Resensi Buku :Merekam Jejak Langkah Si Merah

Judul : TAN MALAKA dan Gerakan Kiri Minangkabau Penulis : Zulhasril Nasril Penerbit : Ombak Tebal : 121 Halaman Tahun terbit : 2007 Salah satu yang menarik dari filosofi Minangkabau yakni sikap egaliter. Dimana sikap egaliter merupakan sikap yang dikemukakan dengan tidak memandang tinggi rendah melainkan sama dalam persamaan hak. Maka bisa jadi, salah satu pembentuk sikap dari Tan Malaka adalah sikap egaliternya. Dimana selama 16 tahun dibesarkan di alam Minang Tan Malaka mampu meresapi semua pendidikan secara baik. Maka setelah ia keluar dari ranah Minang (merantau) ia mampu menjadikan dirinya sebagai sosok tangguh yang memiliki karakter lembut namun keras dalam bersikap. Buku ini mencoba mengajak pembaca untuk mengenal kembali sosok Tan Malaka. Lembaran gelap dari tokoh utama pejuang bangsa ini yang hilang ditutupi oleh kekuasaan. Tan Malaka diangkat sebagai pahlawan nasional namun off record dalam publikasi. Kepentingan penguasa dan zaman menjadikan Tan Malaka menjadi sosok yang tidak boleh disebut. Bahkan misteri kematiannya tetap sebuah praduga bahwa Tan Malaka mati dalam bentuk yang tak wajar, ia dieksekusi dengan cara yang tak lazim. Dengan cara berjuang melalui paham kiri membuahkan banyak media perjuangan yang dia lakukan seperti pembentukan PARI (Partai Revolusioner Republik Indonesia) dan partai MURBA. Kemampuan Tan Malaka dalam menghimpun masa tidak jarang menjadikan dia sebagai buruan yang kerap dicari oleh spionase dari seluruh dunia. Tan Malaka yang mengenal paham kiri sejak dirinya berada di negeri kincir angin untuk belajar pendidikan guru. Selama di negeri Belanda lah pikiran Tan Malaka terbuka untuk berjuang melepaskan tangan imperialisme dari tanah air. Melalui Snevielt dan bacaan radikal kiri mempengaruhi Tan Malaka, Samaun, Darsono, Alimin, Muso, dan tokoh lainnya. Setelah ia kembali ke Indonesia dan bekerja di tanah Deli, Tan Malaka semakin memantapkan perjuangannya untuk melepaskan tangan colonial dari tanah air ini. Perjuangan dari satu kota dan antar negera tak jarang membuat Tan Malaka semakin lemah secara fisik. Hingga ahir hidupnya setidaknya Tan Malaka masih dikenang sebagai pejuang yang terlalu dikuat. Tidak cukup Tan Malaka saja yang dicoba direkam jejaknya oleh penulis, namun juga gerakan kiri di Minangkabau. Dimana dalam klasifikasinya, penulis membedakan beberapa paham dalam perjuangan selama pra kemerdekaaan yakni Islam komunis, Islam nasonalis, sosialis demokrat, nasional kiri, dan komunis. Klasifikasi ini kemudian dihuni oleh tokoh-tokoh minang yang memang berjuang sesuai dengan idiologi yang mereka pahami. Salah satunya Tan Malaka yang memilih berjuang dengan tidak menyamakan komunisnya dengan komunis di moskow maupun cina. Sebaliknya Tan Malaka mengatakan bahwa ajaran komunisnya lebih dekat dan sama dengan ajaran Islam. Buku jika dikatakan dalam segi jenis adalah sebuah buku pelanjut dan pemula. Pelanjut karena memang pelanjut dari pejelasan tentang sosok Tan Malaka yang banyak dibahas oleh para ahli maupun peneliti. Maka dari itu tak ada salahnya jika pembaca buku ini juga membaca sedikit bahan dari karya sebelumnya agar memudahkan memahamkan sosok Tan Malaka secara baik. Kemudian dikatakan sebgai pemula merupakan esensi menarik dari buku, dimana adanya kelompok kiri di mianngkabau yang mungkin selama ini hilang atau tidak diketahui oleh banyak orang. Setidaknya adanya pengelompokan ini menjadi sebuah acuan untuk bisa melanjutkan penelitian ini secara mendalam mengenai tokoh-tokoh kiri di minang ini. Buku yang layak dibaca oleh kalangan akademik maupun umum.

No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...