Idealisme di Tanah Penjajahan


Resensi
Judul : De Liefde memoir sekar prembayoen
Penulis : Afifah Afrah
Penerbit : Afrah Publishing
Tebal : 454 Halaman
Tahun terbit : 2010

Mencoba mengulang kembali sukses pada buku sebelumnya, kini Afifah Afrah kembali melanjutkan seri De Wints. Petualangan seorang inlanders memang menjadi sebuah perjalanan yang mengharukan untuk dibaca. Afifah menggambarkan dalam setiap novelnya bahwa bagaimana pun posisi seorang pribumi yang mendapat sanjungan setingginya dengan status gelar pendidikan, suku, bahkan kerajaan, ia tetaplah bagian dari inlanders yang tidak lain adalah budak para penjajah. Maka dari itu setiap pergerakan yang dianggap mengancam kedudukan pemerintah hindia belanda dilakukan oleh intelektual banyak mengalami hukuman yang tragis. Rangga sebagai mahasiswa lulusan terbaik universitas harus dibuang ke Digul, Sekar pemberontak wanita yang berjuang bersama Jatmiko harus diasingkan ke negeri orange, belanda.
Di seri ini Afifah melanjutkan petualangan-petualangan para pejuang dalam memperjuangkan idealism mereka. Sekar Prembanyoen yang dibuang ke negeri belanda sebagai seorang tahanan rumah,lain halnya dengan posisi Everdine yang tidak lain istri rangga yang menjadi pengacara pro pribumi, kemudian petualangan si Joedhistira yang merupakan mariner angkatan laut belanda yang khianat kepada belanda. Ketiganya menjadi tokoh utama sebagai bentuk lambang perlawanan dalam melawan colonial, namun dengan cara berbeda. latar perjuangan yang berbeda memang menyesuaikan dengan karakter dalam peran ketiga orang tersebut.
Awal cerita dimulai dengan kedatangan Sekar tiba di negeri belanda sebagai seorang tahanan rumah yang terus diawasi. Dia tinggal bersama seorang bangsawan jawa Garendi. Ia adalah keturunan raja surakarta yang tidak pernah kembali ke tanah air selepas menamatkan pendidikan Techische Universiteit Delft. Ia memilih bekerja dengan ayah sophie sang kekasihnya. Lain halnya Sekar yang hanya menaruh kesan muak karena Garendi dianggap sebagai antek belanda yang selalu patuh, walau ahirnya ia pun tersadar bahwa Garendi adalah seorang pejuang fasis yang ambisius dalam menjadi pemimpin di negeri nusantara kelak.
Petualangan lain di negeri nusantara adalah keberadaan nona menner Everdine yang menjadi seorang pahlawan bagi kaum pribumi. Pengacara yang memiliki nama lengkap Everdine Kareen Sjahidah Spinoza-Poerohita, Ia memiliki naluri dalam melawan kolonialisme yang telah mengangkatnya sebagai seorang panghianat di mata pejabat liberal kolonial. Kasus demi kasus ia menangkan bagi pihak pribumi. Petualangan ini tiba pada sebuah kasus Nyai Rinnah Van De Brand yang mencari anaknya yang hilang. Ia meminta sebuah keadilan dari Everdine karena ia telah ditelatarkan oleh menner Richard Van De Brand. Kisah pilu Nyai Rinnah yang telah diperkosa oleh Ricard telah melahirkan seoarng anak perempuan yakni Rosmini. Pencarian anaknya lah yang telah membuat Rinnah frustasi dan meminta bantuan Everdine untuk memberikan hukuman kepada Ricard yang telah menjual anak perempuanya Rosmini ke rumah bordil. Namun kasus ini harus melawan kejahatan luar biasa, setidaknya beberapa kali percobaan pembunuhan atas Everdine yang didalangi Ricard berhasil diselamatkan oleh Joedhistira.
Lain halnya Joedhistira yang memang diperankan sebagai seorang hero, ia adalah pejuang kemerdekaan yang berjuang dengan secara fisik. Sejak kecil ia memang didik secara mental agama serta fisik oleh ayahnya Ki Gede Slamet Gundala. Maka tak ayal dipertengahan sekolah karir AMS Joedhistira malah oleh ayahnya didaftarkan sebagai calon mariner angkatan laut belanda. Namun ditengah karirnya sebagai seorang mariner, Joedhistira malah melakukan gerakan perlawanan. Kapal yang membawa candu Februari 1928 diserang oleh pasukan bawah tanah. Namun kematangan perlawanan harus berahir karena pasukan yang tidak memadai. Maka ahirnya jusditira melarikan diri.
Perjalanan panjang ketiga tokoh ini memang tidak menampakan jelas percakapan idealisme seperti di novel sebelumnya. Namun pada novel ini banyak menekankan kepada sikap dalam melawan kolonialisme. Kebencian serta anti imperialisme telah membuat ketiganya melakukan perlawanan. Sebuah kebebasan serta keadian adalah milik semua orang. Maka dari itu perlu adanya perlawanan dalam bentuk sikap. penulis mencoba membangun sebuah karakter dalam peran ini sehingga menampakan bentuk kasar perjuangan para pejuang. inti perjuangan memang menyiratkan sebuah harga mati kemerdekaan tanah air, walau harus ada perbedaan yang akan dilakukan olehnya.
Namun dalam pemaparan cerita yang digambarkan oleh Afifah masih terlalu rumit dalam membacanya. Bagian bab cerita yang meloncat memang membuat pembaca harus bersabar dalam merunut kisah ini. Sebuah karya menarik dalam menilik perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang dalam memenuhi sebuah impian yakni merdeka. Buku ini bagus dibaca kalangan mahasiswa maupun aktivis. Bahasa yang ringan yang mudah dimenegrti menjadi salah satu daya tarik bahwa novel ini pantas dibaca oleh kalangan manapun.

No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...