Perjalanan : Meniliki Peninggalan Hidup Belanda di Tanah Kerinci
Sekepal tanah dari surga,seperti itulah julukan yang diberikan oleh banyak orang pada negeri Kerinci yang berada di Provinsi Jambi dan berbatasan dengan Sumatera Barat. Dari sekian banyak daerah yang menarik di Kerinci, Kayu Aro adalah salah satunya. Wilayah yang didomisili oleh perkebunan teh serta perbukitan yang dijadikan ladang merupakan kawasan indah bagi siapa pun yang singgah ke daerah ini. Panorama alam Kayu Aro memang bisa dilukiskan seimbang dengan keindahan alam pada umumnya. Pemandangan gunung kerinci berlatar hamparan padang teh menambah khasanah keindahan alam tidak ternilai yang telah diberikan kepada Tuhan.
Kayu aro adalah kecamatan, yang merupakan bagian dari Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Daerah ini memang telah lama dikenal sebagai penghasil bahan pokok makanan dalam sayur-sayuran yang di ekspor hingga ke wilayah Sumbar. Namun hal penting serta yang membuat Kayu Aro menarik serta khas adalah dari sisi letaknya sebagai produsen utama dalam menghasilkan teh. Dimana teh yang dihasilkan kemudian di ekspor tidak hanya bagi kalangan dalam negeri namun juga keluar negeri seperti jepang, belanda serta negara eropa lainnya.
Menilik sekilas perkebunan teh yang didirikan sejak zaman kolonial Belanda memang telah menjadi mata pencarian utama bagi penduduk sekitar. Dimana perkebunan didirikan tahun 1929 ini memiliki luas perkebunan adalah????. Penduduk kayu aro yang merupakan penduduk tranmigran yang bersuku jawa setidaknya telah tinggal selama puluhan tahun lamanya dan bekerja di perkebunan tersebut. Tentunya jika melihat Kayu Aro yang memang penuh dengan kebun teh menjadi daya tarik bagi wisatawan baik dalam maupun luarnegeri dalam melihat perkebunan teh lebih dekat.
Perkebunan luas teh ini terbagi pada beberapa bagain yang dikenal dengan Afdelling. Dimana istilah afdelling masih memakai dengan istillah di masa colonial dulu. Setidaknya hal ini akan menjadi wisata sejarah yang unik bagi siapapun yang hendak berkunjung ke wilayah kayu aro ini. Pekerjaan dalam mengolah hasil ala mini pun masih menggunakan pemakaian cara yang lama, salah satunya menggunakan pemetik teh. Walau tidak disangkal pada beberapa area Afdelling telah menggunakan alat modern dalam memetik hasil teh.
Keunikan yang lain dari daerah ini adalah nama kayu aro sendiri. Penamaan Kayu Aro adalah nama yang diambil dari sebuah pohon yang ditanam di daerah tersebut. Salah satu pohon yang menjadi bukti hidup adalah pohon Ficus Retusa. Dimana pohon ini diyakini telah lama tumbuh yakni sekitar tahun 1958. jadi umur pohon ini adalah 154 tahun. Adapun keberadaan pohon ini masih dapat dilihat di perbatasan Desa sako dua-bedeng dua. Dimana pohon ini masih tumbuh dengan batangnya yang kuat serta menjadi ikon kayu aro itu sendiri. pohon yang tumbuh di tepi jalan raya ini juga mudah diliat dari jalan raya. tentunya bag pengunjung yang datang ke wilayah kayu aro akan menikmati banyak hal karya sejarah yang masih hidup dan terpakai di sini.
Rumah sakit tempo doloe
Banyak peninggalan dari kolonial Belanda yang masih bisa dilihat di Kayu Aro. Salah satunya rumah sakit Kayu Aro yang kini malah dijadikan sebagai poliklinik akibat perpindahan dalam manajemen. Rumah sakit kayu aro ini berada di kawasan tidak jauh dari lokasi pabrik BDVIII. Pendirian rumah sakit ini telah didirikan sejak tahun 1935 dimasa kolonial Belanda. Latar belakang pendirian rumah sakit itu memang menyesuaikan dengan perubahan zaman atau sistem pemerintahan saat itu. Munculnya para pemilik modal serta aturan dalam melindungi para pekerja maka didirikan lembaga-lembaga yang bisa digunakan oleh masyarakat sekitar khususnya rumah sakit. Singkatnya memasuki masa liberal telah menerapkan aturan hak-hak yang jelas bagi penduduk nusantara. maka dari itu pembangunan sentral pendidikan, kesehatan, pembangunan lain adalah wujud system tersebut.
Keberadaan Rumah Sakit PTPN VI memang masih memakai gaya gedung yang lama dan asri. Tidak terkesan dengan menampilkan modern building rumah sakit saat ini. Namun tetap mempertahankan gaya rumah sakit dengan bangunan lama. Walaupun seperti itu ketergantungan masyarakat terhadap rumah sakit ini tetap menjadi tempat utama bagi masyarakat sekitar, khususnya bagi para pekerja perkebunan itu sendiri.
Maka sebuah kesempatan yang besar sekiranya bagi penggun maupun pengunjung tetap bisa menikmati rumah sakit tempo doloe yang masih eksis hingga sekarang. Letak yang strategis serta dikelilingi oleh pemandangan alam yang asri tentu memberikan kekuatan dalam memberikan kesembuhan secara alami. Sedangkan bagi para wisatawan yang berniat berkunjung bisa menikmati pemandangan alam serta keunikan bangunan serta struktur lama rumah sakit tempo doloe ini.Priondono
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku
( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...
-
Judul : Kuli Kontrak Penulis : Mochtar Lubis Penerbit : Yayasan Obor Indonesia Tebal : 107 Halaman Tahun Terbit : 1985 Kuli k...
-
Judul : Raden Fatah Penyuting : Daryanto Penerbit : Tiga Kelana Tebal : 470 Halaman Tahun terbit : 2009 ============================...
-
Judul : 41 warisan kebesaran gus dur Penulis : M.Hanif Dhakiri Penerbit : LKiS Tebal : 204 Halaman Tahun terbit : 2010 Sejara...
like....
ReplyDelete