Artikel Ku : Munculkan ratu adil..!



Ungkapan diatas memang sedikit provokatif, sebuah ungkapan yang  dahulu pernah dihidupkan. Kini agaknya ungkapan tersebut kembali muncul ke permukaan saat rakyat tidak lagi mau percaya dengan pemerintahnnya. Silang pendapat dan jajak pendapat yang  pernah dilakukan oleh salah satu media di _olonial_ menyebutkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat baik kepada pemerintah dan partai berkurang bahkan tidak menaruh rasa simaptik sekalipun. Saat ini ungkapan frustasi anak bangsa tertulis dalam ejjaring sosial sebagai media yang  dikonnsumsi massa. Tentu hal ini memang memiliki dasar dalam menempatkan kenapa rasa kebosanan dan ketidakacuhan itu muncul. Mungkin _oloni pemerintahan yang  sering di sorot oleh media cetak maupun eletronik hanya _oloni yang  memetingkan diri sendiri.
Pengungkapan kembali ratu adil hanya sebagai sebuah istilah yang  dihidupkan kala rakyat tidak lagi percaya dengan pemerintahannya. Dalam siklus sejarahnya istilah ratu adil telah dibuat dalam bentuk penjelmaan sosok sultan agung mataram, pangeran diponegoro, soekarno, soeharto, bahkan pemerintahan megawati. Kini entah ratu adil kali ini siapakah yang  akan menempati. Pengungkapan ini merupakan sebuah ungkapan untuk keadilan rakyat serta kemakmuran yang  bisa dinikmati olehs emua orang.
Dalam sebuah gambaran frustasi pernah juga terlihat kala penulis membaca novel negara kelima karya es ito (2005), ia pun menghidupkan sosok penjelmaan ratu adil namun dalam sosok pemerintahan negara yang  baru. Kebangkitan negara kelima adalah negara yang  berada dalam pemerintahan yang  sejahtera, menyamai dengan pemerintahan Altlantis di era lampau. Walau novel ini bukanlah novel yang  propokatif namun novel ini setidaknya memberikan sebuah harapan yang  utopis bahwa negara Indonesia memang seharusnya tidak ada dan masih memiliki harapan. Kekuasaan Indonesia saat ini merupakan warisan _olonial belanda yang  menerapkan pemerintahan yang  feodalisme serta korup.
Aksi mahasiswa dalam beberapa hari belakangan yang  menentang isu kenaikan BBM hampir terjadi sebuah gebrakan besar jika diteruskan seperti tahun 1966 atau 1998. Aksi yang  berahir dengan anarkis mahasiswa seolah mengingatkan kembali bagaimana mahasiswa yang  mencoba memberikan perlawanan atas nama kekuatan rakyat yang  marah. Sedangkan pemerintahan yang  seharusnya ditopang kekuasaan rakyat kini menyusut menjadi kekuatan perut saja. Alhasil siklus pemerintahan yang  berada dalam tangan rakyat seolah akan berahir di tangan pemerintah. Kebijakan dengan tidak menaikan BBM setidaknya memberikan sebuah kesempatan utnuk melanjutkan nafas bangsa ini.
     Padang, 03 April 2011

No comments:

Post a Comment

Catatan perjalanan : Tempat Pengasinganku adalah Rumahku

( Catatan perjalanan : Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende-NTT ) Perjuangan seperti apa yang bisa dilakukan Dalam keadaan terkucil sep...