Artikel Ku : Belajar adalah Hobi


Dalam beberapa terahir ini Padang, maupun di wilayah Sumatera Barat lain kerap melaksanakan razia terhadap anak sekolah yang berkeliaran di jam sekolah. Bekerja sama antara sekolah-dinas pendidikan serta satuan pengaman polisi pamong praja melakukan razia di beberapa tempat permainan. Alhasil razia tersebut menghasilkan beberapa penangkapan siswa-siswa yang kedapatan cabut di jam belajar. Langkah selanjutnya pihak sekolah dan orang tua dipertemukan guna membahas prilaku ini. Namun saat ini tidak cukup dengan hal itu saja, ancaman tauran antar sekolah kini selalu memicu perdebatan dalam dunia pendidikan, apakah masih sekolah mampu menjadi media yang efektif dalam memberikan nilai-nilai positif?. Atau apakah proses belajar kini menjadi posisi yang termarginalkan?. Pertanyaaan ini tentu bersifat relatif karena otonomi sekolah memiliki perbedaan dalam membuat aturan bagi siswanya.
Namun pertikaian hal di atas tentu akan memberikan  dampak terhadap tujuan pendidikan itu sendiri jika tidak ditanggapi dengan serius. Pendidikan di sekolah formal adalah jenjang dalam mencipatakan SDM yang mampu bersaing di kancah regional atau internasional. Implementasi pendidikan yang malah semakin jauh hanya akan membuang biaya serta tenaga jika pendidikan hanya dikerjakan oleh sebagian orang saja. Amanat pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang tertera dalam UUD 1945 hanya menjadi sebuah serimonial yang tidak memliki ketajaman dalam implementasinya.
Maka dari itu, perlunya sebuah pemahaman kembali bagaimana gaya belajar yang disesuaikan dengan konteks zamanya. Pendidikan di era abad 21 ini tidak sama dengan era kolonial yang hanya dengan keterbatasan dalam mengenyam pendidikan atau terbatas adalah menggunakan media sebagai ilmu. Namun sebaliknya pendidikan telah menuntun peserta didik untuk berasal dengan kompetesnsi yang dibagi dengan tiga garis besar yakni : kompetensi secara Pendagogik, komptensi secara Psikomotor, dan komptensi secara Afektif. Semua komptensi yang harus dipenuhi ini merupakan tugas guru sebagai pengajar yang akan mentranfer ilmu pendidikan yang adaptsi diberdayakan ditengah masyarakat. Pencapaian hasil pendidikan tentu akan memiliki makna  jika dilihat dari berbagai sisi , tidak hanya dengan satu sisi.
Maraknya kasus siswa yang meningkat tiap tahunnya lewat kenakalan siswa ini seharusnya menjadi sebuah kaca perbandingan, kemudian memberikan solusi aktif dalam menaggulanginya. Kenakalan siswa yang tidak hanya dilakukan di dalam sekolah namun juga keluar sekolah (ditengah masyarakat) membuktikan bahwa media sekolah tidak hanya berperan tunggal. Akibatnya siswa menjadi liar sehingga menggunkana jam belajar dengan aktivitas lain seperti main game dan lain sebagaianya. Maka sekolah hanya akan menjadi proses interaksi dan adaptasi sosial tanpa adanya proses pendidikan di dalamnya. Jika hal ini berlanjut berarti kehilangan poin-poin penting dalam penyelengagraaan pendidikan.
Bosan Belajar
Mungkin hal itu yang menjadi alasan utama kenapa siswa menggunakan jam belajar dengan prilaku negative. Munculnya kebosanan sehingga memilih menacari pekrjaaan lain. tyang dimiliki dengan cara belajar. Banyak sebab jika bertanya timbulnya kebosanan dalam belajar yang dialami siswa. Alasan bahwa guru pengajar yang tidak sesuai dengan kondisi siswa, hingga prilaku siswa sendiri yang memang tidak menyukai proses belajar secara formal. Akibatnya nilai-nilai ulangan maupun nilai ahir yang tidak sesuai dengan komptensi hasil nilai yang diharapkan.
Sebuah masalah besar jika belajar menjadi hal yang menjemukan bagi siswa, karena belajar adalah cara utama dalam meningkatkan kemampuan siswa secara utuh dalam mengembangkan potensinya. Dimana potensi bakat yang ada dalam diri manusia memerlukan sebuah dorongan dalam pengembagan cara pikir sehingga menjadikan siswa menjadi dinamis secara pemikiran. Namun, sebaliknya jika belajar itu sendiri yang dihindari tentu bukanya terajadai kemajuan dalam pendidikan maupun pikiran yang  dapat mengembangkan bakat individu malah akan membuat proses kemajuan indiviu yang berlangsung lambat.
Kemudian bagaimana cara belajar yang membuat siswa tidak merasa jenuh atau bosan?. Teori belajar maupun metode saat ini banyak menawarkan solusi agar proses belajar yang dilakukan secara formal untuk memudahkan siswa dalam memahami pelajaran. Hasilnya tentu banyak beravariasi sesuai dengan tingkat kemampuan dalam menggunakan metode tersebut. Penggunaaan metode yang dilakukan secara dinamis dalam menarik siswa saat ini memiliki nilai plus dalam mengembangkan   

No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...