Sejarah bangsa ini terbentuk
dari sebuah kekuatan yang menekankan
pada perubahan untuk lebih baik. Lahirnya sumpah pemuda bisa di samakan
gaungnya seperti ucapan Mahapati Gaja Mada, panglima tertinggi Majapahit
yang bersumpah atas nama palapa hendak
menyatukan wilayah nusantara dalam satu panji yakni bendera kerajaan Majapahit.
Sumpah palapa itu kembali terdengar di awal abad 20 setelah ratusan tahun
bangsa barat menginjakan kakinya di tanah nusantara. sumpah yang
bernama sumpah pemuda ini merupakan sebuah apresiasi yang dilakukan oleh pemuda Indonesia saat
itu.
Atas nama bangsa Indonesia mereka
bersumpah, bukan lagi atas nama kerajaan. Atas nama persatuan mereka juga bersumpah
bukan atas nama kekuasaan. Sebuah kecerdasan yang dibangun oleh para pemuda nusantara dalam
merefleksikan pendidikan modern yang
ahirnya bisa menyatukan nusantara dalam bentuk modern. Dimana kebebasan
serta persatuan menjadi sumpah tertinggi dalam mewujudan kedaulatan kelak 1945
oleh founding
father kita, Soekarno-Hatta. Sebuah pondasi
baru bangsa ini pun diakui baru terbentuk pada masa pendidikan modern masuk ke Indonesia. Tidak
hanya perbedaan yang akan disatukan
olehnya namun lebih dari itu, Munculnya perasaan senasib yang memang menjadi sebuah penciptaan baru dalam
tatanan peradaban baru bangsa. Perjuangan fisik oleh para pendahulu adalah
sebuah cerminan bahwa bangsa ini tidak hanya melalui fisik untuk memperjuangkan
kemerdekaan. Perjuangan fisik hanya melahirkan ksatria lokal tanpa ada satu
antara satu dengan lainnya.
Jong
ambon, jong java, jong sumatera, jong sunda, jong batak dan
berbagai elemen pemuda berkumpul dalam kesatuan PPPI (Persatuan Pelajar Pemuda Indonesia ) dalam
sidang kedua 1928. Kali ini mereka hendak menujuh sebuah kesepakatan, bahwa
bangsa ini sudah saatnya bangkit. Kesepakatan dalam menghilangkan perbedaan
Ras, etnik, agama, bahkan latar belakang sosial, ekonomi dan pendidikan menjadi
sebab kelahiran sumpah pemuda. Mensahkan secara massal bahwa penggunaan bahasa
melayu sebagai bahasa pengantar, Cikal bakal bahasa Indonesia, juga bahasa yang
akan digunakan bangsa ini sebagai bahasa nasional indonesia. Lewat
kaum intelektual ini jugalah patut diberikan sebuah ungkapan terima kasih.
perjuangan dalam menekan ego etnosentrisme telah melahirkan sebuah satu kata
sepakat dalam poin sumpah pemuda.
Sumpah pemuda yang lahir pada tanggal 28 oktober 1928 adalah jawaban terhadap konsep liberal
yang diperdebatkan oleh penjajah kolonial.
Pengerukan kekayaan alam hingga ahir abad 19 menjadi legitimasi dasar bahwa
bangsa ini harus merdeka dalam tatanan yang
sesungguhnya. Perkenalan pendidikan juga merupakan sebuah balas budi
yang telah dilakukan oleh kaum belanda,
seperti yang telah diserukan oleh Van Deventer atau dikenal
Multatuli. Lewat tulisan yang
menggambarkan kengerian kala melihat bangsa Indonesia yang merasakan
kemiskinan dalam keterpurukan
feodalisme serta kolonialisme.
Kini 84 tahun sejak pristiwa
besar itu berlalu. sumpah pemuda tetap langgeng sebagai legitimai kebangsaan
yang menekankan persatuan serta kesatuan
bangsa dan bahasa. Bahkan sepanjang zaman ini jua lah persatuan mahasiswa tetap
terjalin hingga saat ini. Munculnya aktivis yang hidup di masa masing-masing mencoba menggali
idealisme kebangsaan sebagai bagian dari nasionalisme. Namun pascareformasi mahasiswa
tidak lagi menjadi agen persatuan mahasiswa yang menekankan pada kepeduliaan kerakyatan serta
peka terhadap keadaan sosial. Malah permasalahan timbul sebaliknya mahasiswa
kehilangan fungsi menjadi bagian internal dalam perubahan. Mahasiswa kini lebih menyukai hidup yang lebih dikenal dengan mahasiswa kupu-kupu
(kuliah pulang-kuliah pulang). Anggapan umum bahwa beratnya menjadi mahasiswa
yang memiliki jiwa aktivis tersisih
dalam seleksi alam. Dominasi etos
lingkunagan kampus serta mindset
setidaknya menjadi indikasi bahwa mnejadi mahasiswa lebih kepada diamnya saja.
Dunia kampus kekinian mengajarkan sebuah
prestasi individual yang menjauhkan
mahasiswa dengan nilai pengabdian masyarakat.
Padahal persatuan yang ingin
diwujudkan dengan sumpah pemuda adalah sebuah refleksi yang mengangkatkan sebuah kebersamaan serta
memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Mahasiswa
beralih fungsi dengan hanya menjadi
penonton. mindest dalam pemikiran
bahwa lapangan pekerjaan yang hendak dicari
secara instan.
Banyak hal yang akan menjawab, kenapa etos mahasiswa di
setiap zamannya memiliki perbedaan. Seolah tidak ingin terjadi anakronistik
terhadap penempatan waktu maka kita akan melihat bahwa mahasiswa dan perubahan
dipengaruhi dengan kondisi yang terjadi.
Namun satu hal yang tidak bisa
dipungkiri bahwa mahasiswa adalah individu yang
bebas yang memiliki cara dan
karakter masing-masing dalam menjadi mahasiswa independen dalam bertindak,
berbuat, serta bersuara. Maka jika hal itu saja tidak ada, bisa jadi etos
mahasiswa telah luntur dan hilang. Mahasiswa yang memang berada di garis individu yang bebas namun juga tidak memiliki bagaimana
menggerakan individu yang bebas
tersebut.
Negara-negara yang berada
dibelahan manapun banyak menempatkan pemuda di garda terdepan dalam membangun
sebuah perubahan. Negara yang pro pemuda
pun akan sedianya memberikan fasilitas tanpa batas dalam membangun pendidikan
generasi muda. Kini indonesia berada di negara yang maan serta makmur namun miskin dalam
menempatkan fasilitas sehingga pencapaian minimal menjadi tolak ukur yang dipertanyakan dalam membangun sdm generasi
muda.
Sebuah krtitikan bagai semua
orang, bahwa apa yang telah dilakukan
oleh kita dalam membangun bangsa ini?sebuah pertanyaan yang patut dijawab tidak dengan buntalan teori
yang minus dengan tindakan. Bangsa ini
akan besar dilihat bagaimana bangsa ini memperlakukan masa depannya, yakni pada
pemuda.
No comments:
Post a Comment