Artikel Ku : Dinamika Budaya Kampus


Pernah guru saya mengatakan bahwa kala dirinya memasuki gerbang kampus di awal ia kuliah, ia merasakan sebuah aura. Dunia kampus memanggilnya dan memberikan bekal yang  semangat dalam mengisi hari-harinya dalam menuntut ilmu di kampus tersebut. Zaman yang  dihadapi oleh guru yang  kini dosen tersebut terjadi sekitar tahun 80-an. Dimana kampus memang menjadi primadona dalam menuntut ilmu. Perkembangan zaman kini telah sangat jauh dari era masa orde baru tersebut. Mahasiswa telah dibekali dengan bakat modrnisasi yang  lebih dibanding era lampau. Bahkan sisi demokrasi mahasiswa telah membuatnya lebih maju dalam cara berfikir.
Namun apakah kemajuan ini juga mengarah dengan budaya ilmiah yang  diterapkan di kampus. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa budaya hedonis kini merambah dalam berbagai lingkungan. Tak hanya dunia politik namun juga dalam cela masyarakat. Perhitungan yang  besar jika mendapati dunia kampus penuh dengan gaya hedonis yang  masih minim namun dilakukan secara massal. Perbandingan yang  telak dapat dihitung dengan gaya mahasiswa selama ini dalam melakukan implementasinya. Dimana dengan keseharian sebagai seorang mahasiswa yang  memang memiliki minat dalam belajar dibanding hanya sekedar belajar.
Beberapa dekade silam dunia kampus penuh dengan gaya aktivis yang  maju dengan beraninya. Keberanian mereka adalah dedikasi dalam memberikan sebuah kegiatan yang  memang memiliki fungsinya masing-masing. Bahkan tidak dipungkiri bahwa memang aktivis menjadi sosok idola tersendiri dalam melakukan sebuah kegiatan.  
Penulis masih mengingat kala seorang teman yang  tidak lagi berkecimpung dalam budaya organisasi kampus menuliskan status dalam jejaring sosial. Didalamnya ia mengatakan bahwa kemajuan kampus yang  dimiliki saat ini sangat tidak sebanding dengan pekerjaan mahasiswa dalam organisasi. Masalah yang  telah tampak hanya dijadikan sebagai batu yang  memang tidak bisa dihancurkan. Hal ini mungkin menyamai dengan berbagai tulisan-tulisan yang  dimuat diberbagai surat kabar baik nasional maupun daerah seperti Singgalang bahwa mahasiswa yang  memiliki jiwa aktivis semakin minim. Maka pekerjaan umum mahasiswa lebih dikenal dengan 3D, mahasiswa yang  datang, duduk, dan diam.
Penulis rasa tidak pelu ditimbulkan dengan pergesekan zaman baru mahasiswa akan bergerak. Dimana angkatan mahasiswa era lampau memang bergerak sesuai dengan tekanan yang  dihadapi. Jika seperti itu maka mahasiswa hanya akan hidup beberapa waktu ke depan. Memang busaya kampus akan menyinggung terhadap tiga hal secara umum yang  dinggap sebagai budaya dalam kampus. Pertama gaya mahasiswa dalam melakukan studi ilmiahnya, tentu hal ini dinamakan dengan belajar. Mengukur bagaimana mahasiswa memang menikmati belajar sebagai kebutuhan primernya. Bukan malah sebaliknya runag pustaka hanya bersisi mahasiswa ahir dan terahir dalam mengabiskan waktunya. Budaya diskusi ilmiah juga berubah dengan budaya ap date status terbaru karena telah dilengakapi dengan wireless jaringan internet.
Budaya kedua, mahasiswa yang  memang disibukan dengan dunia aktivis dalam organisasi kampus. dimana mahasiswa memenuhi pendekatan yang  dilakukan dalam mendapatkan softskill dalam dunia kampus. Layaknya BEM yang  dikenal secara umum sebagai sebuah refleksi kepala pemerintahan.dimana strukturnya memiliki fungsi dalam menjalankannya. maka dari itu mahasiswa akan memang berkecimpung dalam dunia kampus ini akan melakukan fungsinya secara utuh.bukan malah sebaliknya peranan lembaga kampus hanya dijadikan sebagai tumpangan dalam menambah karir dalam curikulum vite selama menjadi mahasiswa. Memang hal ini sulit diajarkan bagaimana menjadi mahasiswa yang  aktiv dalam organisasi seacra baik dan benar. Namun satu hal yang  memang perlu dilakukan adalah menjalankan fungsi dan strukturnya secara fokus dan terarah.
Kemudian budaya terahir adalah budaya mahasiswa yang  memang tanpa terikat dalam keseharinnya. Dimana mahasiswa tersebut tidak digolongkan sebagai mahasiswa student atau mahasiswa organisitoris. Hal ini mungkin memang ada hal yang  dilakukan selama menjadi mahasiswa. Mungkin pekerjaan paruh waktu atau ada beberapa alasan kenapa mahasiswa memang menjadi mahasiswa yang  bebas. Maka dari itu sebuah pilihan yang  akan diberikan kepada generasi muda yang  memiiki semangat, bagaimana ia akan melakukan perjalanan mahasiswa yang  sesungguhnya.

No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...