Jika dihitung kembali ke masa lalu,
berapa kali kegagalan saat belajar mengendarai sepeda. Masa kecil yang dipenuhi
keinginan untuk bisa naik sepeda, badan pun menanggung akibat dari terjatuh hingga
tertabrak. Kemudian adakah keinginan untuk enggan tidak naik sepeda. Jawabannya
tidak, sebuah moment yang bahagia kala keinginan untuk naik sepeda ahirnya
terwujud, suasana bahagia setelah melalui proses sulit tidak membuat ketika
kecewa toh ahirnya kita mampu menjadi
bisa.
Hanya sebuah perspektif saja jika
melihat dan membayangkan sebuah kegagalan. Bahkan jika bertanya kepada para
pengusaha yang sukses maka mereka akan
bercerita bagaimana hari-hari yang penuh
dengan kegagalan bahkan tidak segan menceritakan dengan detail peristiwa yang
dilalui. Bahkan sukses akan lebih banyak bercerita dengan gaya proses bukan
hasil yang didapatkan saat ini. Proses memulai pencapaian target yang dimulai
secara pribadi maupun kolektif.
Bagaimana dengan kita? Kegagalan masih
menjadi bayangan yang terganjal. Alasan takut mencoba, ragu-ragu sampai tidak
berani menjadi alasan kenapa kegagalan awal menjadi momok utama manusia untuk
tidak berani mencoba. Contoh kecil saja dalam proses sebelum pelaksanaan ujian
yang diadakan di sekolah atau di perguruan tinggi kerap menimbulkan sebuah
ketakutan dalam menjawab soal akan diujikan sudah membuat keraguan batin apakah
ia mampu atau tidak. Sebuah ketidakpercayaan diri yang harus lagi ditingkatkan,
karena menurut saya rasa tidak ada yang tidak mungkin selama masih rasional dan
usaha.
Kegagalan adalah hal wajar. Bukankah
jarum jam pun bergerak dari atas angkah 12 hingga bergerak ke bawah angkah 6. Jarum
jam Itu bagai sebuah siklus kehidupan dimana manusia menghadapi siklus hidup
yang naik dan turun. Dalam teologi agama
islam pun sudah tertulis bahwa perjalanan manusia yang akan menghadapi sebuah
masalah dam kegagalan
Kegagalan yang dihadapi bukan hal yang
mutlak dijalani. Balita yang beranjak berjalan pun tidak bisa dikatakan sebagai
kegagalan awal saat ia hendak berjalan, tertatih, pelan-pelan kemudian jatuh.
Wajar, jika melihat kenapa bayi tersebut jatuh Karena ia masih dalam proses
belajar. Sama halnya dalam belajar di kehidupan ini, jatuh bangun dalam sebuah
problema hidup adalah hal yang wajar yang dihadapi. Jika berani merenung maka
ada hal positif yang didapatkan dalam proses kegagalan.
Sebenarnya memang dibutuhkan kesiapan
dalam menghadapi sebuah perjalanan. Memang tidak semua perencanaan yang akan
dijalani secara ideal sesuai dengan perencanaan. Namun ada hal yang diambil
dari proses tersebut yakninya nilai yang diambil yakni pengalaman yang didapat
dari proses belajar.
“Pengalaman adalah guru yang terbaik”
kata mutiara tersebut memiliki makna bahwa hari –hari yang dillaui adalah
pengalaman dalam proses belajar mengenai kehidupan. Apakah itu pengalaman yang
menyenangkan atau malah hanya sebuah pengalaman yang menyedihkan. Dua hal
tersebut dalah catatan, untuk memotivasi lagi ke depannya.
Ada pola pikir yang berubah dalam
melihat sebuah pengalaman yang akan
tetap terus dijaga dan ingat.
Semoga,
No comments:
Post a Comment