Resensi Buku : Membaca Demak dari Sebuah Novel

Judul : Raden Fatah Penyuting : Daryanto Penerbit : Tiga Kelana Tebal : 470 Halaman Tahun terbit : 2009 =============================================================================
Sejarah bangsa Indonesia adalah sejarah yang saling kait dan mengaitkan. Dalam novel karya Daryanto ini menggambarkan salah satu zaman di Indonesia yakni kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di tanah Jawa . Demak adalah kerajaan besar yang lahir dari darah bangsawan, hal ini yang masih tetap dipegang oleh Daryanto sebagai penulis untuk mengkaitkan kerajaan Demak sebagai wajah baru setelah kerajaan Majapahit runtuh di akhir abad 15 karena masalah perang saudara dan berkembangnya ajaran Islam di tanah Jawa. Melalui novel ini Daryanto mengajak pembaca untuk melihat secara ringkas kisah kerajaan Demak dari masa awal kelahiran sebagai kerajaan pengganti kerajaan Hindu Majapahit, hingga akhir kerajaan Demak hingga digantikan dengan kerajaan Pajang oleh Jaka Tingkir. Novel ini terdiri dari beberapa sub bab judul untuk memudahkan pembaca dalam membaca runut ceritanya. Pembagian sub bab judulnya juga dibatasi dengan nama yang dilekatkan dalam bentuk periodesasi yakni nama tokoh. Novel ini mencoba menceritakan secara efisien sejarah tentang kerajaan Demak dari masa awal kehadirannya di tahun 1476 sebagai awal Demak yang muncul sebagai bagian dari wilayah kerajaan Majapahit hingga memasuki akhir perkembangan kerajaan Demak tahun 1549. Demak muncul sebagai kerajaan yang tidak hanya melakukan penaklukan terhadap wilayah sekitar di pulau Jawa namun juga dalam penyebaran agama Islam di wilayah tersebut. Kerajaan Demak memang menjadi kerajaan Islam yang istimewah dimana wali sanga sebagai guru dalam penyebaran agama hidup dan ikut dalam pengembangan kerajaan tersebut. Bahkan sosok Sunan Kudus sebagai wali sekaligus sebagai penasihat dalam melakukan peperangan, begitu juga dengan wali lain seperti Sunan Kalijaga. Kehidupan kerajaan Demak dalam novel ini menjelaskan konflik-konflik dalam melakukan perlawanan baik secara fisik maupun dalam pemikiran. Perlawanan kerajaan Demak dilakukan ketika melawan langsung kerajaan Majapahit oleh Sunan Kudus sebagai penasihat perang, kemudian perlawanan Sultan Yunus raja II kerajaan Demak melawan Portugis di Selat Malaka, hingga perseteruan Hadi Wijaya atau Jaka Tingkir menantu Sultan Kerajaan Demak III Sultan Trenggono melawan kakak iparnya Adi Penangsang yang telah membunuh raja IV Demak, Pangeran Prawoto. Namun dalam melihat isi keseluruhan novel sejarah ini, peresensi memiliki beberapa kritikan dalam novel ini, dimana dalam sisi esensi cerita dalam novel ini tidak relevan dengan judul, dimana judul novel fokus pada satu tokoh yakni Sultan Fatah namun isi dalam novel tidak secara total membahas mengenai sosok sultan tersebut sebagai raja pertama kerajaan Demak . Sebaliknya, Daryanto menceitakan secara deskripsi yang panjang dalam membahas pemegang tahta kerajaan Demak dari masa awal Sultan Fatah hingga ke masa ahir kerajaan Demak ditangan Pangeran Prawoto. Selain itu, konflik fisik yang digambarkan dalam novel tentu akan lebih menarik ketika terdapat gambar sebagai ilustrasi dalam menggambarkan sebuah peperangan. Membaca novel ini membutuhkan sisi yang membedakan, bahwa buku ini memang pantas dibaca oleh semua kalangan. Namun dalam membaca kritis tentu mampu membedakan antara fakta yang diimajinasikan dan imajinasi yang digambarkan seolah menjadi fakta. Novel ini juga masih belum koheren dalam menentukan rumusan dalam membaca sejarah kerajaan Demak dalam novel, mungkin jika penulis fokus dalam membahas sultan fatah saja akan memberikan sisi kerajaan Demak yang terfokus, maka membaca novel ini tidak hanya tentang Sultan Fatah melainkan kerajaan Demak . Bergiat di Komunitas Jejak Pena

No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...