Kisah Humanis Para Tentara Nipon


Judul : Disguised (Sang Penyamar)
Penulis : Rita La Lontaine De Clevcy Zubli
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 337 Halaman
Tahun terbit : Mei 2009

Banyak cerita yang tersimpan pada saat kependudukan Jepang di Indonesia (1942-1945). Kependudukan selama 3 tahun ini memang memberikan warnah baru bagi bangsa ini. Salah satunya terusirnya bangsa Belanda sebagai bangsa kelas pertama dalam struktur masyarakat. Kedatangan bangsa Jepang mengambil alih sebagai pengatur dalam wilayah kependudukan Indonesia yang demikian luas. Novel ini diangkat dari kisah nyata seseorang warga keturunan Belanda yang tertangkap kala kependudukan Jepang di Indonesia. Rita harus terpisah selama dua tahun dari ayahnya dan kehilangan ibunya selama masa kependudukan ini. Bahkan lebih dari itu, ia harus melakukan penyamaran sebagai seorang laki-laki agar terselematkan dari tangan kejam Jepang.
Memiliki nama lengkap Rita La Lontaine De Clevcy, ia hidup di wilayah sumatera, Jambi. Ia bersama orangtua dan adiknya tinggal bersama komunitas Belanda yang memang bekerja sebagai pegwai administrasi Belanda. Ketenangan Rita sebagai remaja 12 tahun yang menikmati masa sekolah kian terusik dengan perang yang terus berkecamuk dan hendak memasuki wilayah Indonesia. Langkah antipasti untuk meghindari kependudukan kian musthail hingga ahirnya membuat sbeuah pilihan yakni menjadikan Rita sebagai seorang laki-laki. Saran dari pendeta Koevoests yang memberikan saran keselamatan buat Rita kelak ahirnya menyelamatkan Rita dari perjalanan panjang seabgai seorang laki-laki dam mengganti nama menjadi Rick.
Pada tanggal 21 februari 1942 wilayah Jambi mulai sepenuhnya terkuasai oleh para tentara Jepang, para warga Belanda yang masih tertahan di Jambi secraa otomatis berada dalam kekuasaan para tentara nipon. Ayah Rick, La Fontaine ditempatan di wilayah terpisah, sedangkan Rick, bersama Rene dan Tante Suus berada dalam satu kamp yang dibangun khusus.
Perjalanan selama dalam kamp inilah yang menjadi sorot seting dalam novel nyata ini. Rick yang tidak lain adalah Rita berhasil menjadi assistan residen Jepang Kapten Matoba. Proses belajar cepat bahasa Jepang yang dilakukan Rick membuat para pejabat Jepang terkagum serta menjadikan rick sebaai orang keprcayaan Jepang, padahal ia adalah warga keturunan Belanda. Rick mempunyai tugas sebagai penerjemah perkataan Jepang kepada para tahanan serta sebaliknya Rick sebagai juru bicara atas keuhan warga Belanda yang tertahan oleh Jepang. Lobi, gaya diplomasi, hingga tutur kata membuat Rick pandai dalam memainkan kata-kata bahkan kemampuannya dalam memainkan alat music akordeon yang membuat para tentara Jepang terpukau olehnya.

Masa dalam penahanan di kamp para tawanan perempuan memiliki aktivitas dalam mengisi kesehariannya, antara lain menanam tanaman yang bisa digunakan sebagai bahan makanan di kamp maupun aktivitas keterampilan lain yang bisa digunakan. Tante suus yang memang terlatih dalam mengolah tanah menggunkannya untuk mengajari para tahanan lain untuk menanam tanaman. Namun tetap kamp bukanlah sebuah tempat yang memiliki kebebasan seperti yang mereka rasakan saat masa kolonial. Penerapan aturan baku yang ditetapkan para tentara nipon kerap menimbulkan korban jiwa. Dimana pelanggaran yang dilakukan berahir dengan hukuman yang dipertontonkan secara umum.
Memang keadaan kamp yang digambarkan oleh penulis merupakan sebuah gambaran hidup sebuah kegiatan yang terus berjalan di bawah pengawasan tentara Jepang. Bahkan perpindahan kamp dari satu tempat ke tempat lain kerap membuat derita para pengungsi yang tiada habisnya. Salah satunya kala perpindahan ke sebuah kamp yang dibangun diatas sebuah kuburuan Cina yang menyebabkan kematian mendadak para tawanan serta penyakit menular lainnya. Selain dari itu, setidaknya Rick pun mengalami pergantian jenderal yang menangani kamp dengan orang yang berbeda salah satunya kapten matoba.
Novel ini merupakan sebuah pencitraan terhadap penahanan semasa kependudukan Jepang. Dimana kependudukan yang kerap berahir dengan kekejaman Jepang atau tindakan asusila Jepang namun di novel ini tidak. Penggambaran Rick yang haru dengan perlakuan Jepang yang baik serta humanis menunjukan bahwa tidak semua tentara nipon berlaku semena-mena. Buku ini cocok dibaca semua kalangan baik akademisi maupun para masyarakat pada umumnya. Maka tentu aka nada interprestasi tersediri dalam menilai novel ini dari segi bobot cerita dan isi semasa kependudukan Jepang karena pengalaman serta fakta yang dominan berbeda.

No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...