Resensi Buku : Gie dalam Biografi

Judul : SOE HOK GIE (biografi sang demostran 1942-1969) Penulis : Muhammad Rifai Penerbit : Garasi House Book Tebal : 235 Halaman Tahun terbit : 2010 Mengenal sosok Gie bukan sekedar mengenal dari sisi pencitraan Gie yang hanya seorang penulis namun ia memiliki banyak sisi yang masih menjadi misteri bagi banyak kalangan. Buku merupakan sebuah kelanjutan atau sebuah analisis yang dicoba penulis tulis dalam sebuah buku biografi. Dimana dalam merangkai seri biografi ini penulis mencari refrensi melalui karya-karya ilmiah yang mendukung analisanya. Bagi pembaca yang hendak mengetahui bacaan tentang Gie , tentu buku ini bisa menjadi salah satu refrensinya. Penulis menggunakan bahasa yang sederhana dalam menjelaskan sosok Gie dalam karir hidupnya. Buku ini cukup detail dalam menulis perjalanan hidup seorang Gie dari awal kelahirannya. Dimana Gie adalah keturunan peranakan cina Indonesia yang berasal dari wilayah Hainan (cina selatan). Keluarga Gie datang ke Indonesia pada tahun 1870-an melalui jejak langkah kakeknya pertama kali Sok Hoen Tjiang. Kelahiran soe hok Gie pada masa perang dunia INI pada tanggal 17 desember 1942 memberikan sebuah isyarat akan lahirnya sosok yang membawa perubahan. Penulis memberikan sebuah ilustrasi bahwa Gie merupakan penjelmaan dari sebuah batu kerikil yang lahir dari Gunung Semeru. Tanda kelahirannya adalah sebuah tanda akan adanya perubahan besar dari gejolak bangsa yang ditimbulkan. Dalam berbagai literatur yang menulis Soe Hok Gie sepakat bahwa Gie memang dilahirkan dengan cara berfikir yang kritis dan selalu bertanya untuk memperjelas sebuah kondisi keadaan. Genitas dari sang ayah Soe Lie Pit menurun kepada Gie yang kelak menjadi batu sandungan bagi pemerintah di zamannya. Ayahnya seorang penulis yang menghasilkan karya berbagai buku-buku yang pernah diterbitkannya. Hal ini jualah yang mendasari Gie untuk menjadi penulis seperti ayahnya. Prilaku yang keras yang terus ditunjukan oleh Gie memang ia lakukan sejak masih remaja baik kepada gurunya sendiri kala di lokal maupun melalui teman-temannya. Ia terus terang dengan apay ada di dalam dirinya tanpa ada basa basi. Baginya melalui perbedaan akan melahirkan sebuah perubahan. Melalui perlawanan jua bangsa ini merdeka melalui para tokoh-tokoh besar bangsa ini. Puncak dari hidup Gie adalah ketika ia berada di tataran mahasiswa. Bersahabat dengan teman-teman di fakultas sastra FSUI menjadikan Gie bersama temn-temanya menelurkan banyak ide-ide baru baik bagi fakultasnya maupun bagi pemerintahan di zamannya. Ia sosok yang kritis namun mencintai alam sehingga kegiatan mendaki menjadi salah satu aktivitas yang menyenangkan bagi mereka. Melalui mendanki pula Gie merenung tentang zaman dan perubahan. Gie yang masuk kuliah di jurusan Sejarah Fakultas Sastra yahun 1961-1967 mendedikasikan diri dengan menulis untuk perubahan. Banyak kalangan yang menilai bahwa lambang pergerakan mahasiswa adalah Soe Hok Gie , dimana sikapnya yang idealis dan tidak kenal kompromi. Ia bergabung dengan aktivis GEMSOS namun ia juga berkenlan dengan aktivis yang berada diluar kampus. Walau seperti itu Gie tidak menyukai adanya kepentingan luar kampus yang digunakan untuk kepentingan dalam kampus. Ia adalah aktivis pencinta alam namun ia juga pernah menjadi sosok pemimpin senat mahasiswa di ahir masa perkuliahannya. Gie merupakan teman bagi penanya yang selalu mengkritik arah perubahan zaman yang salah. Ia keras dengan sosok pemerintahan yang otoriter dalam membuat sebuah kebijakan yang mejauh dari rakyat. Walau kritik terhadap kondisi perpolitikannya sangat tajam namun menurut Jhon Maxwell mengatakan bahwa Gie tidak memberikan pengaruh melalui pandangannya terhadap akademik kampusnya tentang pemikiran politik Gie yang kuat tersebut. Ia bersama teman-temanya lebih memilih mendirikan organisasi apolitis yakni MAPALA (Mahasiswa Pencinta Alam). Pada masa puncak kejatuhan Soekarno melalui kudeta gagal PKI, Gie memberikan sebuah spirit untuk ikut menumbangkan rezim Soekarno. Namun peralihan menujuh masa orde baru, Soeharto malah menjadi rezim kuasa yang adiakuasa, dimana banyak tahanan atau simpatisan PKI menjadi korban tindakan militer orde baru. Gie mulai merenung diahir masanya menjadi mahasiswa. Dimana pilihan menjadi pascamahasiswa menurutnya hanya ada tiga macam, menjadi politisi sebagaimana yang didapatan teman-teman gerakan mahasiswa, menjadi wartawan, atau menjadi dosen. Pergulatan semacam ini lantas Gie simpulkan menjadi dua saja menjadi pelacur intelektual atau menjadi intelektual kritis maka ahirnya Gie menjadi seorang dosen di UI untuk tetap menjaga kekritisannya sebagai intelektual.

No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...