Pertanyaan
ini akan sulit dijawab jika terjawab secara teori saja. Sebuah loyalitas dalam
dunia kampus tentu banyak mengarah mahasiswa sebagai objek terhadap organisasi
yang ia tekuni. Dunia kampus mahasiswa
memiliki corak dan ragam yang sangat
berbeda dimana banyaknya unit kegiatan dalam kampus membuat mahasiswa bebas
untuk memilih untuk mengasah potensi serta kemauan yang ia miliki. Namun permasalahan klasik kerap muncul ke permukaan dalam dunia organisasi
adalah masih minimnya kemunculan organisator yang handal dan memiliki loyalitas yang kuat. Kekurangan organisator ini mungkin
tidak terlepas dari banyak faktor, khususnya faktor pengaruh akademik yang menjadi prioritas utama. Maka tidak heran
dunia organisasi hanya menjadi segelintir bagi mahasiswa yang memang memiliki visi serta misi dalam
menghidupkan organisasi.
Dalam
organisasi dunia kampus maupun diluar kampus memiliki dua hal yang penting serta memiliki benang merah yang berkesinambungan. Pertama kemampuan atau
kecakapan yang ia miliki. Maka terkadang
bahkan sering potensi memulai untuk mencari kemampuan ini mahasiswa memulai
dari angkah nol atau dari awal. Bakat serta potensi yang masih belum ada arahan ke sana namun seiring
dengan kemauan keras maka ia pun beranjak dalam segi kemampuan untuk selalu
meningkatkan kemampuannya. Tidak jarang dalam memotivasi sebuah potensi
yang tersembunyi digunakan dengan sistem
penilaian secara objektif. Dimana inti persaingan bukanlah untuk memecah. Kondisi
para pemula untuk mencapai kemampuan dengan cara persaingan tersebut adalah hal
yang wajar dalam dunia pekerjaan saat
ini. Namun kemampuan dalam persaingan inilah memberikan jalan kepada senior
dalam tingkatan organisasi melihat potensi apa yang ada dalam diri pribadi anggota barunya.
Kemudian
satu hal lagi yang teramat penting serta
sulit untuk mengukurnya adalah bagaimana menciptakan generasi organisator
yang handal serta memiliki loyalitas
yang kuat. Hal ini lah yang kerap menjadi Pe-Er bagi setiap masing
kepengurusan dalam organisasi dalam meningkatkan kemampuan namun seiring dengan
loyalitas. Kenapa hal itu diperlukan? Karena unsur kedekatan emosional tidak
jarang lahir dari organisator yang
memiliki jiwa saling memliki yang
tinggi terhadap kemampuan dalalm organisasi.
Keterikatan
dalam organisasi inilah membuat sebuah loyalitas menjadi benang merah dalam
memjaukan sebuah organisasi. Dimana wujud sebuah loyalitas kadang berbeda antar
sesama pribadi. bahkan tidak jarang persoalan loyalitas menjadi sebuah poin
penting dalam mengukur berhak atau tidaknya seseorang utnuk duduk dalam sebuah
struktur yang memiliki tanggung jawab.
Pertanggungjawaban ini jugalah yang akan
memrpetanyakan sebeuah loyalitas dengan aktiv atau tidak dalam mengisi dan
membangun sebuah bangunan yang bernama
organisasi. Maju mundur sebuah roda organisasi membutuhkan keterampilan anggota
yang cekatan serta siap erjibaku dengan
waktu serta tenaga. Alhasil tidak banyak mnetalitas lemah serta malas keluar
dan mnejauh dari sebuah tanggungjawab yang
terekam sebagai sbeuah pekerjaan. Padahal tanggungjawab yang ada dalam organisasi adalah sbeuah permaianan
dan pembelajaran. Dimana salah serta gagal aadalah hal yang wajar asala masih bersikap mau membangun
serta mau berusaha untuk lebih baik.
No comments:
Post a Comment