Resensi Buku : Ketika Nurani Melawan

Judul : quo vadis? Penulis : Henryk Sienkiewicz Penerbit : Gramedia Tebal : 547 Halaman Tahun terbit : Cetakan II, 2009 Novel Quo Vadis ? menjadi sebuah pembuka terhadap kondisi penindasan yang dialami oleh kaum Kristen. Sebagai agama baru ditengah kehidupan kekuasaan kerajaan Romawi yang dikuasai oleh alam para dewa menjadikan agama baru ini sebagai sebuah ancaman bagi kaum yang mendewakan banyak dewa. Novel ini mampu menyajikan sebuah ringkasan cerita yang menyentuh terhadap penindasan kaum minoritas yang meminta identitas diri. Tidak hanya itu, Quo Vadis ? Juga telah diterjemahkan dalam 40 bahasa dunia dengan predikat nobel kepada sang penulis sebagai imbalannya. Buku penyejuk bagi kaum Kristiani, dan pengetahuan bagi kalangan umum. Romawi yang berada di tangan kekuasaan kaisar Nero memang menjadikan Romawi berbeda dengan Romawi ditangan kaisar lain. Nero adalah kaisar gila yang menggilai keindahan bahasa. Raja kejam yang telah pembunuh ibu, saudara, bahkan gurunya sendiri masih mampu menjadikan bahasa pujangga sebagai alur hidupnya. Sayangnya penulis tidak menceritakan kronik kegilaan yang telah dilakukan oleh kaisar gila ini melainkan pada bab ahir ketika Nero menjadikan orang-orang kristiani sebagai tumbal dalam arena gladiator. Buku ini lebih menceritakan sebuah suasana perjalanan rohani spiritual. Ketika Vinicius seorang Agustan yang tampan dan tangguh jatuh hati dengan Lygia . Petronius sahabat sekaligus paman Vinicius lantas meminta kepada Nero untuk menjadikan Lygia tawanan istana dan kelak menikah dengan Vinicius . Aulus yang merasa kehilangan Lygia lantas mengirimkan Aurus untuk menjadi abdi setia sang putri angkat. Singkat cerita, Lygia yang telah berada di istana kaisar Nero pergi untuk memenuhi undangan pesta kerajaan. Kehadiran Lygia lantas menjadikan Vinicius terkesima dan mabuk karena cintanya. Lain halnya Lygia yang memang mencintai Vinicius masih mampu menahan gejolak dirinya karena ia telah menjadi seorang kristiani. Ditengah gejolak ini lah lantas Vinicius melakukan kesalahan fatal dengan menarik Lygia dengan paksa dan mengancam akan menjadikan dirinya sebagai istri. Lygia yang ketakutan dengan sikap Vinicius lantas melarikan diri dengan bantuan Acte, seorang selir kaisar Nero . Lygia melarikan diri bersama Aurus menujuh komunitas kristiani dibawah pimpinan Rasul Paulus (sahabat Nabi Isa). Vinicius yang kebingungan lantas menyesali perbuatanya kepada Lygia , bersama Petronius maka ia pun mulai mencari keberadaan Lygia . Dengan dibantu oleh tukang filsafat Chilo yang vinius menemukan Lygia bersama kaum kristen. Kini mata Vinicius terbuka ketika melihat sosok Lygia yang berbeda kala ia menemukan Lygia bersama kaum lemah, sederhana, yang miskin namun memiliki kekuatan jiwa yang kuat. Bahkan kekuatan jiwa tersebut merawat Vinicius yang terluka ketika ia bersama Croton dan hendak menculik Lygia . Keduanya roboh ditangan Aurus namun Aurus tidak mendendam. Kesalahan yang telah dilakukan Vinicius menjadi sebuah pintu keimanan Vinicius yang berubah dan mulai memahami agama baru tersebut. Lain halnya dengan Lygia yang mulai merasakan aura cinta dari Vinicius lantas kedunya mengikrarkan diri untuk saling mencintai dihadapan bapa Rasul Paulus. Kedamaian kaum minoritas selaksana dipancarkan dari hubungan Lygia dan Vinicius . Namun kedamaian itu lantas mejadi malapetaka kala kota Roma terbakar. Moniritas yang memang menjadi ancaman lantas menjadi korban fitnah sebagai pelaku pembakar. Ahirnya ribuan orang Kristen dimasukan ke penjara untuk menerima hukuman. Kaisar Nero yang kejam lagi licik masih terus mempersembahkan para tahanan Kristen di gelanggang gladiator. Namun kini para penonton telah tersadar dengan sebuah refleksi kejiwaan yang dipancarkan oleh kaum kristen dengan doa dan pujian kala menjemput maut di arena gladiator, kontras dengan kondisi biasa yang hanya terdengar teriakan ketakutan kala menghadapi maut diarena gladiator. Tentu buku ini menjadi sebuah hal yang menarik karena banyak terdapat potongan dialog yang menjadi sebuah unsure pencerahan bagi kaum rohani. Dimana kekuatan spiritual telah mampu membawahati untuk berani dan tidak takut dengan apa pun juga. Bagi mereka maut adalah sebuah pintu menujuh kehidupan yang baru.

No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...