Perjalanan : PERDANA MENUJUH PUNCAK SINGGALANG
“Ma bang pri jo dedi…(mana Bang Pri dan Dedi)?” Tanya nanda sambil mengatur nafasnya ketika melewati bebatuan besar yang menanjak.
“Masih di balakang bantuaknyo (masih dibelakang sepertinya)” jawab Ferdo yang masih berusaha melewati bebatuan besar.
“Awak tunggu sabanta( kita tunggu sebentar)” Nanda memberikan usul.
Ferdo maupun Dede sepakat untuk menunggu temannya yang masih tertinggal kala melewati pendakian di Gunung Singgalang .
Petikan percakapan diatas merupakan satu hal yang penting dalam melakukan pendakian. Perjalanan yang dekat dengan alam terdapat banyak nilai penting didalamnya salah satunya memupuk rasa kebersamaan. Aktivitas mendaki akan membentuk jiwa pribadi yang positif baik secara mentalitas sikap dan pola pikir. Sebaliknya jika nilai-nilai kebersamaan dan pengertian diabaikan maka tidak sedikit banyak kecelakaan yang menimpah para pendaki.
***
Sumatera Barat memiliki nilai eksotis alam yang menawan. Keindahan alam secara langsung menjadi promosi bagi alam Minangkabau menjadi kawasan wisata yang menarik. Salah satu keindahan alam tersebut adalah wisata alam pendakian gunung-gunung yang terdapat di Sumatera Barat. Ada beberapa gunung dan perbukitan yang menjadi banyak alternatif bagi para petualang untuk menikmati tantangan sekaligus wisata alam yakni Gunung Singgalang.
Gunung ini terletak di daerah Koto Baru Padang Panjang. Entah sudah berapa banyak jejak langkah yang dilakukan oleh petualang untuk berkunjung ke gunung yang kini non aktif tersebut. Bahkan tidak banyak para pendaki yang memang menjadikan pendakian gunung Singgalang sebagai rute pendakian yang kerap dan sering untuk dikunjungi. Walau seperti itu keberadaan gunung ini juga diapit oleh dua gunung lainnya yakni Gunung Tandikek dan Gunung Merapi yang berada diseberang berlawanan dari Gunung Singgalang. Dua gunung yang mengapit daerah padang panjang menjadikan daerah ini sebagai daerah yang dingin namun sejuk.
Melalui tulisan perjalanan ini penulis mencoba membagi kesan yang dialami oleh para petualang yakni penulis dengan beberapa teman sejawat yang melakukan pendakian pada awal Januari 2013. Pendakian yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa FIS-UNP antara lain Ferdo Badres, Nanda Priono, Dede, Dedi dan Priondono mencoba ketaguhan rute pendakian gunung Singgalang sebagai pendakian perdana kami di puncak Gunung Singgalang.
Ketinggian Gunung Singgalang sekitar 2877 Mdpl tentu saja bagi yang akan melakukan pendakian hendaknya melakukan persiapan yang matang baik fisik maupun materi. Perjalanan yang kami lalui dimulai pada jam 10.00 sabtu, (6/1) melalui rute yang biasa dilalui oleh pendaki yakni melewati Simpang Padek Sikek. Keberangkatan melewati Padek Sikek sebenarnya masih belum dikatakan pendakian karena pendakian baru akan dilakukan dari mulai stasiun tower TV RCTI dan TVRI yang berada diahir pemukiman warga atau sekitar perkebunan tebu penduduk. Maka untuk para pendaki biasanya bisa menggunakan kendaraan pribadi kemudian diletakan di sebuah pondok khusus pendaki atau bisa juga dengan mencarter mobil guna menghemat perjalanan. Walau seperti itu tidak jarang para pendaki lebih memilih berjalan kaki menelusuri perkampungan sebagai bagian dari wisata pedesaan.
Keberangkatan kami telah melewati moment tahun baru sudah berlalu beberapa hari namun beberapa rombongan sebelum maupun sesudah kami masih banyak melakukan aktivitas pendakian di Gunung Singgalang. Menurut penulis banyak sebab yang menjadikan pendakian Singgalang menjadi alternatif bagi pendaki antara lain kebutuhan air yang mencukupi karena ketersediaan air cukup seanjang pendakian hingga jalan pendakian yang selalu ditandai dengan batasan tiang hingga mencapai telaga dewi kemudian factor cuaca yang sangat mendukung untuk melakukan pendakian.
Jam menunjukan waktu 11.10 kami memulai pendakain dengan berdoa bersama dan meluruskan niat selama pendakian ini. Perjalanan mendaki gunung memang melalui sebuah rute yang berbeda satu dengan lainnya, layanya pendakian ini. Ketersediaan air yang cukup memberikan efek yang positif ditengah terjalnya jalananan yang dilalui. Memasuki jejak pertama pendakian kami menelusuri padang ilalang sepanjang jalan, perjalanan melewati padang ilalang ini membutuhkan waktu kurang lebih 50 menit dengan jalananya yang terus mendaki. Sesampai di pos pemberhentian pertama biasanya pendaki akan mengisi kembali energi baik dengan air maupun memakan makanan yang instan. Memasuki perjalanan selanjutnya sebuah jalan pendakian yang tidak lagipenuh padang ilalang melainkan pepohonan dan bebatuan hingga menujuh ke cadas.
Pendakian yang terus menanjak dan melewati bebatuan serta tanah yang licin cukup membuat tenaga banyak terkuras. Oleh karena itu pendakian yang dilakukan memiliki kisaran waktu yang cukup relatif yakni 6-9 jam perjalanan. Maka dari itu setiap pendaki yang hendak melakukan pendakian melakukan olaraga fisik menjelang keberangkatan agar terbiasa dalam kondisi yang seperti ini. Selain itu kebutuhan yang akan dibawa tentunya memang kebutuhan yang memiliki daya guna bukan sebagai pelengkap saja.
Kelelahan badan yang dialami setiap pendaki memang berbeda-beda. Bahkan kelelahan yang mencapai klimaks yakni kisaran 100-200 meter untuk berhenti sejenak. Tentu saja hal ini harus dimaklumi oleh setiap invidu yang melakukan pendakian secara berkelompok. Kebersamaan dan kedisiplinan menjadi poin yang memang tidak bisa dihilangkan dalam mendaki.
Tidak terasa perjalanan yang dimulai jam 11.10 menjadi acuan waktu yang penting ketika kami sampai di cadas sekitar jam 17.00. pilihan dalam mendaki Gunung Singgalang biasanya pendaki melakukan pemberhentian secara total di beberapa tempat yakni dibawah cadas, diatas cadas dan di telaga dewi. Namun kami sepakat untuk memilih ke Telaga Dewi untuk melakukan pemberhentian terahir bersama beberapa rombongan pendaki lain yang secara kebetulan telah berada di telaga dewi. Cuaca di puncak yang sangat dingin serta tertutup sinar matahari menjadikan sebuah kesan bahwa puncak gunung singgalang memang erat dengan iklim yang sangat dingin.
Setelah mendirikan tenda kami pun lebih memilih menghangatkan badan di dalam tenda, disbanding di luar karena cuaca yang semakin malam memberikan rasa dingin yang sangat tinggi. Baju panjang, jaket, kaos kaki, sarung tangan, penutup kepala, menjadi alat pribadi yang tidak bisa dibagi ditengah kedinginan. Maka dari itu persiapan fisik pribadi memang matang di cek sebelum melakukan pendakian secara individu.
Matahari keesokan yang mulai menyinsing namun tidak menembus kabut tebal di perkemahan kami. Pagi yang masih dingin namun kami memilih untuk melakukan aktivitas kelompok antara lain memasak, membuat api unggun, walaupun beberapa diantara kami masih kedinginan dan memilih berdiam diri di tenda. Jam menunjukan jam 10.00 kami pun mulai bersiap-siap untuk segera melakukan persiapan untuk segera kembali. Dalam persiapan ini kami memungut sampah yang kami uat selama ditenda kemudian diangkut kebawah guna dibuang ketempat sampah.
Tepat 11.00 perjalanan kembali pun segera dilakukan. Jalanan yang licin menjadi tantangan ketika hendak kembali maka alternative dengan menggunakan tongkat kayu kecil menjadi pelindung tangan ketiga dalam perjalanan. Jika pada awal perjalanan menghabiskan waktu sekitar 7 jam maka pada perjalanan kembali ini kami membutuhkan waktu sekitar 5 jam perjalanan.
Tiang dan Alat Ukur Pendakian
Salah satu hal yang menjadi kesan dalam pendakian ini adalah keberadaan tiang sepanjang jalan menujuh ke telaga. Pada awalnya kami tidak menyadari bahwa keberadaan tiang ini memang menjadi acuan dalam pendakian. Tiang sepanjang sekitar 7 meter ini berdiri kokoh sepanjang pendakian hingga menujuh telaga dewi. Jika dihitung berdasarkan pengamatan keberadan tiang-tiang ini berjumlah sekitar 110 tiang dengan jarak per tiang sekitar 50 meter. Ukuran ini seperti ini terkadang digunakan oleh rombongan untuk menentukan tempat dan kapan waktu untuk berhenti sejenak.
Walau seperti itu keberadaan tiang yang hingga kini aktif dan masih digunakan untuk kepentingan komunikasi tidak disukai oleh beberapa kalangan pendaki. Tiang yang tertulis angkah 110 dari arah jalur bawah (awal pendakian) dihitung secara mundur hingga tiang dengan angkah satu di telaga dewi. Hitungan yang dinilai terkadang memberikan sugesti kelelahan namun juga mampu menjadi sugesti untuk terus maju dengan sebuah harapan akan sampai ditujuan.
Sama halnya yang dilakukan penulis bersama rombongan ketika mendaki pada saat tersebut. Pendakian yang mengacu kepada tiang terkadang memberikan sugesti untuk segera sampai di tempat tujuan. Walau seperti itu acuan ini memang dijadikan agar bisa memastikan para pendaki pemula tidka tersesat dalam melakukan pendakian. Maka keberadaan tiang ini menjadi sebuah ukuran dalam mengukur perjalanan yang dilakukan pendaki hingga menujuh puncak singgalang, telaga dewi, dan puncak tempat didirikannya tower komunikasi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku
( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...
-
Judul : Kuli Kontrak Penulis : Mochtar Lubis Penerbit : Yayasan Obor Indonesia Tebal : 107 Halaman Tahun Terbit : 1985 Kuli k...
-
Judul : Raden Fatah Penyuting : Daryanto Penerbit : Tiga Kelana Tebal : 470 Halaman Tahun terbit : 2009 ============================...
-
Judul : 41 warisan kebesaran gus dur Penulis : M.Hanif Dhakiri Penerbit : LKiS Tebal : 204 Halaman Tahun terbit : 2010 Sejara...
salam kenal uda, saya mahasiswa BK FIP UNP TM 2012.. mau nanya uda, ada rencana mau ke singgalang lagi ga uda? saya sama teman-teman mau ndaki singgalang, tapi belum ada yg berpengalaman ke singgalang..
ReplyDeleteakhir januari mngkn... kpn mw naik k sana...trek k singgalang lbh sulit dri mrapi wlw lbh rendah dri merapi ktinngiannya.. maaf bru bls
ReplyDeletesalam kenal.. tiang tiang itu dari awal mendaki sampai ke puncak singgalang ya?
ReplyDeletemaaf telat balas, iya benr seklai... nanti sampai juga di telaga dewi tiang itu masih ada.. ada rencana tuk mendaki kah?
Deletemaaf telat balas, iya benr seklai... nanti sampai juga di telaga dewi tiang itu masih ada.. ada rencana tuk mendaki kah?
ReplyDeletethanks infonya uda
ReplyDeletesama2...mau nanjak ya ke singgalang. hati2 aja, musim gak menentu. kmrin saya dg rekan2 baru naik ke singgalang lagi
Delete17 Agustus ko awak jo kawan2 dri Riau nio naik...
ReplyDeleteSanak naik ndk.........???
17 Agustus ko awak jo kawan2 dri Riau nio naik...
ReplyDeleteSanak naik ndk.........???
maaf telat balas..wah ndak bruntung.. wak naik yg sabalah nyo sanak gunung marapi. next trip lha mngkn bsa samo wak naik... taragak ke tandikek atw talamau...
Deletesalam knal da..
ReplyDeletesaya dari bukittinggi da.
saya penasaran ingin mendaki talamau atau tandikek da.
ada rencana mendaki lagi da.
salam, kenal juga..
Deletesalam pendaki alam
ado..tp kini caliak waktu dulu da..soal x kini2 ko sumbar acok hujan.. gunung2 it kondisi lembab dan susah.. prediksi mngkn november atw akhir oktober...
ReplyDeleteado rancano nio ka singgalang lai ndak da untuak akhir bulan ko? nio cari kawan ka singgalang wak da.. ndak parnah ke sinan soalnyo daa..
ReplyDeletewah blm tw juga jadwal x soal x cuaca kini sdg dak stabil.. bara urang ka naik rncana n dari ma ka naik x da
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteikut lha klo ada pendakian ke singgalang.. saya tinggal di riau, sudah sangat lama sekali tidak naik gunung, terakhir zaman masih kuliah.. ingin ada teman yang bisa barengan naik gunung.. kira" kapan ya?
ReplyDeletetunggu jadwal yg tepat ya pak... soalnya saya juga lagi kerja skrg pl sekolah he he..
Deletetahun baru 2016 gunuang mano rencana ka uda daki.. kalau buliah awak ikuik samo uda surang
ReplyDeleteado sih uda.. tp wak mash caliak jadwal kampus dulu... klo jadi beko wak hub insha ALLAH
Deleteabis lebaran ada rencana ngedaki nggak?
ReplyDeletependakian untuk sumatera off dulu gan, soalnya saya lagi menjelajah ke wilayah jawa, tepatnya di jogja
Deleteayok kawan2 yg mau mendaki singgalang..ayuk barengan ..rencan kami mau nanjak ke singgalang mingguke 2 gustus ini..ada yg mau sama gak..
ReplyDeleteGmn kabar singgalang? mash spt gambar di atas kah #endang susilo?
ReplyDeleteok pak priondono..singgalang masih seperti itu tak banyak berubah..bisa sy minyta no hp pak priandono..danberharap kita bisa nanjak bersama..rencananya sy dan teman teman mau nanjak ke talamau..di pasaman barat...
ReplyDeleteno hp ada d profil pak....saya kangen singgalang dg segala keindahan dan kerumitan jlannya.... semoga bisa ketemu pak...tp sya mash di jawa hingga akhir tahun...
ReplyDeletePak endang.. Kapan jadwal ke talamau tu pak.. Kita dri comunitas KAC Sumbar juga akan kesana tggl 23 november ini... Bagi info pak ...!!
ReplyDeletesalam kenal pak rachmad..maaf baru balas ..kami ke talamau nya bulan januari mungkin pak soaal nya..bulan nofember kemaren banyak tugas pak....mudah mudahan pak priandono bisa gabung dengan kita ...
ReplyDeletesalam untuk talamau, gunung non aktif kebanggaan urang awak yang belum pernah saya jamah. boleh nanti saya ikut serta tapi entah kapan, karena saya masih menjelajah central java hingga detik ini.
ReplyDelete