Harapan Agustus Tahun Depan

Judul : Kata Orang Aku Mirip Nabi Yusuf
 Penulis : FLP (Forum Lingkar Pena)
Penerbit : India Media Kreasi
 Tebal : 176 Halaman
Tahun terbit : 2008

Kata Orang Aku Mirip Nabi Yusuf adalah salah satu cerpen yang ditulis oleh a denata. ia adalah seorang sastra yang mendirikan FLP di Sukoharjo, cerpenya dalam buku ini adalah salah satu cerpen pilihan yang diterbitkan oleh FLP cabang jawa tengah. tentunya dalam kumpulan cerpen ini banyak penulis-penulis FLP yang merupakan sosok karakter tersendiri dalam memberikan ide-idenya dalam sebuah penulisan cerita. seperti halnya A Adenata yang memberikan judul cerpen pilihannya Kata Orang Aku Mirip Nabi Yusuf adalah sebuah perumpaan terhadap ketampanan seseorang dalam lingkungan sekitar. namun ia salah kaprah terhadap anggapan bahwa ia dianggap sebagai parawakan nabi yusuf. kenyataan yang mengatakan bahwa ia laksanakan Nabi Yusuf hanya bualan belaka, seketika ia ditolak sebagai pejabat ekonomi layaknya kisah Nabi Yusuf. Selain itu, ada juga cerpen karya Nassirun Purwokartun berjudul Agustus Bulan Depan. Dimana Sirun membuat sebuah deskripsi tentang kondisi para legium perang atau veteran yang kian tidak diurus negara. Padahal harta, tenaga, dan waktu era perang mereka lakukan untuk patrotisme. Namun negara tidak membalasanya. Sirun mengungkapkan bagaimana celah ini lantas dimamfaatkan oleh Narto yang menawarkan diri sebagai utusan negara yang mendata para veteran tersebut. Namun seorang veteran bernama Wira yang terpotong jarinya karena telah menjadi kurir bagi tentara lainnya malah menolak pendataan tanpa ada alasan yang jelas. Kedatangan Narto yang berulang pada bulan Agustus tetap tidak membuahkan hasil. Wira agaknya menghendaki bahwa ia lebih baik tak diingat oleh negara karena memang tidak melakukan perjuangan fisik selayaknya teman-temannya. Cacat fisik yang ia terima adalah bagian dari resiko, dan bukti patrotisme terhadap negara ini. setelah sekian kali narto datang untuk menawarkan pendataan, kakek Wira meninggal dunia. Namun setelah sang kakek meninggal, Narto tetap menawarkan jasa untuk mendata sang kakek. Kali ini lewat sang anak yang menjadi ahli waris malah ikut menolak permintaan dari Narto, sebagai amanah dari sang ayah katanya. Sebuah makna yang dicoba dalam cerpen bulan agustus ini adalah sebuah refleksi dalam penipuan yang marak terjad.tidak hanya dalam lingkungan jasa seorang pahlawan yang hendak di grogoti namun juga dalam bidang lain. Tidak ada lagi, sanksi moril kala mengetahui bahwa ia telah mempermainkan sebuah jasa dalam sebuah materi. Namun inilah hidup yang kian krisis dalam hal moral. Kumpulan cerpen ini bagus karena banyak merefleksikan terhadap kehidupan saat ini. Dimana kondisi masyarakat menjadi sorot utama dalam refleksi zaman. Maka semoga saja bagi para penikmat sastra akan menjadi terasah dalam membaca buku ini. Tentunya sastra mampu memajukan sastra di Indonesia sampai nanti.

No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...