Artikel Ku : Kerinduan Pada Film Kolosal


Saat memasuki era tahun 2000-an atau juga menjelang ahir abad 20 perfilman di  Indonesia ramai akan film yang bertemakan tempo dulu. Entah sengaja atau tidak oleh kekuasaan pemerintahan yang berkuasa saat itu namun film-film itu kini tentu masih lekat di ingatan para generasi muda yang hidup di masa itu. sebuah film lama berupa drama yang tetap menampilkan sedikit  action  sehingga membuat para penonton dilayar kaca berdecak terkagum-kagum oleh peran yang dimainkan di action tersebut. Bahkan tontonan ini dijamu oleh sekeluarga, akibatnya dari acara  ini kontan menimbulkan pertanyaan cerdas antara anak dan orang tuanya. Perlahan orang tua yang sedikit mengerti tema dengan tempo dulu maka akan menceritakan kembali bagaimana kisah pendekar yang hidup di era masa Hindu-Budha atau masa pengaruh Islam.
Dengan menggunakan layar dengan seting latar kerajaan maka akan penonton akan diperlihatkan bagaimana kerajaan tempo dulu dan bagaimana bentuk pelapisan sosial yang ada kemudian dibandingkan dengan bnetuk pelapisan sosial yang memasuki era modern atau sekarang. Tidak dipungkiri ada kalanya cerita yang didalamnya dilebih-lebihkan,  namun dalam menyusun karya sejarah yang juga identik dengan gaya sastra dan cerita, apa lagi dengan kephalawanan  yang bersifat  heroic. Dimana alur cerita dalam pemaakaian film tersebut memang sedikit memerlukan tambahan suasana agar mudah dimengerti oleh penononton selaku khayalak ramai. Sebuah Film yang menggugah akan memberikan suntikan nilai-nilai yang berharga kala film laga kolosal itu dimulai. 
Jika menilik keadaan saat ini tidak dipungkiri bahwa kini seketika berubah dengan tayangan baru yang muncul diberbagai media TV. Entah kembali sengaja atau memang tidak ada perhatian dari pihak terkait bagaimana film kolosal yang memiliki arti penting dalam warisan kebudayaan perlahan kini musnah ditelan zaman. Cerita yang penuh diskusi dan memahami nilai-nilai heroik kini berubah dengan umpatan, kesedihan, bahkan tawa yang mengelegar kala menyaksikan tayangan berupa entertainement, atau  sinetron. Percakapan yang beganti kata-kata yang terhanyut dalam membuat improvisasi sessuai dengan tema sinetron yang ditonton.
Sempat muncul beberapa waktu yang lalu film yang menggambarkan sisi heroik yakni “ Darah Garuda”, atau “Merah Putih” sempat membuta gairah kembali film heroik itu dimulai lagi. namun ibarat mobil yang kehabisan bensin maka perjalanan film seperti itu mandek dan kembali jika menilik keadaan pasar terlebih dahulu.
Agak sulit jika menimbang bagaimana kebudaayaan yang masuk kemudian berkembang toh hanya cukup sampai pada fase tertentu dan terbatas. Kehilangan konsistensi kebudayaan oleh masyarakat Indonesia telah membuat kebudayaan yang diterima dan kemudian pergi.
Namun pihak terkait yakni pemerintah juga memiliki andil yang kuat dalam pelestarian kebudayaan yang memiliki nilai-nilai didalamnya. Kehilangan eksistensi kebudayaan merupakan hal yang jangan smapi etrjadi. Buknkah kini masih marak dengan aksi tukang klaim. Akibatnya kehilagan eksistensi budayaa itu sendiri. 
Jika berkaca pada film Cina yang masih tetap memproduksi film yang tertemakan Dinasti tetap menjadi suguhan yang wah bahkan di Indonesia sendiri. walaupun seperti itu meerka toh tidak hanya menyajikan warna yang sama yakni film tempo dulu saja namun produsi film yang lebih kontemporer pun produksi tiap tahunnya.
Kebudayaan asli  bangsa atau local genius adalah sebuah kepribadian yang memberikan jati diri sebagai bangsa tersebut. Ketinggiahan jati diri di masa silam memberikan kekuatan bahwa ia un bangsa yang kuat. Kejayaan masa lalu tetap akan dikenang sebagai sebuah kekuataan yang juga bisa berbuat seperti saat ini. Kita contohkan saja dengan tim sepak bola Sriwijaya FC klub asal Palembang yang lebih memilih nama Sriwijaya disbanding nama daerah. Jika melihat secara kasat mata tentu pilihan yang jatuh pada nama Sriwijaya adalah kaena pamor Sriwijaya yang dahulu merupakan kerajaan terkuat di Asia Tenggara. Kehebatan namanya didengar sampai ke Eropa.
 Intinya sejarah bangsa merupakan warisan kebudayaan  yang harus dilestarikan. Kemudian bagaimana membuat kecintaan terhadap kebudayaan agar tetap ada, di tengah gejolak globalisasi yang sarat dengan perubahan yang begitu cepat antara informasi dan teknologi yang membuat manusia lebih tertarik ke arah nuansa yang lebih kontemporer.
Kemajuan golablisasi memang membuat para remaja selaku generasi penerus cenderung tergiring ke arah masa yang lebih empiris. Kebudayaan yang bersifat tradisional di klaim hanya sebagai pintu yang membuka masa modern.maka oleh Karena itu perlu adanya gerakan pelstarian kebudayaan, cara dan bagaimana metodenya itu perlu dukungan semua pihak.
Menciptakan sebuah metode dimana anak mengerti dan paham bagaimana sejarah bangsa ini terbentuk. Heroiknya bangsa ini hingga kemudian mendedikasikan diri sebagai Negara demokrasi yang terbilang hebat di maya dunia.
Namun sekali lagi dalam mewujudkan hal tersebut sangat dibutuhkan semua pihak, terutama dalam  mentalitas diri pribadi bahwa bansa Indonesia adalah kita, kita yang memiliki cirri dan kebudayaan asli yang terus untuk dilestarikan

No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...