Resensi Buku : Cendikiawan yang Berjuang Lewat Ilmunya

Judul : Prof.Dr.dr. Moh. Saleh Mangundiningrat Potret Cendikiawan Jawa Penulis : M. Nursam Penerbit : Gramedia Tebal : 128 Halaman Tahun terbit : 2006 ===============================================================================
Saleh Mangundiningrat adalah salah seorang intelektual yang dilahirkan pada masa colonial Belanda. Potret kehiduannnya tidak jauh dari lingkungan Jawa tempat yang menjadi kehidupan utama Saleh Mangundiningrat dari lahir hingga akhir hayatnya. Saleh Mangundiningrat dilahirkan pada tanggal 28 September 1892 atau akhir abad ke-19 di Balarejo, Madiun. Saleh Mangundiningrat memang dilahirkan dari keluarga yang dihormati, dimana dari silsilah gen, Saleh Mangundiningrat memiliki benang merah dengan keturunan pamong praja dan ulama. Kehiduan dasar inilah yang membuat Saleh Mangundiningrat dekat dengan pendidikan, tidak seperti kebanyakan bocah seusianya yang terhalang untuk menikmati pendidikan di masa colonial Belanda. Buku ini merupakan sebuah catatan biografi tentang elit priyayi namun tidak angkuh dengan statusnya. Sebaliknya buku ini membuktikan melalui catatan ilmiah tentang sepak terrjang Saleh Mangundiningrat dalam mendedikasikan pendidikan kedokterannya dalam bidang pendidikan maupun dalam kesehatan masyarakat. Penulis atau M Nursam menuliskan secara runut tentang latar Saleh Mangundiningrat tersebut. Pantas rasanya bagi kalangan akademik mejadikan buku ini sebagais alahs atu bacaan dalam mengenal sosok priyayi di masa tersebut. Membaca buku ini, pembaca akan membacanya dalam pembagian sebanyak lima bab yang saling memisahkan. Pada bab pertama tertulis tentang manusia Jawa yang digambarkan sebagai karakteristik dari sosok Saleh Mangundiningrat. Kemudian pada bab kedua, pembaca akan melihat kehidupan Saleh Mangundiningrat dari sisi latar belakang keluarga serta lingkungan sosial yang terjadi saat itu. Pada bab ketiga, menuliskan karir yang dijalani oleh Saleh Mangundiningrat sebagai seorang tenaga kesehatan dari mulai penugasan dari Sawaluntho hingga Surabaya. Kemudian pada bab keempat, buku ini mejelaskan kedudukan Saleh Mangundiningrat sebagai seorang yang sangat penting dalam lingkungan istana hingga akhirnya menjadi seorang rector di universitas cokroaminoto. Terakhir dalam bab lima tertulis catatan akhir penulis sebagai simpulan dalam isi buku ini. Saleh Mangundiningrat yang dilahirkan oleh Nyi Sukinatum bt.Mangundipuro dan ayah Ki Abduldjabar Mangundiharjo yang merupakan seorang luah dibalurejo tempat dimana Saleh Mangundiningrat dilahirkan. Sebagai anak keemapat dari sepuluh bersaudara, Saleh Mangundiningrat adalah anak laki-laki yang tertua, kelahiran ditengah malam membuat seluruh penghuni rumah bersuka cita. Bahkan menurut beberapa kalanngan mengganggap bahwa kelahiran Saleh Mangundiningrat ditengah malam membawa pertanda baik dalam hidupnya. Kehidupan yang nyaman dalam lingkungan keluarga yang berada membuat Saleh Mangundiningrat bisa mengenyam bangku pendidikan hingga menjadi seorang dokter. Namun kecerdasan yang dimiliki oleh Saleh Mangundiningrat tidak membuatnya untuk terlibat aktif dalam organisasi pergerakan layaknya kaum intelektual saat itu. Saleh Mangundiningrat memilih sendiri cara berjuangnya yakni melalui bantuan dalam membantu kaum pinggiran. Dedikasinya membuat Saleh Mangundiningrat seolah dipandang sebagai sosok yang netral, walaupun dimata keluarganya Saleh Mangundiningrat adalah seorang yang keras serta disiplin. Saleh Mangundiningrat memang seorang cendikiawan yang memiliki dedikasi dalam kehidupannya.

No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...