Sebuah Catatan Dari Sang Aktivis


Judul : Catatan Seorang Demonstran (Soe Hok Gie)
Penulis : Soe Hok Gie
Penerbit : LP3ES
Tebal : 385 Halaman
Tahun terbit : Cetakan IX 2008

Menurut anda siapakah aktivis itu? Pertanyaan ini terlontar kala membaca catatan harian dari Soe Hok Gie atau yang dipanggil Gie ini. Ia berfikir bahwa selayaknya mahasiswa yang memang mendedikasikan diri sebagai seorang agen intelektual atau agen pembaharu adalah mereka yang bergerak memang murni sebagai seorang mahasiswa. Dimana mahasiswa yang tidak terpengaruh atau dipengaruhi oleh golongan lain. Prinsip dalam menjalankan idealis menurut Gie memang jarang ada kokoh dan bertahan lama. Apa lagi kala jabatan prestise didapatkan maka segala macam idealis tentu akan melebur bersamaan dengan perubahan tersebut. namun ia tetap percaya bahwa memang akan ada mahasiswa yang mendedikasikan diri sebagai seorang mahasiswa. Tentunya hal ini penulis menempatkan bahwa gie lha mahasiswa tersebut.
Catatan inilah yang mungkin harus menjadi salah satu buku harian mahasiswa sebagai buku bacaan. Gie memang tidak memberikan pengajaran bagaimana pedoman idealis tersebut. Namun ia lebih banyak menceritakan terhadap apa yang ia lihat dan rasakan. Padangannya yang bisa dikatakan keras memang memberikan dampak bagi orang sekitar. Gie memberikan sebuah pemahaman kepada dirinya melalui sebuah tulisan bagaimana ia akan bertindak. Karena menurutnya memang benar bahwa mahasiswa hadir seabgai pembaharu dari zaman yang yang telah usang. Penilaian Gie yang menilai bahwa mahasiswa memang memiliki kekuasaan untuk menciptakan sebuah zaman yang baru.
Ia adalah mahasiswa jurusan sejarah di Universitas Indonesia (UI). Agaknya ada tiga faktor utama bagaimana zaman telah membentuk karakter Gie yang tertuang dalam pemikirannya di sebuah buku ini. Pertama, faktor zaman kondisi zaman era Soekarno telah membekas bagi gie bagaimana ia memandang soekarno sebagai sosok ideal dalam sebuah penghayatan, yakni sebagai raja, panglima, dan agama. Kedua, faktor keluarga.dimana ayahnya memang seorang penulis dan faktor ketiga, latar belakang pendidikan itu sendiri.
Dalam kehidupanya Gie memang seorang pelawan yang keras hati. Catatan harian yang menuliskan dendam mulai membatu adalah sebuah pandangan dari seorang remaja SMP yang bertolak belakang dengan guru di sekolahnya. Perjalanan sebagai seorang remaja yang kritis dan keras lantas tidak membuatnya menjadi kaku dan memilih perkumpulan keras saat itu. Gie memilih menjauhi dunia politik dan berdiri di tepi sebagai penonton yang kritis. Kegiatan harian yang lakukan sebagai seorang mahasiswa adalah mendaki gunung yang kelak tergabung dalam organisasi MAPALA dan kegiatan eksul kuliah menonton film bertemakan humanis. Walau seperti itu bukan berarti Gie tidak memiliki pandangan terhadap keadaan bangsa ini.
Jika ada yang bertanya bagaimana sosok Gie masih dikagumi sampai saat ini, maka itu semua dari hasil karya tulisannya. Ia menjadi penulis produktif yang kritis dalam memberikan sebuah argument. ia banyak mempertanyakan bagaimana kondisi bangsa ini dihadapan para pemimpin yang bobrok. persoalan kemiskinan, pengangguran, bahkan ekonomi telak menjadi masalah utama di negeri ini. bahkan argumennya kian mengeras kala PKI dan Soekarno saling merangkul. bahkan pascagerakan yang dilakukan pada tanggal 30 September 1965 membuatnya semakin kritis dengan halaun zaman yang begitu rumit. han teman sejawatnya semasa kecil harus memberikan hidupnya dalam perubahan zaman sebagai korban antek PKI yang dituduhkan militer.
Buku ini cukup menarik untuk mendapat sebuah pengalaman dari seorang mahasiswa. Dimana sepanjang perjalanan bangsa ini, ada dua mahasiswa yang menjadi mahasiswa sakti di zamannya yakni angkatan 66 dan mahasiswa reformasi. Penggolongan ini agaknya sepadan dengan apa yang telah dilakukan oleh mereka. Perjuangan dalam mendedikasikan diri sebagai agen inteletual tercermin dalam membuat perubahan. Bersama para sahabatnya herman, ito, deny, dan sahabat lainnya gie membangun sebuah harapan untuk bisa lebih baik ke depannya. Gie mencoba memberikan sebuah pandangan yang praktis namun sulit dijalankan.
Bahasa yang ringan serta runutan masalah yang jelas setidaknya mampu memberikan gambaran bagaimana zaman yang dilalui oleh Gie. Bagaimana ia mendapatkan sebuah rasa dalam penghayatan melalui tulisannya. Ia mencoba mendedikasikan diri hanya untuk idealis yang rapi serta bersih. Walau seperti itu agaknya waktu yang meloncat dalam runutan buku ini memang kesengajaan karena bagian buku catatan yang hilang. Maka dengan membaca dan menyimpulkan buku ini setidaknya memang perjuangan mahasiswa dalam dedikasinya dapat dilakukan dalam berbagai hal. Salah satu perjuangan yang dicontohkan dengan Gie yakni dengan mata pena.
Terahir, ada harapan yang hendak Gie sampaikan dalam catatanya ini, bahwa ia hendak melihat bahwa bangsa ini mampu menjadi bangsa yang bersih. Dimana kondisi politik adalah politik keadilan yang memang meminta politik yang mendedikasikan diri kepada rakyat, bukan pada segelintir hubungan atau golongan. Semoga,

No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...