Resensi Buku : Hatta Dan Kepribadiannya

Judul : Cara Baik Bung Hatta Penulis : Mestika Zed, Dkk Penerbit : UNP Press Tebal : 107 Halaman Tahun Terbit : 2012 Sulit untuk membandingkan sosok Bung Hatta dengan tokoh-tokoh lain dalam pergerakan bangsa ini. Hatta memiliki segudang khas yang menjadikan dirinya sebagai seorang orang awak dari Minangkabau. Berlatar pendidikan sarjana ekonomi dari negeri barat (Belanda) toh tidak membuatnya lantas menjadi seorang kapitalis murni. Sebaliknya ia malah mencetuskan perubahan dalam system ekonomi bangsa ini yakni Hattanomic dengan produknya koperasi. Ia juga bukanlah seorang ekonom saja, namun ia juga melakukan transformasi dalam keilmuannya baik dalam bidang filasafat, hukum, sejarah, bahkan dalam ilmu tata negara. Buku ini menarik dalam memberikan simpulan bagaimana sosok Hatta itu sendiri. Walaupun banyaknya literature-literatur yang membahas Hatta mulai dari pra Hatta hingga pascawafatnya namun buku memuat simpulan tersendiri dalam mengenal Hatta . Cara pandang penulis yang tidak terlalu panjang dalam menjabarkan kehidupan Hatta . Sebaliknya penulis agaknya membuat dalam bentuk poin-poin yang membentuk keistimewaan Hatta . Pencitraan Hatta sebagai seorang negarawan tentunya menjadi sisi yang harus dan patut ditiru bagi masyarakat Indonesia umumnya. Dialah kalangan terpelajar namun tidak suka mengekor dengan kebijakan belanda. Pencitraan terhadap sosok Bung Hatta sebagai seorang anak bangsa. Ia adalah founding father bangsa ini yang menjadi wakil bangsa. Dalam masa pergerakan hingga awal kemerdekaan Hatta tidak pernah lepas dari tekanan dan penjara. Kehidupan rumit seorang lulusan terbaik Universitas Belanda. Dalam waktu 11 tahun di negeri induk kolonial Belanda membuat Hatta untuk menemukan sebuah inti dari perjuangan bangsa Indonesia yakni membebaskannya dari penjajah. Menghabiskan waktu dengan buku (belajar) dan mengorganisir pergerakan nasionalis yakni PI (Perhimpunan Indonesia,1925) menjadikan Hatta untuk pantang berleha-leha. Ketekunan dirinya dalam menyusun sebuah sebuah semangat ideologi bangsa Indonesia. Maka memang dialah Hatta yang menjadi pencetus nama Indonesia sebagai sebuah fakta dalam membangun satu nasionalisme dalam sebuah bangsa bernama Indonesia. Bung Hatta terserah bagaimana orang akan menilainya, namun dia memang seorang negarawan sejati. Menjadikan mesin politik dalam bentuk sebuah sistem yang tidak dimenangkan oleh sebuah figur. Dimana dewasa ini kita melihat bahwa mesin politik di Indonesia mulai beralih kepada fihur. Lain halnya dengan Hatta ketika membentuk PNI-Baru (Pendidikan Nasional Indonesia). Baginya kaderisasi sangat penting dalam menjalankan sebuah sistem pergerakan. Kaderisasi memberikan sebuah penanaman terhadap tujuan bersama serta bagaimana meraih tujuan tersebut. Ia adalah seorang aktor dalam politik bangsa ini namun ia bukan seorang yang maruk dengan harta dan kekayaan. Kepemimpinan tidak menjadikan itu sebagai sebuah kesempatan untuk memperkaya diri sebagaimana mentalitas politikus saat ini yang menjadikan jabatan sebagai kesempatan dalam memperkaya diri. Dialah bapak koperasi bangsa ini yang telah memberikan sebuah warisan besar kepada bangsanya yakni menjunjung tinggi asas persatuan dan gotong royong. UUD 1945 pasal 33 yang menjelaskan tentang kekayaan alam yang dikelola bersama untuk masyarakat secara umum. Hatta menaruh harapan bahwa ekonomi bangsa ini dijalankan dengan sistem kerjasama (koperasi), bukan koorperasi dengan cirri kapitalis. Sayangnya nasib koperasi pun kini kembang kempis akibat perubahan zaman adan aturan. Akibatnya tak jarang koperasi berbagai daerah mandeg. Hatta menilai bahwa alam kekayaan Indonesia yang melimpah mampu dimamfaatkan bagi masyarakat luas. Penilaian Hatta terhadap kekayaan alam ini lah yang membuat Hatta untuk membuat sistem kerjasama atas dasar kekeluargaan. Bacalah buku ini dan resapilah nilai-nilai relevansi dan komparasi dari sosok Hatta . Bacaan yang pantas untuk dibaca kalangan akademi hingga masyarakat umum. Memberikan sebuah suntikan bahwa bangsa ini memang pernah melahirkan tokoh besar yang disegani oleh kawan maupun lawan.

No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...