Islam merupakan
salah satu agama samawi. Perkembangan dari berabad-abad yang lalu hingga
sekarang tidak menghilangkan kemurnian akan ajaran Islam itu sendiri. Dalam
konteks perkembagan Islam di Asia khususnya Indonesia, Islam dilakukan secara
damai. Ketertarikan akan Islam itu sendiri yang relevan untuk dipahami, menjadi
sebab Islam mudah berkembang di Indonesia. Hingga sekarang masih terbukti
dengan jumlh kuantitas penduduk islam yakni 90% muslim, bahkan dengan jumlah
pendudulk berjumlah 230.000.000 jjuta jiwa ini, Indonesia dicatat sebagai
penduduk dengan mayoritas mulim terbesar di dunia.
Namun dalam
kuantitas akan mayorias Islam terbesar tidak dibarengi dengan pelaksanaan islam
itu sendiri. Bahkan Islam masih belum secara kaffah Menyentuh dalam prilaku penganut Islam itu sendiri.
Pemahaman yang ada akan Islam terbatas hanya dalam ritual agama penikahan, shalat
Jenazah, Haji dan lain sebagainya. Akibatnya islam toh dibatasi dengan sekedar
pelaksanaan ritual seperti itu saja.
Tersirat
pertanyan yang ditanyakan kepada setiap jiwa khususnya seorang muslim, sampai dimana kita dengan
agama kita? Pertanyaan dasar yang
mempertanyakan hubungan kita dengan agama. Apakah terjalin hubungan yang seimbang
seperti yang diajarkan dalam doa kita “ robbana
atina fiddunya hasanan wafil ahiroti hasana wakina azabannar “doa yang
mengajarkan agama dan keselarasan dalam dunia
dan ahirat. Sebuah doa yang meminta kepada sang Pencipta yakni kebahagiaan
dunia dan ahirat. Kesadaran bahwa tidak sekedar dunia yang hendak dicari namun lebih jauh dari itu kebahagiaan
pun kita mintakan kepadaNYA. Manusia yang mengaku bahwa semua kekuatan ayn dia
upayakan memiliki batasan, oleh Karen kesadaran akan ketuhanan muncul dan
berharap perlindungan akan kehidupan didunia dan ahirat.
Islam bukan
sekedar ajaran yang hanya mengatur dalam proses ibadah saja. Islam bukanlah
sebuah agama diantara dilemma sebuah Negara yang sekuler, yang memisahakn
kehidupan agama dan kehidupan kesehariannya. Dimana agama bahkan hanya sebagai pelengkap
identitas diri saja. Mungkin indikasi seperti inilah yang menjadikan pemeluknya
sebagai islam keturunan.
Islam merupakan agama yang universal, agama
yang mengajarkan sendi-sendi kehidupan. Pedoman yang diambil yang tidak
bertetangan bahkan seimbnag baik dalam segi terapan lingkungan, manusia, maupun
dalam kelangsungan hidup manusia. Dimana Al quran sebagai landasan utama, kemudian
Hadist (sunnah) sebagai landasan pokok kedua yang relevan dalam hal apapun.
Universal Islam pun
diajarkan dalam kehidupan keseharian yang tidak pernah terlepas. Ucapan salam
yakni “assalamualaikum” yang
contohkan oleh nabi Muhammad SAW memiliki fungsi lain sebagai bentuk salam,
yakni sebagai bentuk doa dan jalinan ukhwah sesama muslim. Tidak hanya terlepas
dari salam, pakaian pun menjadi suatu kekhasan sebagai wujud seorang musllim.
Wanita muslim yang katakan sebagai perhiasan dunia ini, memiliki kedudukan
terhormat dimana seorang wanita dapat menjaga perhiasannya yakni tubuh dan
hatinya dari pandangan syahwat .
tubuhnya wanita yann berbalut dengn kain penutup aurat dan hatinya yang selalu
menundukan pandangan dalam menjaga kehormarmatan.
Islam sebagai
eksistensi diri yang dapat dicerminkan dalm kehidupan keseharian. Maka ketika
kita telah dikenakan dengan status baligh maupun mumayidz, itulah saat dimana
islam terhadap diri pribadi dijalankan. Kemudian timbul pertanyaan ”apakah kamu
muslim?” maka tidak tok sekedar
jawaban “iya” atau “tidak” tapi juga bukti dan relevansinya dalm kehidupan.
Apakah patut ia disebut muslim sejati ketika dalam keseharian masih menampakan
aurat yang telah diatur dalam batasan Islam. Atau mungkin seorang muslim yang
masih terjebak dalam prilaku sia-sia. Kebanggaan tersendiri dapat manjadikan
islam sebagai cemin dalam pribadi. Islam yang tidak cukup sekedar dengan
kegiatn agama yang mana hal tersebut memicu terjadinya pemisahan agama atau
bahkan dengan Islam yang penuh dengan kekerasan.
Islam adalah
agama sempurna, peradaban yang bangun atas dasar ilmu yang dipeljari dalam
ajaran Islam. Kehilangan dalm berpatokan agama acap kali kan menjebak manusia
dalam taklid sehingga tidak jarang aliran islam lain muncul, dimana ajaran
tersebut hanya disesuiakan dengan nafsu dunia yang terbatas saja. Islam, Al quran
dan Muhammad memiliki satu titik yang sama yakni mengesakan Allah SWT. Namun di
sisi lain islam sendiri adalah agama yang keras. Kerasnya agama ini dalah
sebagai bentuk enceghan terhadap kemurnian Islam itu sendiri.
Diahir tulisan
ini, maka jangan jadikan Islam hanya sebagai pelengkap identitas. Banyak nilai
tekandun didalamnya yang memberikan kesan sempurna akan nilai islam itu
sendiri. Manusia yang kerap terjebak cendeung mengartikan Islam hanya sebagai
ladang bom, yang memicu kekerasan yang hingga saat ini menjadikan islam itu
sebagai fobia sehingga patut dihindari, kemudian Islam hanya akan sebagai
identitas sejarah yang hanya dipelajari cukup garis besarnya tampa melihat
leboh dekat bagaimana Islam itu sebernarnya.
No comments:
Post a Comment