Resensi Buku : Nilai Suci Kota Mekkah


Judul               : MEKKAH 
                           Kota Suci , Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim        
Penulis             : Zuhairi Misrawai
Penerbit           : Kompas
Tebal               : 374 Halaman
Tahun terbit     : 2009

Shalat di Masjidil haram memiliki pahala yang  berlipat ganda. Sekali shalat di Masjidil haram senilai dengan shalat 100.000 kali shalat dimasjid lainnya. Sedangkan keutamaan shalat di masjdiil haram senilai dengan shalat selama 55 tahun, 6 bulan, 20 malam.
Setiap orang yang  beragama muslim tentu merindukan untuk melakukan perjalanan suci ke Mekkah. Bahkan perjalanan yang hanya  diwajibkan sekali ini toh masih dilakukan secara berulang oleh mereka yang  mampu. Salah satu alasannya karena kerinduan serta ikatan batin tentang Mekkah membuat rasa hati untuk segera kembali. Nilai-nilai spiritual kota Mekkah telah menjadikan tempat tersebut sebagai tempat yang  suci di dunia. Setidaknya dalam musim haji, kota Mekkah mampu menampung jamaah haji hingga 2.000.000 jiwa. Banyaknya  jumlah haji jumlah ini tidak membuat kegaduhan yang  ramai, sebaliknya jamaah yang  datang tenggelam dalam nikmatnya beribadah. Kekhuyukan dalam menjalankan ibadah haji, mereka melupakan sejenak masalah perbedaan latar belakang suku, politik, dan ekonomi.
Mengenal Mekkah, juga mengenal Kabah sebagai tiang dan kiblat umat Islam. Jika mengenal Mekkah-Kabah maka juga akan mengenal mata air Zam-Zam, sebuah mata air yang  selalu disanjung sebagai mata air multimamfaat baik bagi kesehatan, maupun dalam rohani. Mata air yang  dikenal sebagai panglima dari mata air ini membuat setiap pengunjung haji atau umrah menjadikan air ini sebagai salah satu barang bawaan yang  tidak boleh tertinggal. Keberadaan kota Mekkah memang telah menjadi sebuah keistimewaan yang  tidak pernah habis. Maka dari itu, wilayah Mekkah hanya dipadati oleh mereka yang  beragama Islam. Adanya ikatan spiritual dan kesucian menyebabkan Mekkah hanya dihuni dan dikunjungi oleh mereka yang  muslim. Sedangkan wilayah diluar Mekkah baru terdapat penganut agama lain.   
Buku ini merupakan sebuah buku yang  sangat menarik untuk dibaca karena memiliki nilai-nilai lebih dalam menjelaskan latar belakang tentang kota Mekkah. Dimana penulis tidak hanya menjelaskan realitas kota Mekkah secara kekinian, namun juga dalam hal spritualisasi secara mendalam dan koteks sejarahnya. Zuahiri menggambarkan kepada pembaca untuk bisa merindukan tempat suci bernama Mekkah. Spritulisasi yang  ia gambarkan akan terasa mudah dipahami dengan bahasa yang  menyatu.
Dilihat dari latar historis, Mekkah adalah sebuah kota suci yang  memang telah ada sejak masuknya agama Islam. Dimana kebaradaan masjidil haram dan kota suci ini tidak hanya berada dalam masa-masa Nabi Muhammad namun juga pada masa Nabi Adam, masa Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, kemudian masa Nabi Muhammad. Kesucian Mekkah yang  terdapat Kabah sebagai symbol agama kebesaran dalam mengesakan allah telah dipahami sejak lama oleh para penduduk Mekkah.
Penulis mengatakan bahwa penegasan agama selama Pra Islam adalah agama monoteisme , agama yang  dibawa oleh nabi Ibrahim sebagai bapak agama Samawi. Monoteisme inilah lantas menjadikan kabah sebagai tempat suci oleh masyarakat Mekkah. pergantian suku-suku di wilayah Mekkah yang  dilalui dengan konflik tetap dijadikan sebagai sebuah legitimasi yang  kaut. Kabilah jurhum kemudian kaum Qurasy sebagai penjaga Mekkah sebagai tempat suci dan tempat dalam penyabutan jamaah haji.
Namun sisi kekurangan dari buku ini, tampak dari sisi perbadingan yang  memang sengaja penulis tidak menambahkan. dimana sisi kota Mekkah dan kota Madinah tidak dijelaskan sebagai sudut pandang dalam mengenal tata ruang kota baik secara sosial maupun ekonomi. Selain itu, kekurangan dalam memberikan pandangan terhadap kondisi secara psikologis orang Mekkah juga tidak dituliskan sebagai bentuk pemahaman secara budaya mentalitas. Walau seperti itu, buku ini terasa sudah lengkap untuk menjadi jawaban semua tentang Mekkah. maka tentunya, pembaca juga nanti berharap bisa melakukan perjalaanan suci ke kota Mekkah untuk melaksankan perintah dalam rukun Islam.



No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...