yakni harimau dan manusia mochtar lubis berdialektika didalamnya. Sebuah perjalanan rutinitas tiba-tiba menjadi perjalanan panjang yang seolah tiada ahir. Perburuan dan memburu menjadi ambisi untuk saling membunuh dan dibunuh. Novel karangan mochtar lubis berjudul harimau-harimau memang memberikan sebuah kesan yang hidup dalam realitas sehari-hari. Bermula dari perjalanan sekelompok pencari dammar di sebuah hutan sumatera. Dimana sekelompok ini merupakan manusia yang memiliki karakter seperti, wak atok, pak haji, pak balam, talib, sutan, sanip, dan buyung. mereka adalah orang baik, seperti itulah kesan yang hidup dalam mindset mereka karena memang mereka berusaha menampilkan diri sebagai orang baik. Selayaknya wak katok yang menjadi pemimpin rombongan, dimana memang dia adalah seseorang yang selalu dianggap pemimpin karena kesaktiannya. Perjalanan yang mereka lakukan semua baik-baik saja. Bahkan ketika mereka singgah di rumah orang tua tersakti di kampungnya yakni wak hitam mereka masih dalam keadaan normal. Namun sejak singgah ini lah yang menjadi bala besar bagi mereka. Munculnya gadis lugu yang menjadi istri wak hitam menjadi bahan lamunan para pencari dammar. Tak ayal wak katok sebagai murid wak hitam dan buyung pemuda tanggung berbuat nista kepada wanita yang telah memiliki suami itu. Siti rubiyah yang sangat tersiksa dengan prilaku suaminya menjadi pintu pembuka yang dimamfaatkan oleh kedua orang tersebut. Selanjutnya, dari perjalanan balik ini lah petaka konflik di munculkan. Munculnya harimau tua yang sangat kelaparan tiba-tiba menyerang pak balam. Tubuhnya terkoyak, daging betis dan punggung nampak berwarna, bekas cakaran seolah menjadi peringat atas kedatangan inyiak dalam mencari korban. Semua terkejut, namun tidak paham dengan kedatangan si harimau tersebut. Wak katok sebagai dukun palsu memamfaatkan diri dengan ritual syirik yang dilakukannya. Ia mengatakan bahwa harimau tersebut adalah harimau biasa, padahal dalam ritual tersebut ia tak paham hakikat tentang harimau itu. Konflik meruncing ketika pak balam yang sekarat mengatakan kepada mereka untuk segera mengakui dosa. Keterkejutan ini beralasan sejak mereka melihat sepasang gagak hitam yang terbang tinggi, ramalan nasib, bahkan mimpi pak balam. ”akui dosa kalian” dipenghujung nafas pak balam masih mencoba mengatakan hal tersebut secara berulang. Wak katok adalah penyamun yang keji dengan memamfaatkan kesempatan untuk memperkosa istri demang, membunuh teman sejawat kala perang kamang melawan belanda, bahkan membodohi masyarakat dengan keberanian dirinya. Dial ah wak katok yang dibuka kartu dosanya oleh pak balam teman yang selalu mendampinginya sebelum mati. Lain halnya dengan pak haji yang tak ubahnya seperti manusia bertopeng, ia tak percaya tuhan dalam hidupnya. Baginya pengalaman hidup telah menjadikan dirinya untuk membenci manusia yang penuh dengan ego dan ambisi. Kematian anak dan istrinya kala ia masih di india telah menjadikan ia buta agama. Hanya masalah nasib lah yang memberikan kesempatan kepada sosok fasik ini dapat pergi ke mekkah dalam menjadi haji. Dosa-dosa ini lah oleh mochtar lubis dipaparkan dalam suasana tertekan akibat perburuan harimau. Talib, sutan, sanip adalah mantan pemuda yang telah menjadi penyamun. Melakukan pencurian besar yakni pencurian beberapa ekor sapi. Kemudian dosa buyung yang tidak bisa menjaga kesucian dirinya dan terjerumus dalam lingkaran perzinaan bersama siti rubiyah. Harimau mulai memakan satu per satu para pencari dammar, sang inyiak hanya meninggalkan buyung, sanip, dan wak katok yang telah mengubah ambisi untuk gentian memburu harimau tersebut. Maka di ahir cerita penulis tidak membeberkan dosa-dosa tersebut dalam dialog melainkan memaparkan sebuah tekad untuk tidak mengulang dosa tersebut dan memilih berserah diri kepada sang khalik.

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...