Perjalanan : EKSOTIS AIR TERJUN YANG BERASAP

Memasuki libur sekolah maupun hari-hari besar wisata alam banyak dipenuhi oleh pengunjung. Salah satu kawasan yang kerap dikunjungi yakni wisata alam di wilayah kabupaten Kerinci sebagai tujuan utama bagi masyarakat sekitar maupun wilayah lain. Kabupaten Kerinci yang memiliki modal keindahan alam ini memang menjadi magnet bagi setiap pengunjung sampai saat ini. Berkunjung ke air yang biru danau Kerinci , mata air yang hangat, perkebunan teh yang asri, gunung Kerinci yang kokoh, dan wilayah lain yang menarik. Wisata alam yang banyak dikunjungi oleh banyak wisatawan domestik juga dikunjungi oleh para wisatawan mancanegara. Daya tarik alam menjadi salah satu daftar wisata alam yang harus dikunjungi. Ungkapan yang mengatakan bahwa Kerinci merupakan sekepal tanah dari surge menjadi daya tarik bagi setiap orang.
Salah satu wisata alam yang bisa dikunjungi di Kerinci yakni air terjun berasap. Lokasi terjun yang berada diperbatasan antara Provinsi Sumatera Barat dangan Provinsi Jambi atau kabupaten Solok Selatan dengan kabupaten Kerinci ini ramai dikunjungi oleh setiap liburan panjang atau libur hari-hari besar. Terjun yang berada dengan ketinggian sekitar 80 meter ini memancarkan air yang deras. Suasana dingin dengan gemericik air menjadi sebuah suasana khas kala berada di sana. Mengatakan bahwa air terjun ini adalah air terjun berasap memang memiliki asap dari dasar air tersebut. Asap yang tidak lain adalah air yang mengembang seolah seperti embun yang berasap. Maka jika pengunjung berada di dasar tangga maka akan merasakan asap terjun berupa air yang akan membasahi tubuh olehnya. Keindahan seperti ini semakin indah jika pengunjung sempat menyaksikan fenomena alam lain yakni proses pembiasaan yang menyebabkan munculnya pelangi di samping terjun tersebut. Dengan hanya membayar uang masuk 3000 rupiah hari biasa atau 7000 pada hari besar per orang. Lokasi air terjun berasap yang mudah ditemukan karena jalan masuk berada di jalur lintas Sumbar Kerinci ini memungkinkan pengunjung untuk datang dengan membawa kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Memasuki lokasi air terjun pengunjung juga akan disuguhi dengan pemandangan alam lain yang indah. Maka moment-moment tersebut selayaknya diabadikan dalam bentuk dokomentasi baik foto maupun video. Tidak hanya eksotis di latar air terjun saja namun juga pada lokasi sekitar yang menarik. Latar belakang dengan pemandangan perbukitan lokasi wisata lain yakni Gunung Tujuh, Gunung Kerinci , latar hijau pepohonan besar, bahkan latar rerumputan liar yang hijau pun menarik untuk diabadikan dalam moment foto atau video. Setelah memasuki gerbang, setiap pengunjung belum bisa menemukan pemandangan air terjun secara langsung melainkan masih harus berjalan menelusuri deretan tangga untuk menuntun pengunjung untuk menemukan air terjun tersebut. Deretan tangga yang menjadi alat bantu yang disediakan oleh pemerintah setempat sangat membantu pengunjung untuk menemukan air terjun. Dimana puluhan tahun silam lokasi terjun ini masih belum mendapat perhatian yang intensif dari pemerintah, sehingga pengelolaan masih terbatas. Setiap pengunjung menggunakan tali akar pohon untuk berjalan ke bawah. Deretan tangga tanah memang seolah menjadi tantangan bagi pengunjung untuk berkunjung ke wilayah ini.
Kini pengunjung sudah bisa menikmati jalanan menujuh terjun dengan berjalan kaki dan menelusuri tangga ke arah bawah dengan jarak kurang lebih 250 meter. Deretan tangga yang diat dengan warna-warni sudah mulai meluntur akibat cuaca ini masih kokoh dengan besi pembatas sebagai pegangan untuk pengunjung lebih muda berjalan. Ratusan anak tangga yang ada memang akan membuat pejalan kaki merasa kepayahan namun ketika ahir penurunan selesai maka pengunjung akan terkesima dengan panorama utama yakni pemandangan air terjun yang menjulang tinggi dengan laju air yang deras dan memancarkan air layaknya embun pagi. Pembiasan air yang terpancar seolah ditangkap oleh matahari dan terjadi sebuah pembiasan seingga melukiskan sebuah pelangi.
Wisata Minim Perhatian Beberapa tahun ke belakang pemerintah Kerinci hendak menargetkan pertumbuhan wisatawan untuk berkunjung ke Kerinci . Bukan tidak mungkin bahwa memang seharusnya pengelolaan wisata alam mampu dijadikan sebagai ikon yang mendapat perhatian. Dimana lokasi wisata alam banyak terdapat di berbagai tempat Kerinci . Bahkan kunjungan wisata tidak hanya berasal dari wisatawan lokal Kerinci saja, melainkan juga wisatawan yang berada di wilayah pesisir selatan dan solok selatan. Maka dari itu perlu adannya pembenahan terhadap kondisi wisata. Berkunjung ke wisata air terjun berasap maka akan menemukan hal yang menjadi kontradiksi dengan pengunjung. Peningkatan kunjungan ke wisata Kerinci per tahunnya seharusnya mampu dimbangi dengan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah setempat. Lokasi air terjun yang cukup luas ini memiliki berbagai fasilitas minim sehingga tidak bisa memanjakan pengunjung. Salah satunya yakni penempatan tempat sampah yang tidak ada disediakan sepanjang jalan penurunan maupun pendakian ke arah terjun. Ahirnya wajar jika sampah pengunjung berserakan di berbagai jalan bahkan dalam semak-semak yang sengaja dibuang. Kondisi seperti ini seharusnya menjadi sebuah perhatian bahwa penempatan lokasi wisata akan menimbulkan kesan kotor maupun rusak jika tidak dibenahi oleh pemerintah daerah setempat. Retribusi yang dipungut kala memasuki lokasi wisata seharusnya mampu dikelola secara bijak oleh pemerintah dinas pariwisata. Jika menganalogikakan setiap pengunjung akan membawa 2 jenis bahan makanan dan minuman kemudian dikalikan dengan kunjungan wisatawan sebanyak 500 perhari maka sampah dalam sehari ada 1000 sampah. Tentu jika hasil ini terus dilakukan dalam jumlah pengjunjung yang meningkat maka terdapat ribuan sampah yang berada di lokasi tersebut. Maka butuh penanganan dalam peningkatan fasilitas wilayah ini. Pembenahan yang serius terhadap kondisi pariwisata ini setidaknya akan meningkatkan daya tarik pengunjung lain untuk datang. Ikon wisata merupakan investasi emas bagi pemerintah maupun masyarakat sekitar jika bisa dikelola secara baik. Sebaliknya jika asset pariwisata dibiarkan maka bisa jadi ikon wisata tidak mampu memberikan daya guna bagi pemerintah maupun masyarakat melainkan hanya segelintir orang saja yang diuntungkan.

Perjalanan : Menilik Sekilas Museum Hamka

Museum hamka adalah sebuah rumah yang dahulunya menjadi tempat tinggal hamka. Museum yang terletak di kawasan danau maninjau kerap dikunjungi oleh banyak wisatawan baik dari dalam kawasan sumatera barat, bahkan dari luar indonesia. Rumah hamka yang terletak strategis di tepi jalan raya dan menghadap danau maninjau membuat museum itu tetap hidup dan terus dinikmati. Di tempat inilah setidaknya dapat kembali mengenang sosok pahlawan minangkabau yang telah diangkat menjadi pahlawan nasional bersama syafrudin prawiranegara beberapa bulan lalu di tahun 2011. Rumah yang dijadikan museum ini tidaklah besar, namun padat dengan isi yang menerangkan sosok hamka semasa hidupnya. Dimana dalam rumah yang sederhana itu, disulap dengan bingkaian yang tergantung dengan foto serta lukisan hamka semasa perjuangan. Foto dirinya yang memang khas dengan surban memang menampakan bahwa hamka memang seorang ulama modern yang lahir dari rahim tanah minangkabau. Lukisan lain juga memperlihatkan sosok hamka yang berdiri dengan sesama tokoh pergerakan lain, seperti tokoh agama, politik, maupun pendidikan. dimana hal ini menjadi sebuah isyarat bahwa dalam perjuangan semasa hidupnya, hamka memang menjadi tokoh yang aktif dalam melakukan pembaharuan serta membangun pondasi umat sebagai seorang ulama, tokoh politik, maupun sebagai seorang penulis.
Tidak hanya foto yang akan ditemui oleh setiap pengunjung namun juga peralatan lain yang pernah dipakai hamka namun masih terlihat sampai sekarang. Dimana di ruangan sederhana hanya terdapat satu kamar sebagai tempat tidur hamka, kemudian dapur yang masih utuh sesuai dengan bentuk aslinya. Maka dari sinilah akan terpancar sebuah gambaran masa lalu yang menampakan bahwa hamka memang seorang ulama yang sederhana serta tidak menonjolkan dirinya. Peralatan lain yang juga dapat ditemukan yakni beberapa tongkat yang kerap ia jadikan sebagai teman berjalan masih utuh terawatt dalam kotak yang dilapisi kaca. Dimana tongkat ini memang menjadi cirri khas hamka semasa hidup yang erat memegang tongkat saat berjalan.
mengunjugi museum hamka ini semoga bisa menjadi karya wisata yang mengasyikan dimana dalam sebuah wisata terdapat nilai-nilai yang akan disampaikan. Dimana dalam setiap kunjungan ini para pengunjung juga akan memperolah sebuah cerita dari saksi hidup dari keluarga hamka, seperti hanif rasyid spdi. Sebagai penaggung jawab museum ia kerap memberikan banyak ha kepada para pengujung untuk tahu lebih dalam mengenai sosok hamka.
Hanif : Hidupkan Kembali Hamka Umurnya mulai masuk senja, namun semangat serta pemikirannya masih kuat sebagai seorang tokoh yang menghidupkan sosok hamka ini. Nama lengkapnya hanif rasyid, s.pdi. Secara kekerabatan ia adalah keponakan langsung dari ulama yang memiliki nama lengkap ???. Puluhan tahun sudah hanif mengabdikan diri sebagai penanggung jawab museum ini. Maka selama itu juga ia telah mendapati tamu dari berbagai kawasan baik dari sumatera barat, luar sumatera barat, bahkan dari luar negeri. “Namun yang sering dari kawasan malaysia” ujar hanif (28/1). Hanif yang juga sering menghadiri prosesi tentang hamka mengatakan bahwa hamka memang seorang sosok yang fenomenal di zamannya, bahkan sampai sekarang pemikiran dirinya masih relevan dengan zamannya. Maka dari itu perlu pemahaman bagaimana mengenal hamka sebagai seorang tokoh serta pemikir yang mendedikasikan hidup sebagai seorang ulama juga sebagai negarawan. “saat ini, perlu kita lagi menghidupkan sosok hamka dengan memberikan serta mempelajari pemikiran hamka dalam bentuk kurikulum pendidikan” harap hanif yang baru-baru ini mengahdiri acara pengangkatan pahlawan nasional di gendung gubenur sumatera barat beberapa waktu yang lalu. Setiap kali datang pengjung maka hanif kerap memberikan pemaparan secara lisan tentang sosok hamka yang semasa hidup. Terpancar aura kekaguman dari seorang keponakan terhadap mamaknya yang keras terhadap tegaknya ajaran islam. Memang dalam museum ini juga pengnjung akan menemui banyaknya karangan hamka yang masih bisa terlihat hingga saat ini. Dimana buku bacaan karya hamka masih menjadi acuan bagi mereka yang menyukai karya-karya hamka.

Perjalanan : Masjid Keramat Di Tanah Kerinci

Kerinci wilayah yang eksotis dalam hal keindahan alam. wilayah yang penuh dengan keindahan alam terlihat dari gunung Kerinci yang menjulang tinggi, hamparan perbukitan yang luas merupakan aset TNKS (Taman Nasional Kerinci Sebelat) yang potensial dalam ekologi alam hingga saat ini. Saat ini, secara adminstrasi Kerinci merupakan salah satu kabupaten di bawah naungan provinsi Jambi. Namun beberapa tahun silam Kerinci adalah bagian dari wilayah Sumatera Barat. Maka saat ini masih banyak ditemukan beberapa kesamaan secara budaya antara masyarakat kerinci dengan penduduk Minangkabau (Sumatera Barat). Selain itu, dalam pemenuhan kebutuhan hidup seperti ekonomi, pendidikan, dan beberapa bidang lainnya penduduk Kerinci masih melihat daerah di Sumatera Barat sebagai tempat strategis untuk menjadi acuan dan tujuan.
Berkunjung ke wilayah ini, banyak tempat wisata alam yang bisa disaksikan oleh setiap wisatawan. Selain pemandangan alam, Kerinci juga terdapat beberapa situs sejarah yang masih digunakan, salah satunya menikmati suasana di Masjid Keramat yang berada di desa pulau tengah, desa yang terletak ditepian danau Kerinci Bangunan masjid keramat ini merupakan termasuk salah satu 100 masjid tertua di Indonesia. dimana dalam rentan waktu tersebut masjid ini memang memiliki sejarah panjang dalam berdirinya hingga saat ini. Eksistensi masjid tersebut sampai saat ini masih ramai digunakan untuk melakukan ibadah. Selain itu masjid ini juga ramai dikunjungi oleh wisatawan untuk melihat bangunan dari masjid ini. . Berkunjung ke masjid ini jika dilihat dari jarak antara desa pulau tengah dengan pusat kota Sungai Penuh (Kerinci ) sekitar sekitar 20 km, sedangkan dari kota Padang sekitar 280 km . Masjid yang dibangun dengan lantai dari papan dan ijuk didirikan pada tahun 1896. Pemugaran pertama terhadap konstruksi Masjid ini dilakukan pada tahun 1926 dengan mengganti lantai papan dengan semen dan atap dengan seng. Masjid seluas 27 x 27 M itu berdiri diatas tanah seluas 2.650 M2. Keunikan dari masjid ini ialah menggunakan pasak kayu, cara mendirikan tiang-tiang,terutama empat (4) buah di tengah ruangan yang menopang atap tumpang kedua dan tiang tengahnya (sokoguru)yang menopang atap tumpang ketiga,serta mengangkat kayu-kayu yang besar ke atas,baik untuk kasau,paran dan sebagainya.
Jika mengamati secara seksama maka akan terdapat jumlah tiang masjid keseluruhan berjumlah 25 buah yang menandakan jumlah Rasul 25 orang. Sedangkan 5 buah tiang dalam ruangan menggambarkan Rukun Islam yang lima. Kemudian dalam pada itu, terdapat tiang tengah (sokoguru) yang besar dan tinggi di tengah-tengah ruangan merupakan perlambang dari Nabi Muhammad SAW. Sementara itu empat buah tiang sekitarnya adalah lambang dari empat orang sahabat nabi, yaitu Abu Bakar,Umar,Usman dan Ali. Adanya tiang-tiang yang digunakan ini pernah dilakukan pergantian dengan melakukan upacara adat serta gotongroyong pada tahun 1948 dan 1953. Ada pun pada tiang pengganti tersebut diukir sesuai dengan aslinya oleh Moh.Gunahh.Laris dan H.Bakri. Penggunaan kata “Keramat” terhadap masjid agung ini memang telah menjadi kebanggan setiap warga Kerinci , keagungan masjid ini memiliki sisi mistis yang dipercaya oleh penduduk lokal setempat hingga saat ini. Salah satunya, muatan komposisi masjid yang tidak terbatas untuk penggunjungnya. Artinya masjid tersebut tidak akan pernah penuh dengan isi berapa pun (pengunjung) yang masuk. Hal tersebut masih bisa dibuktikan hingga saat ini. Selain itu, pada tahun 1939 pernah terjadi kebakaran yang banyak menyebabkan banyak rumah hangus terbakar. Namun hal ini tidak dengan masjid yang berada ditengah perumahan penduduk yang selamat dari kobaran api. Maka oleh masyarakat setempat mengatakan masjid tersebut sebagai masjid keramat yang agung.
Melihat relief terhadap masjid keramat ini, setiap pengunjung akan melihat ukiran yang bermacam ragamnya. Baik ukiran yang terukir di bagian luarnya hingga ukiran yang berada di dalam masjid tersebut. Menurut penjaga maupun penduduk lokal sekitar bahwa setiap ukiran yang ada dalam masjid tersebut memiliki makna yang dipertahan kan hingga saat ini. Maka nilai-nilai seni menjadi daya tarik bagi setiap pengunjung maupun bagi penduduk yang menggunakan masjid tersebut. Dalam konteks sejarahnya, tidak hanya masjid keramat yang memiliki sejarah yang bsia dinikmati hingga sekarang. Namun keberadaan desa Pulau Tengah adalah wilayah yang memiliki banyak rekaman dari pristiwa sejarah. Mulai dari masuk dan berkembangnya orang Kerinci , perkembangan dan penyebaran agama Islam di Kerinci , Pristiwa revolusi fisik, bahkan korelasi pulau tengah (Kerinci ) terhadap masa PDRI (Pemeritah Darurat Republik Indonesia). Desa ini terbagi atas 4 wilayah kecil, yakni dusun Baru, Talago,Koto Dian dan Koto Tuo. jadi, Silakan saja berkunjung.
Danau Eksostis Di Negeri Kerinci Siapa pun yang berkunjung ke Kerinci pasti akan singgah ke beberapa objek wisata alam yang berada di tanah ini. Kerinci yang dikenal dengan keindahannya maka sering disebut sebagai negeri sekepal tanah dari surga. Selain desa Pulau Tengah yang banyak menyimpan wisata alam yang menarik, maka selanjutnya adalah wisata alam di danau Kerinci . Wisata yang tidak jauh dari masjid keramat itu amat disayangkan jika tidak singgah untuk sejenak menikmati pemandangan danau yang menarik. Danau Kerinci memiliki luas 4.200 Hektar dengan kedalaman 110 M dan terletak pada ketinggian 783 Meter Dpl, Objek wisata ini memang menjadi ikon utama dalam pariwisata kerinci yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Dalam perayaan tahunan danau Kerinci setiap bulan Juli, pemerintah mengangkat acara besar yakni FMDK (Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci ). Perayaan wisata yang menjadi kebanggan masyarakat Kerinci memang menampilkan pagelaran seni dari berbagai wilayah di Kerinci untuk ditunjukan. Bila ada yang berminat untuk berkunjung ke Kerinci , bisa melalui jalur Jambi dan Padang. Jarak dari Jambi ke Sungai Penuh, ibu kota Kerinci , cukup jauh, 450 kilometer yang ditempuh 9-12 jam. Sedangkan jarak Kerinci ke Padang, di Sumatera Barat, lebih dekat, 250 kilometer yang ditempuh 6-8 jam. Danau Kerinci terletak 16 kilometer di selatan Kota Sungai Penuh. Untuk mencapai wilayah ini setiap pengunjung dapat menempuh perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor, seacra pribadi maupun umum Salah satu yang menjadi daya tarik dari khas danau Kerinci adalah suasana alam yang menyejukan. Keindahan danau yang membiru dan perbukitan yang rapi menjadi daya tarik tersendiri bagi pengnjung. Pemandangan danau ini bisa terlihat dari sisi Gunung Raya di sisi timur, sedangkan di sebelah barat, dari kejauhan tampak Gunung Kerinci. keindahan alam yang menawan akan memberikan kesan yang berbeda di setiap waktunya, baik siang hari, pagi hari, bahkan di kala senja. Jadi, selamat datang jika berkunjung ke danau Kerinci ini.

Perjalanan : Keboen Teh Kajoe Aro

Pergilah ke kerinci, dan singgahlah.. nggggggggg………………………………………… Suara alarm yang lebih dikenal bengong menggetarkan suasana alam pagi jam 4. Mungkin bagi orang yang singgah ke Kayu Aro akan heran dengan bunyi alarm yang berasal dari sebuah perkebunan teh ini. Namun bagi orang kebanyakan yang mayoritas penduduk Kayu Aro tentu tidak heran. Bunyi suara bengong ini adalah sebuah pertanda bahwa hari menunjukan jam pagi dan pergantian sift kerja. Setidaknya suara bengong berbunyi lantang sebanyak tujuh kali setaip harinya, yakni jam 04.00, 06.45, 07.00, 12.00, 13.45, 14.00 dan 20.00. Sistem ini memang bagian dari warisan tempo doloe bahwa alarm berbunyi dengan sebuah pertanda bagi buruh. Sebuah refleksi sejarah yang masih temukan sampai saat ini. Keboen Teh Kajoe Aro atau yang kini dikenal dengan PTP VI dibangun pada tahun 1929 oleh maskapai perusahaan Belanda bernama NV. HVA (Namlodse Venotchaaf Handle Veriniging Amsterdam) perkebunan teh yang masih aktif berproduksi ini setidaknya masih mampu menghasilkan kualitas teh yang terbaik. Bahkan oleh majalah nasional Tempo menilai bahwa perkebunan ini menjadi perkebunn tua yang memiliki potensi yang diakui hingga ke luar negeri sebagai daerah pasaran yakni Jepang, Belanda dan negara lain.
Perkebunan teh yang dibuka ini menjadi sebuah respon sejak dikeluarkan kebijakan UU Agraria tahun 1870. Dimana dengan aturan ini, pemerintah kolonial Belanda membuka kesempatan bagi pihak swasta (pengusaha ) untuk melakukan investasi di daerah luar jawa maupun dalam pulau jawa. Alhasil salah satu investasi tersebut dilakukan di wilayah perkebunan yang terletak di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Luas perkebunan hingga 2.624,69 Ha mempekerjakan ratusan pekerja. Dimana sebagian besar adalah penduduk pendatang yakni penduduk Jawa sejak dibukanya perkebunan ini. Sistematika dalam menjalankan perkebunan ini juga masih menggunakan system lama yang dinilai masih efektif, salah satunya pembagian wilayah kerja dengan bentuk Afdelling. Proses pengerjaan yang membutuhkan tenaga buruh ini setidaknya menjadi alat yang produktf dalam menjalankan perusahaan tua yang masih kokoh ini. Berkunjung dan melihat proses pembuatan teh berkualitas ini bisa juga dilakukan oleh setiap pengunjung yang hendak singgah. Ketertarikan dengan proses pembuatan ini menjadi salah satu wistaa yang bisa menjadi sebuah perjalanan sejarah tempo doloe. suasana pedesaan yang masih asri setidaknya menjadi sebuah panorama tersendiri bagi wisatawan yang akan berkunjung.
Perkebunan yang terletak di Kayu Aro sendiri juga banyak terdapat benda benda sejarah yang masih ada, seperti pohon Ficus Retusa yang tumbuh sekitar tahun 1958 menjadi muasal nama Kayu Aro. Pohon ini pun masih dapat dilihat di perbatasan Desa sako dua-bedeng dua. Kemudian perumahan petak penduduk yang masih banyak di sekitar perkebunan setidaknya menjadi tanda keasrian dari panorama perkebunan. Banyak wisatawan yang berkunjung sekedar melepas lelah di wilayah perkebunan ini. Penyediaan rumah inap bagi wisatawan lokal maupun mancanegara memang menjadi sebuah simpulan bahwa perkebunan ini memang menarik. Bahkan panorama yang dilakukan oleh wisatwan ini juga dilakukan dengan cara mendaki gunung Kerinci.Priondono Gedung tempo doloe
Gedung tempo doloe lebih dikenal dengan kantor pajak. Entah bagaimana penduduk sekitar lebih mudah mengatakan bahwa gedung ini dengan sebutan kantor pajak. Namun setidaknya keberadaan kantor ini merupakan salah satu gedung tua yang masih berfungsi baik hingga saat ini. Kantor pajak yang dibangun di setiap wilayah perumahan penduduk setiap afdelling ini menjadi gedung yang multifungsi. Setiap bulanya para pekerja mendapat haknya dalam bentuk harian gajian sebanyak dua kali yang dikenal dengan gajian besar dan gajian kecil. Jika gajian besar didapatkan setiap ahir bulan maka gajian kecil ia dapatkan setiap dua minggu. Tentu besaran gaji tersebut berbeda. Jika gajian besar mereka mendapat gaji penuh maka pada gajian kecil mereka mendapat gaji setengahnya atau kurang. Sedangkan pengambilan gaji tersebut dapat dilakukan di gendung tempoe doloe ini atau kantor pajak. Ini lah fungsi penting kantor pajak sebagai tempat utnuk menerima gaji. Setiap bulannya gedung ini mendadak ramai dengan banyaknya pekerja perkebunan yang hendak mengambil gajinya. Selain itu lokasi ini pun mendadak penuh dengan banyaknya pedagang yang menjajakan barang dagangannya. Keramaian seperti pasar dakdakan ini mampu menjadi daya magnet untuk jual beli barang ditengah hari gajian. Selain gedung pajak juga terdapat gedung tua lainnya seperti Rumah sakit kayu aro ini berada di kawasan tidak jauh dari lokasi pabrik BDVIII. Rumah sakit yang didirikan sejak tahun 1935. Namun sayangnya sistem rumah sakit ini menjadi polillinik akibat polemik perizinan yang sampai saat ini masih belum selesai permasalahnnya. Padahal kebutuhan masyarakat Kayu Aro terhadap rumah sakit ini sangat tinggi. Kepadatan penduduk seiring kepadatan dengan lapangan pekerjaan tidak jarang hal ini menimbulkan dampak dalam hal kesehatan.

Perjalanan : Meniliki Peninggalan Hidup Belanda di Tanah Kerinci

Sekepal tanah dari surga,seperti itulah julukan yang diberikan oleh banyak orang pada negeri Kerinci yang berada di Provinsi Jambi dan berbatasan dengan Sumatera Barat. Dari sekian banyak daerah yang menarik di Kerinci, Kayu Aro adalah salah satunya. Wilayah yang didomisili oleh perkebunan teh serta perbukitan yang dijadikan ladang merupakan kawasan indah bagi siapa pun yang singgah ke daerah ini. Panorama alam Kayu Aro memang bisa dilukiskan seimbang dengan keindahan alam pada umumnya. Pemandangan gunung kerinci berlatar hamparan padang teh menambah khasanah keindahan alam tidak ternilai yang telah diberikan kepada Tuhan. Kayu aro adalah kecamatan, yang merupakan bagian dari Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Daerah ini memang telah lama dikenal sebagai penghasil bahan pokok makanan dalam sayur-sayuran yang di ekspor hingga ke wilayah Sumbar. Namun hal penting serta yang membuat Kayu Aro menarik serta khas adalah dari sisi letaknya sebagai produsen utama dalam menghasilkan teh. Dimana teh yang dihasilkan kemudian di ekspor tidak hanya bagi kalangan dalam negeri namun juga keluar negeri seperti jepang, belanda serta negara eropa lainnya.
Menilik sekilas perkebunan teh yang didirikan sejak zaman kolonial Belanda memang telah menjadi mata pencarian utama bagi penduduk sekitar. Dimana perkebunan didirikan tahun 1929 ini memiliki luas perkebunan adalah????. Penduduk kayu aro yang merupakan penduduk tranmigran yang bersuku jawa setidaknya telah tinggal selama puluhan tahun lamanya dan bekerja di perkebunan tersebut. Tentunya jika melihat Kayu Aro yang memang penuh dengan kebun teh menjadi daya tarik bagi wisatawan baik dalam maupun luarnegeri dalam melihat perkebunan teh lebih dekat. Perkebunan luas teh ini terbagi pada beberapa bagain yang dikenal dengan Afdelling. Dimana istilah afdelling masih memakai dengan istillah di masa colonial dulu. Setidaknya hal ini akan menjadi wisata sejarah yang unik bagi siapapun yang hendak berkunjung ke wilayah kayu aro ini. Pekerjaan dalam mengolah hasil ala mini pun masih menggunakan pemakaian cara yang lama, salah satunya menggunakan pemetik teh. Walau tidak disangkal pada beberapa area Afdelling telah menggunakan alat modern dalam memetik hasil teh.
Keunikan yang lain dari daerah ini adalah nama kayu aro sendiri. Penamaan Kayu Aro adalah nama yang diambil dari sebuah pohon yang ditanam di daerah tersebut. Salah satu pohon yang menjadi bukti hidup adalah pohon Ficus Retusa. Dimana pohon ini diyakini telah lama tumbuh yakni sekitar tahun 1958. jadi umur pohon ini adalah 154 tahun. Adapun keberadaan pohon ini masih dapat dilihat di perbatasan Desa sako dua-bedeng dua. Dimana pohon ini masih tumbuh dengan batangnya yang kuat serta menjadi ikon kayu aro itu sendiri. pohon yang tumbuh di tepi jalan raya ini juga mudah diliat dari jalan raya. tentunya bag pengunjung yang datang ke wilayah kayu aro akan menikmati banyak hal karya sejarah yang masih hidup dan terpakai di sini. Rumah sakit tempo doloe
Banyak peninggalan dari kolonial Belanda yang masih bisa dilihat di Kayu Aro. Salah satunya rumah sakit Kayu Aro yang kini malah dijadikan sebagai poliklinik akibat perpindahan dalam manajemen. Rumah sakit kayu aro ini berada di kawasan tidak jauh dari lokasi pabrik BDVIII. Pendirian rumah sakit ini telah didirikan sejak tahun 1935 dimasa kolonial Belanda. Latar belakang pendirian rumah sakit itu memang menyesuaikan dengan perubahan zaman atau sistem pemerintahan saat itu. Munculnya para pemilik modal serta aturan dalam melindungi para pekerja maka didirikan lembaga-lembaga yang bisa digunakan oleh masyarakat sekitar khususnya rumah sakit. Singkatnya memasuki masa liberal telah menerapkan aturan hak-hak yang jelas bagi penduduk nusantara. maka dari itu pembangunan sentral pendidikan, kesehatan, pembangunan lain adalah wujud system tersebut. Keberadaan Rumah Sakit PTPN VI memang masih memakai gaya gedung yang lama dan asri. Tidak terkesan dengan menampilkan modern building rumah sakit saat ini. Namun tetap mempertahankan gaya rumah sakit dengan bangunan lama. Walaupun seperti itu ketergantungan masyarakat terhadap rumah sakit ini tetap menjadi tempat utama bagi masyarakat sekitar, khususnya bagi para pekerja perkebunan itu sendiri. Maka sebuah kesempatan yang besar sekiranya bagi penggun maupun pengunjung tetap bisa menikmati rumah sakit tempo doloe yang masih eksis hingga sekarang. Letak yang strategis serta dikelilingi oleh pemandangan alam yang asri tentu memberikan kekuatan dalam memberikan kesembuhan secara alami. Sedangkan bagi para wisatawan yang berniat berkunjung bisa menikmati pemandangan alam serta keunikan bangunan serta struktur lama rumah sakit tempo doloe ini.Priondono

Perjalanan : PERDANA MENUJUH PUNCAK SINGGALANG

“Ma bang pri jo dedi…(mana Bang Pri dan Dedi)?” Tanya nanda sambil mengatur nafasnya ketika melewati bebatuan besar yang menanjak. “Masih di balakang bantuaknyo (masih dibelakang sepertinya)” jawab Ferdo yang masih berusaha melewati bebatuan besar. “Awak tunggu sabanta( kita tunggu sebentar)” Nanda memberikan usul. Ferdo maupun Dede sepakat untuk menunggu temannya yang masih tertinggal kala melewati pendakian di Gunung Singgalang . Petikan percakapan diatas merupakan satu hal yang penting dalam melakukan pendakian. Perjalanan yang dekat dengan alam terdapat banyak nilai penting didalamnya salah satunya memupuk rasa kebersamaan. Aktivitas mendaki akan membentuk jiwa pribadi yang positif baik secara mentalitas sikap dan pola pikir. Sebaliknya jika nilai-nilai kebersamaan dan pengertian diabaikan maka tidak sedikit banyak kecelakaan yang menimpah para pendaki. ***
Sumatera Barat memiliki nilai eksotis alam yang menawan. Keindahan alam secara langsung menjadi promosi bagi alam Minangkabau menjadi kawasan wisata yang menarik. Salah satu keindahan alam tersebut adalah wisata alam pendakian gunung-gunung yang terdapat di Sumatera Barat. Ada beberapa gunung dan perbukitan yang menjadi banyak alternatif bagi para petualang untuk menikmati tantangan sekaligus wisata alam yakni Gunung Singgalang. Gunung ini terletak di daerah Koto Baru Padang Panjang. Entah sudah berapa banyak jejak langkah yang dilakukan oleh petualang untuk berkunjung ke gunung yang kini non aktif tersebut. Bahkan tidak banyak para pendaki yang memang menjadikan pendakian gunung Singgalang sebagai rute pendakian yang kerap dan sering untuk dikunjungi. Walau seperti itu keberadaan gunung ini juga diapit oleh dua gunung lainnya yakni Gunung Tandikek dan Gunung Merapi yang berada diseberang berlawanan dari Gunung Singgalang. Dua gunung yang mengapit daerah padang panjang menjadikan daerah ini sebagai daerah yang dingin namun sejuk. Melalui tulisan perjalanan ini penulis mencoba membagi kesan yang dialami oleh para petualang yakni penulis dengan beberapa teman sejawat yang melakukan pendakian pada awal Januari 2013. Pendakian yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa FIS-UNP antara lain Ferdo Badres, Nanda Priono, Dede, Dedi dan Priondono mencoba ketaguhan rute pendakian gunung Singgalang sebagai pendakian perdana kami di puncak Gunung Singgalang. Ketinggian Gunung Singgalang sekitar 2877 Mdpl tentu saja bagi yang akan melakukan pendakian hendaknya melakukan persiapan yang matang baik fisik maupun materi. Perjalanan yang kami lalui dimulai pada jam 10.00 sabtu, (6/1) melalui rute yang biasa dilalui oleh pendaki yakni melewati Simpang Padek Sikek. Keberangkatan melewati Padek Sikek sebenarnya masih belum dikatakan pendakian karena pendakian baru akan dilakukan dari mulai stasiun tower TV RCTI dan TVRI yang berada diahir pemukiman warga atau sekitar perkebunan tebu penduduk. Maka untuk para pendaki biasanya bisa menggunakan kendaraan pribadi kemudian diletakan di sebuah pondok khusus pendaki atau bisa juga dengan mencarter mobil guna menghemat perjalanan. Walau seperti itu tidak jarang para pendaki lebih memilih berjalan kaki menelusuri perkampungan sebagai bagian dari wisata pedesaan. Keberangkatan kami telah melewati moment tahun baru sudah berlalu beberapa hari namun beberapa rombongan sebelum maupun sesudah kami masih banyak melakukan aktivitas pendakian di Gunung Singgalang. Menurut penulis banyak sebab yang menjadikan pendakian Singgalang menjadi alternatif bagi pendaki antara lain kebutuhan air yang mencukupi karena ketersediaan air cukup seanjang pendakian hingga jalan pendakian yang selalu ditandai dengan batasan tiang hingga mencapai telaga dewi kemudian factor cuaca yang sangat mendukung untuk melakukan pendakian. Jam menunjukan waktu 11.10 kami memulai pendakain dengan berdoa bersama dan meluruskan niat selama pendakian ini. Perjalanan mendaki gunung memang melalui sebuah rute yang berbeda satu dengan lainnya, layanya pendakian ini. Ketersediaan air yang cukup memberikan efek yang positif ditengah terjalnya jalananan yang dilalui. Memasuki jejak pertama pendakian kami menelusuri padang ilalang sepanjang jalan, perjalanan melewati padang ilalang ini membutuhkan waktu kurang lebih 50 menit dengan jalananya yang terus mendaki. Sesampai di pos pemberhentian pertama biasanya pendaki akan mengisi kembali energi baik dengan air maupun memakan makanan yang instan. Memasuki perjalanan selanjutnya sebuah jalan pendakian yang tidak lagipenuh padang ilalang melainkan pepohonan dan bebatuan hingga menujuh ke cadas. Pendakian yang terus menanjak dan melewati bebatuan serta tanah yang licin cukup membuat tenaga banyak terkuras. Oleh karena itu pendakian yang dilakukan memiliki kisaran waktu yang cukup relatif yakni 6-9 jam perjalanan. Maka dari itu setiap pendaki yang hendak melakukan pendakian melakukan olaraga fisik menjelang keberangkatan agar terbiasa dalam kondisi yang seperti ini. Selain itu kebutuhan yang akan dibawa tentunya memang kebutuhan yang memiliki daya guna bukan sebagai pelengkap saja. Kelelahan badan yang dialami setiap pendaki memang berbeda-beda. Bahkan kelelahan yang mencapai klimaks yakni kisaran 100-200 meter untuk berhenti sejenak. Tentu saja hal ini harus dimaklumi oleh setiap invidu yang melakukan pendakian secara berkelompok. Kebersamaan dan kedisiplinan menjadi poin yang memang tidak bisa dihilangkan dalam mendaki. Tidak terasa perjalanan yang dimulai jam 11.10 menjadi acuan waktu yang penting ketika kami sampai di cadas sekitar jam 17.00. pilihan dalam mendaki Gunung Singgalang biasanya pendaki melakukan pemberhentian secara total di beberapa tempat yakni dibawah cadas, diatas cadas dan di telaga dewi. Namun kami sepakat untuk memilih ke Telaga Dewi untuk melakukan pemberhentian terahir bersama beberapa rombongan pendaki lain yang secara kebetulan telah berada di telaga dewi. Cuaca di puncak yang sangat dingin serta tertutup sinar matahari menjadikan sebuah kesan bahwa puncak gunung singgalang memang erat dengan iklim yang sangat dingin. Setelah mendirikan tenda kami pun lebih memilih menghangatkan badan di dalam tenda, disbanding di luar karena cuaca yang semakin malam memberikan rasa dingin yang sangat tinggi. Baju panjang, jaket, kaos kaki, sarung tangan, penutup kepala, menjadi alat pribadi yang tidak bisa dibagi ditengah kedinginan. Maka dari itu persiapan fisik pribadi memang matang di cek sebelum melakukan pendakian secara individu. Matahari keesokan yang mulai menyinsing namun tidak menembus kabut tebal di perkemahan kami. Pagi yang masih dingin namun kami memilih untuk melakukan aktivitas kelompok antara lain memasak, membuat api unggun, walaupun beberapa diantara kami masih kedinginan dan memilih berdiam diri di tenda. Jam menunjukan jam 10.00 kami pun mulai bersiap-siap untuk segera melakukan persiapan untuk segera kembali. Dalam persiapan ini kami memungut sampah yang kami uat selama ditenda kemudian diangkut kebawah guna dibuang ketempat sampah. Tepat 11.00 perjalanan kembali pun segera dilakukan. Jalanan yang licin menjadi tantangan ketika hendak kembali maka alternative dengan menggunakan tongkat kayu kecil menjadi pelindung tangan ketiga dalam perjalanan. Jika pada awal perjalanan menghabiskan waktu sekitar 7 jam maka pada perjalanan kembali ini kami membutuhkan waktu sekitar 5 jam perjalanan.
Tiang dan Alat Ukur Pendakian Salah satu hal yang menjadi kesan dalam pendakian ini adalah keberadaan tiang sepanjang jalan menujuh ke telaga. Pada awalnya kami tidak menyadari bahwa keberadaan tiang ini memang menjadi acuan dalam pendakian. Tiang sepanjang sekitar 7 meter ini berdiri kokoh sepanjang pendakian hingga menujuh telaga dewi. Jika dihitung berdasarkan pengamatan keberadan tiang-tiang ini berjumlah sekitar 110 tiang dengan jarak per tiang sekitar 50 meter. Ukuran ini seperti ini terkadang digunakan oleh rombongan untuk menentukan tempat dan kapan waktu untuk berhenti sejenak.
Walau seperti itu keberadaan tiang yang hingga kini aktif dan masih digunakan untuk kepentingan komunikasi tidak disukai oleh beberapa kalangan pendaki. Tiang yang tertulis angkah 110 dari arah jalur bawah (awal pendakian) dihitung secara mundur hingga tiang dengan angkah satu di telaga dewi. Hitungan yang dinilai terkadang memberikan sugesti kelelahan namun juga mampu menjadi sugesti untuk terus maju dengan sebuah harapan akan sampai ditujuan. Sama halnya yang dilakukan penulis bersama rombongan ketika mendaki pada saat tersebut. Pendakian yang mengacu kepada tiang terkadang memberikan sugesti untuk segera sampai di tempat tujuan. Walau seperti itu acuan ini memang dijadikan agar bisa memastikan para pendaki pemula tidka tersesat dalam melakukan pendakian. Maka keberadaan tiang ini menjadi sebuah ukuran dalam mengukur perjalanan yang dilakukan pendaki hingga menujuh puncak singgalang, telaga dewi, dan puncak tempat didirikannya tower komunikasi.

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...