Resensi Buku : Kisah Sepatunya Pak Dahlan

Judul : Sepatunya Pak Dahlan Penulis : krisna Penerbit : Noura Books Tebal : Halaman Tahun terbit : 2012 Setiap orang besar memang memiliki kisah tersendiri bagaimana ia mampu menjadi orang besar. Perjalanan hidupnya memang tidak sesuai dengan kondisi di masa lalu tidak jarang membuat sebuah pesimisme dalam memandang hidup. Kemiskinan, kebodohan, serta kondisi zaman membuat sbeuah gambaran luar biasa bagaimana si tokoh mampu berjuang untuk hidupnya. Salah satunya Dahlan Iskak, mantan Dirut PLN yang kini menjabat sebagai menteri bumn. Sebagai salah seorang kementrian BUMN utama ia bukan berasal dari kalangan keluarga yang wah. Sebaliknya ia hanya bagian dari kaum marginal yang miskin. Dalam novel ini merupakan sebuah lukisan perjuangan dari raja Media Jawa group yang dahulu bukanlah siapa-siapa di kampungnya. Ia berjuang dalam novel ini, bahwa dahlan hanya ingin memiliki sepatu sebagai cita-cita tertingginya. Ia memperjuangkan tekad untuk memperolah benda khusus kaki itu yang selama 8 tahun sekolahnya tidak pernah ia pakai. Walau novel ini dikatakan separuh fiksi namun dahlan secara pribadi dalam sambutannya mengatakan bahwa novel ini telah mampu menggambarkan kehidupannya. Mozaik hidupnya telah ditulis dengan bahasa yang ringan namun menyentuh. Novel ini memang hanya menegaskan sebuah sepatu, namun penulis berhasil membawa pembaca untuk menyelami kehidupan diluar sepatu tersebut. Bagaimana proses dahlan dalam mendapatkan sepatu tersebut. dimana dahlan hanya seorang anak petani yang pas –pas an dalam hidupnya. ia tidak memiliki kekayaan banyak hanya sbeuah gubuk rumah dengan perlatan sederhana, kambing yang ia gembalakan, serta keluarganya yang memang melarat. dalam kehidupan sederhananya, dahlan cukup mengenakan kaki sebagai peralatan untuk kemana saja. pergi ke sekolah, menggembala, bermain. cukup riskan jika melihat kehiudpan saat ini dimana zaman maju dengan perekonomian yang kian memadai. Setamat dari sekolah rakyat (SR) dahlan mendaftar di sebuah sekolah pesantren Sabili Mutaqin. Bersama Kadir, Imran, Komariah, Alif dan teman lainya Dahlan berjuang untuk selalu menjadi yang terbaik. Dimana puncak perjuanganya ia hanya menginginkan dua hal yakni sepatu dan sepeda. Bayangan sepatu yang akan segera dibelikan oleh sang ibu menjadi motivasi bagi si dahlan kecil. Namun umur ibunda rupanya tidak sampai untuk menghadiahkan sebuah sepatu bagi dirinya. Begitulah sebuah hidup dari lelaki miskin yang mampu menampilkan hidupnya dalam sebuah kesederhanaan seorang dahlan. Ia adalah lelaki yang mencoba keras pada dirinya walau ahirnya ia pun kalah dengan keadaan. Keunikan dirinya untuk terus menulis dalam diarinya menjadi sebuah perbandingan bahwa dahlan memang ingin mendedikasikan diri agar bisa lebih baik lagi. Kesedihan di saat ia masih beranjak remaja membuat dirinya selalu bertekad agar bisa menjadi yang lebih baik lagi. Novel ini berisi sebuah tekad yang kuat dari perjalanan waktu, Dahlan kecil yang tidak berani bermimpi untuk menjadi siapa pu mulai menata mimpinya dengan harapan yang terkumpul. Tentu dalam novel ini ada motivasi yang hendak ia gambarkan kepada para pembaca bahwa kehidupan sulit tidak lantas menjadikannya dirinya malas bahkan pasrah dengan keadaan. Ia bisa, Dahlan mampu mengembalikan senyum serta kepercayaan dari sang bapak yang menjadi inspirator baginya. Ketiadaan sang ibu yang wafat di kala ia remaja, kemudian kepergiaan sang kakak merantau ke pulau yang jauh membuat ia kuat. Tidak ada salahnya setiap pembaca pun bisa mendedikasikan dirinya untuk tetap semangat dalam menata kepingan mimpinya.

No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...