Artikel Ku : Kontradiksi Pelaksanaan Pesram 1433H


Rasanya sepakat bahwa hal pertama yang  harus dilakukan bangsa ini adalah membenahi moralitas manusia Indonesia. Kondisi ini diperparah dengan prilaku birokrat di negeri ini yang  terjerat dengan berbagai kasus kriminal, korupsi, skandal sex, dan seabrek kasus lainya. Baru-baru lalu dunia kementerian dihebohkan dengan kasus korupsi pejabat departeman agama dalam membuat percetakan Al Quran. Hilang sudah moralitas dalam sebuah departemen yang  menanungi ahlak toh si pembuat kebijakan sebagai salah satu pelaku tersebut. Hal ini masih menjadi sebuah dilemma nasional yang  besar kala generasi muda tidak lagi mengenal identitas dirinya sebagai seorang manusia yang  dilahirkan untuk menghadapi masa depan. 
Kota Padang mencoba melihat tersebut dalam sebuah program strategis yakni pendidikan remaja dalam bentuk konsep pesanteran ramadhan. Pelaksanaan Pesram yang  dilaksanakan tahunan ini memang diharpakan sebagian kalangan mampu menjadi sebuah gebrakan besar dalam mendidik moralitas generasi muda dalam pendidikan sebulan. Period ke-8 yakni tahun 2012 Pemko Padang mencanangkan pendidikan remaja sebagai aplikasi dari watak Qurani. Intinya selepas pesantren remaja muslim mampu menerapkan prilaku Islami dikalangan masyarakat umum, dirinya, bahkan orang tuanya.
Alhasil setiap pagi menjelang siang masjid dan mushala mendadak ramai dengan jamaah muda. Dengan atribut pakaian santri mereka masuk dan belajar di tempat ibadah. Keindahan ini tentu sudah menjadi analisa pembuat kebijakan bahwa anak-anak sekolah akan menjadi peramai dalam tempat ibadah tersebut. Memasuki suasana malam, refleksi Pesram masih terlihat kala siswa maupun siswi datang menujuh masjid dengan membawa sebuah buku agenda wajibnya. Tentu hal ini juga sudah diprediksi oleh setiap penceramah yang  memberikan ceramah ramadhan setiap malamnya, maka ia pun memberikan judul di setiap awal ceramahnya.
Namun sudahkah hal ini selesai? Jawabanya belum. Tidak mudah untuk menuntaskan membenahi moralitas generasi muda saat ini. Bukan maksud mengatakan bahwa tidak mungkin dalam membentuk karakter ahlak tersebut, melainkan sulit dalam menatanya. Ditengah perubahan zaman serta arus teknologi telah membuat sebuah dampak dalam mempengaruhi mentalitas jiwa remaja. Modernisasi yang  masuk dan berkembang telah menjadi sebuah mata pisau yang  membawa dampak positif maupun negative. Maka dari itu sebuah pendidikan selama ramadhan kadang menjadi balada tersendiri bagi setiap kalangan. Alhasil nilai-nilai Pesram berubah menjadi sebuah beban yang  tidak bisa dielakan.
Sedikit kontroversial ketika menuliskan balada yang  dihadapakn dalam kondisi Pesram. Dimana sebuah progam yang  bagus setiap apresiatif dalam membuat pendidikan yang  menekankan kepada mental. Namun hal ini hanya dipahami oleh sebagai orang (pelaksana ) saja. Ahirnya tidak sedikit pelaksanaan Pesram hanya diimingi-imnigi oleh sebuah sertifikat yang  berisi ukiran nilai-nilai yang  sempurna. Hubungan timbal balik dalam lingkup Pesram hanya sebatas materi saja.
Mungkin ada baiknya, jika dalam beberapa aturan formal bisa dilakukan secara fleksibel. Dimana aturan formalitas kadang menjadi sebuah beban dalam menerapakan sistematika aturan yang  bagus. Pelaksanaan Pesram adalah sebuah kegiatan sosial yang  bernaung di tengah-tengah masyarakat. Dimana kegiatan ini bukan menerapkan secara total pelaksanaan Pesram secara professional yang  menekankan hak dan kewajiban secara total. Sebaliknya program Pesram ini adalah sebuah program yang  digalakan oleh masyarakat bersama yang  terdiri dari guru dalam bidang pendidikan, pemuda, bahkan pejabat lokal daerah. Partsipasi masyarakat secara umum sebagai sebuah indikasi bahwa pelaksanaan pesram tersebut akan menuai keberhasilan. Namun sudahkan hak tersebut berjalan sebagaimana mestinya?.
Aturan formalitas yang  dituntut oleh kota Padang dengan  membuat sebuah aturan ideal yang  jauh dengan kondisi masyarakat pada umumnya. Dimana kondisi yang  berbeda malah mendapat peringatan dalam  bentuk pelanggran dengan sanksi yang  timpang. Tuntutan dengan penerapan aturan tersebut menjadi sebuah balada tersendiri. Penulis menemui kondisi hal seperti itu dibeberapa tempat berbeda. Dimana secara kepanitiaan, pesantren ramadhan dibebankan kepada garin masjid, sedangkan pihak-pihak lain lebih memilih jalan aman dengan cukup sebagai pengawas saja. Bisa dibayangkan jika proses pesram yang  menuntut garin stand by dari mulai fajar jam 04.30 hingga jam 16.00. Maka secara proses waktu ia memiliki waktu dari jam 16.00-18.00 untuk kegiatan bebas. Walau sebenarnya dalam kurun 2 jam tersebut ia memiliki pekerjaan untuk membersihkan masjid atau menyiapkan dirinya.
Dalam kondisi lain, masyarakat cenderung apatis dengan kondisi kekinian.  System masyarakat kepemudaan tidak sejalan dengan Pesram. Sikap individu serta ego kepetingan membentur keinginan untuk melaksanakan kepanitaan secara utuh. Hal ini sejalan dengan guru sebagai pengajar dalam pesram yang  lebih memilih sebagai pengawas. Padahal aturan secara resmi yang  kerap disosialisasikan bahwa Pesram menyertakan guru sebagai pendidik dalam kegiatan Pesram. namun dalam lapangan guru yang  memang bukan berasal dari berbagai mata pelajaran di sekolah memang tidak memahami bagaimana pembentukan karakter menta si anak dalam system Pesram. rasa tidak percaya diri serta kekurangan bahan membuat guru cukup datang, duduk, diam, kemudian pulang.
Pesram adalah sebuah langkah yang  sangat positif dalam menjadikan sebuah visi ke depan dalam membentuk generasi muda. bertolak dari masa lalu, urang awak memang terkenal dengan mentalitas serta kecerdasan dalam membuat sbeuah gebrakan bagi bangsa ini. kini zaman telah berubah serta berganti, tokoh minang kini kian sunyi ditelan dengan hiruk pikuk modernisasi yang  mengajak persaingan secara total. maka dari pesram memang ada dua hal yang  perlu ditekankan baik bagi panitia, instruktur, pemateri, masyarakat bahkan pemuat kebijakan bahwa pesram adalah sebagai pertama, bentuk dedikasi untuk memperbaiki remaja agar siap menghadapi zaman.
Kedua,loyalitas menjadi prioritas dalam penyelenggaraan pesram selama 20 hari ini. loyalitas ini lah yang  akan saling menghubungkan antara satu lapisan sosial ke dalam lapisan sosial.

Padang, 1 Agustus 2012
     

No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...