Resensi Buku : Pencarian si Siti hawa

Judul : Tintah Cinta Sitti Hawa Penyuting : Derhayana Penerbit : Zaman Tebal : 166 Halaman Tahun terbit : 2009 =======================================================================
Sitti Hawa adalah gadis muslimah yang cantik dengan warna rasa Cinanya. Kelebihan pada warna kulit terkadang membuat Sitti Hawa tidak percaya diri untuk bergaul dengan teman lingkungannya. Bahkan perlakuan teman se-SD yang menjulukinya sebagai gadis yang aneh dengan warna kulitnya itu. Namun ibunda Sitti Hawa selalu menguatkan bahwa warna kulit yang ada dalam diri Sitti Hawa akan menjadi daya tariknya. Kenyataannya memang demikian, Sitti Hawa banyak menjadi idola bagi kaum Adam. Namun ketika mereka mengungkapkan perasaannya kepada Sitti Hawa, ia selalu menolak. Sitti Hawa hanya menunggu sosok Adam yang diciptakan untuk dirinya. Novel ini adalah sebuah novel yang cukup menarik dalam memperkenalkan sosok Sitti Hawa dan konflik diawal cerita ini. Namun pembaca jangan berharap bahwa novel ini akan seperti karya novel teenlit atau remaja biasanya. Penulis membawa gejolak emosi dalam kondisi yang berbeda. Sitti Hawa yang telah beranjak dewasa akhirnya bertemu dengan sosok Adam yang selama ini ia rindukan. Namun ketika Sitti Hawa telah menegaskan pilihannya ternyata Adam telah memiliki seorang istri bernama Eva. Sitti Hawa pun patah hati, hanya Sandra teman baiknya yang merawat Sitti Hawa yang sedang dilemma. Ditengah dilemma tersebut, Sitti Hawa bertemu dengan laki-laki lain bernama Malik. Semasa SD Sitti Hawa menganggap bahwa Malik adalah musuhnya. Si Malik yang telah membuat Sitti Hawa malu dan menjadi bahan ejekan. Namun waktu yang berlalu telah menemukan sosok Malik yang sangat dewasa serta santun. Hubungan selanjutnya, Sitti Hawa mencoba dekat dengan Malik. Namun bayangan tidak seindah dengan hasil akhir yang diharapkan dimana Hawa yang telah dekat dengan Malik tiba-tiba masuk ke dalam sebuah organisasi yang tidak jelas. Sebagai sebuah institusi organisasi ini bergerak dibawah tanah untuk menyusun gerakan kehidupan yang agamis. Pada awalnya, Sitti Hawa tertarik dengan gagasan organsasi tersebut yang sama dengan ide yang dimilikinya. Namun organisasi yang mengatasnamakan agama ini lantas membuat pribadi Salamah nama baiat dari Sitti Hawa merasa terpaksa dan akhirnya mencoba untuk keluar dari lingkaran organsasi tersebut. Novel ini memang memberikan kejutan dari perjalanan tokoh utama Sitti Hawa yang mencari jati diri dan sosok Adam. Perjalanan selayaknya putri mencari pangeran lantas terusik dengan konflik yang berhasil diciptakan oleh penulis melalui organsasi yang mengatas namakan agama ini. Sitti Hawa yang menjadi salah seorang korban berusaha untuk lari dari konflik cinta hingga melarikan diri dari ancaman yang dilakukan oleh sang pemimpin organisasi. Namun penulis rasanya kurang sukses dalam membuat klimaks dalam novel ini . Penulis mencoba membuat sebuah konflik dari sebuah fakta sekitar yang pernah terjadi. Pembuatan konflik ini terasa tidak mengigit ketika penulis tidak menuliskan nama konflik tersebut. Sosok Sitti Hawa yang masih kurang digambarkan secara kuat dalam karakter bisa menyebabkan pembaca kecewa dengan hasil akhir hidup gadis peranakan cina, si Sitti Hawa. Walau seperti itu novel ini menyuguhkan kesan yang berbeda ketika dibaca. Semua kalangan rasany berhak untuk membaca novel ini.

No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...