Idealisme Seorang Inlander Memperjuangkan Kemerdekaan


Judul : De Wints
Penulis : Afifah Afrah
Penerbit : Afrah Publishing
Tebal : 336 Halaman
Tahun terbit : Cetakan III Januari 2010

Novel non fiksi karya Afifah Afrah ini merupakan novel yang menitipkan banyak pesan bagi para pembaca. Mulai dari ritme dari sebuah perjuangan idealisme untuk mengangkat harga diri inlander, konflik antar kelas, hingga lika-liku kisah cinta para pejuang pergerakan kebangsaan. novel yang menceritakan kehidupan awal Indonesia masa awal abad 20. Kondisi dimana pendidikan barat diperkenalkan di Indonesia dalam politik etis atau balas budi. Rakyat pribumi mulai mengenal pendidikan menjadi sebuah alat yang ahirnya melahirkan sebuah pemikiran kemerdekaan secara total.
Seperti halnya Raden Mas Rangga Puruhita Suryanegara, Rangga yang merupakan anak dari suryanegara seorang sultan kerajaan di Jawa. Seorang laki-laki keturunan bangsawan ini baru menamatkan pendidikan tertingginya di Rick Universiteit Leiden dengan mendapatkan penghargaan tertinggi dari profesornya Johan Van De Vondel. Lepas dar masa pendidikan Rangga telah bertekad kembali ke Batavia dan hendak memajukan ekonomi bangsa Indonesia seperti yang ia lihat di negeri Belanda.
Perjalanan seorang pangeran jawa yang kembali ke Batavia menorehkan sebuah kenangan asmara. Pertemuan di kapal dan hotel mewah dengan Everdien seorang gadis Belanda yang memberinya sebuah Horloge dan beberapa buku berisi naskah drama pengarang besar. Begitu juga Rangga membalas dengan memberi Everdien sebuah cendrik yaitu keris yang berukuran kecil yang tebuat dari kayu jati. Kenangan itu jua lah yang kemudian menancapkan panah asmara kedua anak manusia yang berlainan adat, ras, suku dan agama ini.
Memasuki perjalanan awal sebagai lulusan Belanda, Rangga bekerja di pabrik gula De Wints. pabrik gula yang dikuasai kolonial Belanda Kecuali 10 % yang merupakan milik ayah Rangga. dari pabrik itulah rangga pun berteman dengan menner Belanda Edward Biljmer dan memulai pekerjaan sebagai bagian administrasi keuangan.
Sekeping masalah muncul dalam perjalanan sang sarjana inlander setelah Rangga di Batavia. Paksaan terhadap Sistem perjodohan telah mengikat Rangga dengan gadis bernama Sekar Prembayun. Padahal keduanya telah memiliki sosok lain dihatinya, Rangga dengan menner Everdine, sedang Sekar mengagumi pria yang bernama Jatmiko, aktivis pergerakan yang telah menggerakan Sekar untuk melawan kolonial Belanda .
Lain halnya dengan kondisi pabrik gula De Wints, dimana upah buruh membuat Rangga melakukan diplomasi kenaikan gaji sebagai upah yang layak bagai kaum buruh. namun ditengah diplomasi tersebut terjadi mutasi terhadap menner Biljmer yang digantikan William Thijsee. Dimana arah pemikirannya membuat rangga harus waspada karena dirinya dianggap sebagai penghalang dalam menjadikan kekayaan pabrik hanya untuk kaum kolonial belanda, serta penghalang cintanya pada Everdine yang dipaksa menikah dengan dirinya karena hutang ayahnya.
Sejak dirinya berada di Batavia dan sejak ia bekerja di pabrik De Wints ini lah sebuah kesadaran kebangsaan muncul. Perasaan tidak puas yang ia hadapi kala Nyai Darmi pemilik warung sebelah pabrik berkeluh kesah tentang buruh yang dipecat. Bahkan Pabrik selama ini tidak memberikan gaji yang layak. Gaji buruh yang hanya cukup untuk makan sehari saja, selebihnya mereka makan dari bahan timul atau puhung rebus. kondisi ini tentu berbeda dengan pemilik saham De Wints yang bertambah kaya apa lagi setelah melewati krisis Malaise 1930.
Konflik antar kelas memanas kala muncul tuntutan dari aktivis pergerakan yang dilakukan oleh Pratiwi dan Jatmiko. keduanya mewakili kaum buruh meminta pemilik pabrik untuk menaikan harga sewa tanah dan upah buruh. Bahkan rangga sedikit demi sedikit masuk dalam kelompok (partai rakyat) yang menuntut secara diplomasi hak pribumi yang hilang. Maka dari konflik inilah rangga lebih mengenal Kresna yang tidak lain adalah sekar calon istrinya, di sisi lain pratiwi menghadapi pemerkosaan yang dilakukan oleh menner William Thijsee. Idealisme ini jua lah yang membuat rangga lulusan terbaik di leiden harus dibuang paksa di negeri yang jauh Digul, Sekar yang diasingkan di Belanda, Everdine yang memilih menjadi muslim setelah menikah dengan rangga, dan semuanya.
Novel ini tentu akan menyulitkan pembaca untuk membaca pristiwa secara runut karena cerita terpotong oleh masing-masing bab. Namun di sinilah sebuah benang merah yang hendak disampaikan penulis kepada pembaca. Benang merah yang akan menggugah pembaca dalam menilai karakter dari masing-masing tokoh pergerakan. sebuah kesulitan yang ia hadapi bersama orang-orang yang memiliki karakter berbeda namun satu yakni memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Novel ini layak menjadi bacaan mahasiswa yang memang memiliki jiwa idealis serta memiliki tuntuta terhadap keadaan sekarang ini. sedikitnya melalui bacaan inilah akan memberikan sebuah simpulan bagaimana mengolah negeri ini namun tetap tidak menhilangkan hak-ha buruh.

No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...