Rasanya
sepakat bahwa hal pertama yang harus
dilakukan bangsa ini adalah membenahi moralitas manusia Indonesia. Kondisi ini
diperparah dengan prilaku birokrat di negeri ini yang terjerat dengan berbagai kasus kriminal,
korupsi, skandal sex, dan seabrek kasus lainya. Baru-baru lalu dunia
kementerian dihebohkan dengan kasus korupsi pejabat departeman agama dalam
membuat percetakan Al Quran. Hilang sudah moralitas dalam sebuah departemen
yang menanungi ahlak toh si pembuat kebijakan sebagai salah
satu pelaku tersebut. Hal ini masih menjadi sebuah dilemma nasional yang besar kala generasi muda tidak lagi mengenal
identitas dirinya sebagai seorang manusia yang
dilahirkan untuk menghadapi masa depan.
Kota
Padang mencoba melihat tersebut dalam sebuah program strategis yakni pendidikan
remaja dalam bentuk konsep pesanteran ramadhan. Pelaksanaan Pesram yang dilaksanakan tahunan ini memang diharpakan
sebagian kalangan mampu menjadi sebuah gebrakan besar dalam mendidik moralitas
generasi muda dalam pendidikan sebulan. Period ke-8 yakni tahun 2012 Pemko
Padang mencanangkan pendidikan remaja sebagai aplikasi dari watak Qurani.
Intinya selepas pesantren remaja muslim mampu menerapkan prilaku Islami dikalangan
masyarakat umum, dirinya, bahkan orang tuanya.
Alhasil
setiap pagi menjelang siang masjid dan mushala mendadak ramai dengan jamaah
muda. Dengan atribut pakaian santri mereka masuk dan belajar di tempat ibadah.
Keindahan ini tentu sudah menjadi analisa pembuat kebijakan bahwa anak-anak
sekolah akan menjadi peramai dalam tempat ibadah tersebut. Memasuki suasana
malam, refleksi Pesram masih terlihat kala siswa maupun siswi datang menujuh
masjid dengan membawa sebuah buku agenda wajibnya. Tentu hal ini juga sudah
diprediksi oleh setiap penceramah yang
memberikan ceramah ramadhan setiap malamnya, maka ia pun memberikan
judul di setiap awal ceramahnya.
Namun
sudahkah hal ini selesai? Jawabanya belum. Tidak mudah untuk menuntaskan
membenahi moralitas generasi muda saat ini. Bukan maksud mengatakan bahwa tidak
mungkin dalam membentuk karakter ahlak tersebut, melainkan sulit dalam
menatanya. Ditengah perubahan zaman serta arus teknologi telah membuat sebuah
dampak dalam mempengaruhi mentalitas jiwa remaja. Modernisasi yang masuk dan berkembang telah menjadi sebuah
mata pisau yang membawa dampak positif
maupun negative. Maka dari itu sebuah pendidikan selama ramadhan kadang menjadi
balada tersendiri bagi setiap kalangan. Alhasil nilai-nilai Pesram berubah
menjadi sebuah beban yang tidak bisa
dielakan.
Sedikit
kontroversial ketika menuliskan balada yang
dihadapakn dalam kondisi Pesram. Dimana sebuah progam yang bagus setiap apresiatif dalam membuat
pendidikan yang menekankan kepada
mental. Namun hal ini hanya dipahami oleh sebagai orang (pelaksana ) saja.
Ahirnya tidak sedikit pelaksanaan Pesram hanya diimingi-imnigi oleh sebuah
sertifikat yang berisi ukiran
nilai-nilai yang sempurna. Hubungan
timbal balik dalam lingkup Pesram hanya sebatas materi saja.
Mungkin
ada baiknya, jika dalam beberapa aturan formal bisa dilakukan secara fleksibel.
Dimana aturan formalitas kadang menjadi sebuah beban dalam menerapakan
sistematika aturan yang bagus.
Pelaksanaan Pesram adalah sebuah kegiatan sosial yang bernaung di tengah-tengah masyarakat. Dimana
kegiatan ini bukan menerapkan secara total pelaksanaan Pesram secara
professional yang menekankan hak dan
kewajiban secara total. Sebaliknya program Pesram ini adalah sebuah program
yang digalakan oleh masyarakat bersama
yang terdiri dari guru dalam bidang
pendidikan, pemuda, bahkan pejabat lokal daerah. Partsipasi masyarakat secara
umum sebagai sebuah indikasi bahwa pelaksanaan pesram tersebut akan menuai
keberhasilan. Namun sudahkan hak tersebut berjalan sebagaimana mestinya?.
Aturan
formalitas yang dituntut oleh kota Padang
dengan membuat sebuah aturan ideal
yang jauh dengan kondisi masyarakat pada
umumnya. Dimana kondisi yang berbeda
malah mendapat peringatan dalam bentuk
pelanggran dengan sanksi yang timpang.
Tuntutan dengan penerapan aturan tersebut menjadi sebuah balada tersendiri.
Penulis menemui kondisi hal seperti itu dibeberapa tempat berbeda. Dimana
secara kepanitiaan, pesantren ramadhan dibebankan kepada garin masjid, sedangkan pihak-pihak lain lebih memilih jalan aman dengan
cukup sebagai pengawas saja. Bisa dibayangkan jika proses pesram yang menuntut garin stand by dari mulai fajar jam 04.30 hingga jam 16.00. Maka secara
proses waktu ia memiliki waktu dari jam 16.00-18.00 untuk kegiatan bebas. Walau
sebenarnya dalam kurun 2 jam tersebut ia memiliki pekerjaan untuk membersihkan
masjid atau menyiapkan dirinya.
Dalam
kondisi lain, masyarakat cenderung apatis dengan kondisi kekinian. System masyarakat kepemudaan tidak sejalan
dengan Pesram. Sikap individu serta ego kepetingan membentur keinginan untuk
melaksanakan kepanitaan secara utuh. Hal ini sejalan dengan guru sebagai pengajar
dalam pesram yang lebih memilih sebagai
pengawas. Padahal aturan secara resmi yang
kerap disosialisasikan bahwa Pesram menyertakan guru sebagai pendidik
dalam kegiatan Pesram. namun dalam lapangan guru yang memang bukan berasal dari berbagai mata
pelajaran di sekolah memang tidak memahami bagaimana pembentukan karakter menta
si anak dalam system Pesram. rasa tidak percaya diri serta kekurangan bahan
membuat guru cukup datang, duduk, diam, kemudian pulang.
Pesram
adalah sebuah langkah yang sangat
positif dalam menjadikan sebuah visi ke depan dalam membentuk generasi muda.
bertolak dari masa lalu, urang awak
memang terkenal dengan mentalitas serta kecerdasan dalam membuat sbeuah
gebrakan bagi bangsa ini. kini zaman telah berubah serta berganti, tokoh minang
kini kian sunyi ditelan dengan hiruk pikuk modernisasi yang mengajak persaingan secara total. maka dari
pesram memang ada dua hal yang perlu
ditekankan baik bagi panitia, instruktur, pemateri, masyarakat bahkan pemuat
kebijakan bahwa pesram adalah sebagai pertama,
bentuk dedikasi untuk memperbaiki remaja agar siap menghadapi zaman.
Kedua,loyalitas
menjadi prioritas dalam penyelenggaraan pesram selama 20 hari ini. loyalitas
ini lah yang akan saling menghubungkan
antara satu lapisan sosial ke dalam lapisan sosial.
Padang,
1 Agustus 2012
No comments:
Post a Comment