Gejolak Timur
Tengah memang kini berkobar semakin kuat. Prediksi gejolak ini pun tidak
menampik bahwa gejolak ini tidak hanya berhenti pada satu kawasan saja,
melainkan merembas hingga ke wilayah lain yang menerapkan kekuasaan secara absolute
dengan sistem feodalisme. Pergolakann dalam beberapa bulan
ini memang mengejutkan, dan mungkin pergolakan ini masuk dalam catatan sejarah Timur Tengah. Bahwa kejatuhan rezim Islam setelah
berkuasa sekian lamannya di Timur Tengah kini menderita dengan lepasnya
kekuasaan dengan cara menyakitkan.
Memang jika melihat konflik yang berkepanjangan ini maka
tidak ada batasan pasti kapan pastinya konflik ini berahir. Namun secara garis
besar bisa ditilik bahwa kekuasaan Timur Tengah yang memerintah secara absolut
akan ditumbangkan dengan jalan damai atau berahir dengan kekerasan, seperti
yang muncul dalam beberapa waktu ini. Maka dibutuhkan kesiapan abgi negara yang
berkuasa untuk bersiap. Mesir dan Libya yang tegas menolak mundur secara damai
kini harus menghadapi agresi oleh rekyatnya sendiri. alhasil dunia pun ikut
mengecam bahwa perdamaian harus ditancapkan.
Munculnya
pergolakan ini memang penuh dengan keinginan masyarakat Timur Tengah memang bosan menikmati kemiskinan di atas kesenangan
para kamu bangsawan. Dimana kesenjangan sosial yang nampak dan berbanding
terbalik, Kaum bangsawan hidup dengan
kemewahan yang tiada terhingga sedangkan rakyat hanya menjadi alat penghasil
yang produktif. Isu untuk memerangi korupsi, kemaksiatan, hingga kasus lapangan
pekerjaan yang minim menjadi andil bahwa pergolakan memang permintaan rakyat. Kemarahan
sosial secara kolektif menjadikan permintaan
konflik pada tangan rakyat dalam kasus
ini.
Melihat kondisi
saat ini di Timur Tengah tidak jarang masih ditemui jalan damai yang dilakukan
agar tidak terjadi konflik. Seperti kekuasaan di negara arab Saudi yang menjadi
salah satu negara absolute dengan menempatkan kekuasaan raja merupakan garis
keturunan. Kemampuan pemerintah arab Saudi yang segera menenangkan konflik
kecil dengan melakukan kebijakan besar dengan memberikan dana besar dalam
lapangan pekerjaan. Setidaknya konflik Timur Tengah tidak sampai merembas ke
negeri Arab Saudi. Padahal sejumlah kasus dan kebijakan masa lalu memiliki
andil yan kuat bahwa rezim ini patut di jatuhkan. Hal ini belum lagi dengan
pemberitaan ahir-ahir ini tertangkapnya keluarga istana yang tertangakap karena
melakukan pesta obat-obatan. Hal ini bertambah dengan pemberitaan wikileaks terhadap pengeran kerajaan
yang condong dengan kebudayaan bebas bangsa barat minuman keras, sex, dan
obat-obatan.
Sebenarnya miris
melihat kondisi konflik di Timur Tengah yang seharusnya menjadi bangsa
percontohan bagi bangsa lain. Jazirah arab merupakan tanah kelahiran agama
samawi dan perkembangan pusat pemerintahan, salah satunya yakni agama Islam
Kini wajah penguasa muslim harus mati dengan tangannya sendiri, mati dengan
prilakunya sendiri. Gejolak ini menjadi tentu bisa menjadi awal tonggak
sebenarnya bagaimana wajah Islam di
timur tengah. Tentu lahir sebuah harapan yakni sebuah peradaban yang akan
berganti setelah terjadinya rezim yang berkuasa. Peradaban baru dengan sistem
baru namun tetap dengan nafas Islam sebagai asas dasar pemerintahan.
Pusat kekuasaan Islam
kini di rongrong dengan pemberotakan yang menekankan isu perubahan penuh dalam
tubuh pemrintahan. Sejarah dahulu mencatat bagaimana negara Timur Tengah mampu
menjadi sumber peradaban yang mumpuni dengan sistem kekuasaan yang bagus, kini
sejarah akan kembali mencatat bahwa kekuasaan Timur Tengah tidak sepatutnya
dikenal sebagai pusat kekuasaan namun cukup sebagai negara yang berkonflik.
Aljair, Tunisia,
Mesir, Libya, Suriah, Yaman, dan negara di Timur Tengah lainnya kini menghadapi
babakan baru dalam sejarah pemerintahan. Pergolakan besar telah merubah susunan
pondasi kekuasaan di negeri ini. Adanya tatanan yang tidak seimbang mampu
membuat corak baru yang tetap bernafaskan Islam
dengan sistem pemerintahan yang baru, seperti halnya di Indonesia yang
menjadi negara dengan wajah baru dengan sistem
demokrasi serta pemilihan presiden per lima tahunnya. Namun kembali terpikir apakah penerapan sistem
demokrasi memang cocok di negera tersebut. Dimana unsure demokrasi identik
dengan pembukaan pintu bagi bangsa barat dengan baju kapitalismenya.
Agaknya faktor
kepentingan menjadi sebab kenapa negara-negara di kawasan Timur Tengah menjadi
negera yang strategis sekaligus negara yang penuh dengan kekayaan limpahan
alam. Konflik menimbulkan terjadi ketidak seimbangan dengan produksi minyaknya
dalam harga dunia. Maka dari itu butuh tindakan yang eketif dan efisien dalam
menghadapi gejolak di timur tengah.
No comments:
Post a Comment