Menjadi
mahasiswa tentu tidak terlepas dari kegiatan akademik dan non akademik, walaupun
ahirnya kegiatan akademik menjadi patokan utama dari aktivitasnya. Maka dalam
menempuh akademik ini jua lah mahasiswa saling berkompetisi dalam memperoleh
nilai A. nilai ahir yang akan diperoleh dari hasil belajar satu semester.
Patokan nilai A adalah bentuk hasil kerja yang sempurna, bahkan dianggap
sebagai balasan dari semua pencapaian dari semua hal yang telah dilakukan baik
secara materi maupun non materi. Membaca berbagai buku, membuat tugas, aktiv
dalam perkuliahan, hingga mampu menjawab soal ujian.
Namun sampai dimana kah kepuasaan dari nilai
A?
Tentu
kala memilih, semua mahasiswa akan memilih nilai yang tertinggi. Sebuah
keinginan awal yang dibuktikan dengan usaha belajar yang dilakukan. Sebuah
konsep ideal yang ingin dicapai tentu tidak bisa sama dengan lainnya karena
proses usaha yang berbeda. Nilai perfect A hanya ada bagi yang memang
mempunyai usaha yang keras, walau terkadang tidak di mata orang lain. Kemudian dalam
pencapaian usaha ini bermacam-macam karakter dalam melakukannya. Mulai dari
kerjasama dengan teman sejawat, atau dengan menggandalkan kemampuan individu
untuk mencapainya, namun ada juga yang berusaha dengan menggunakan jalan
pintas.
Kerasnya
usaha yang dilakukan tetap menjadikan nilai A sebagai pilihan dari sederet
angkah yang ada. Sebuah konsekuensi kala belajar dengan patokan sebuah nilai
maka semua hasil belajar adalah untuk sederet angka tertinggi, lain halnya jika
menjadikan belajar dalam bangku perkuliahan sebagai bentuk proses pembelajaran
yang didapatkanya. Dimana kala ia menimati konsep belajar yang menyenangkan
tanpa diburu dengan hasil nilai yang
dicapai maka ia akan mampu menjadikan belajar sebagai kegaitan yang
menyenangkan.
Persaingan
dalam nilai A tidak jarang menimbulkan konflik dingin sesama teman, bahkan cenderung
untuk berambisi menjadi terbaik tanpa ada saingan di sebelahnya. Dimana saat
mencari tugas berusaha untuk membentuk karakter individu tanpa mau berbagi
dengan lainnya, bahkan cenderung menutup diri saat memulai belajar. Akibatnya
sebuah Gap (jarak) tercipta namun
seolah tidak tampak. Semua ini hanyalah berupa trik untuk memperoleh hasil
terbaik, walau toh ahirnya sederat
angkah di ahir semester menjadi hasil ahir dari sebuah usaha.
Bagi
penulis, membentuk nilai A secara mandiri tidak harus menunggu hasil ujian
dalam laporan hasil belajar. Sebaliknya melihat proses nilai A kala mampu menjadikan ilmu yang
dipelajarinya dalam bentuk aplikatif. Setidaknya mampu membuat sebuah perubahan
dalam proses berfikir manusia. Bukankah tindakan belajar adalah melahirkan
sebuah proses belajar dalam bentuk perubahan. Dalam perkuliahan mahasiswa mampu
menjadikan belajar sebagai konsep yang mandiri dan kerjasama. Mandiri dalam
meningkatkan potensi belajar dengan membaca, dan berkerjasama dengan mampu
menjadikan semasa kuliah sebagai wahana dalam belajar secara terbuka dan saling
bertukar pendapat.
No comments:
Post a Comment